Manual Reduction in Testicular Torsion and Subsequent Treatment After Successful Reduction : A Series of Reports in A Single Institution
Qi X, Yu J, Ding X, Wang Y, Zhu H. Frontiers in Pediatrics. 2024; 12:1362104. doi: 10.3389/fped.2024.1362104.
Abstrak
Latar Belakang: Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan reduksi manual pada torsio testis dan keamanan dari tata laksana konservatif setelah keberhasilan reduksi manual.
Metode: Data klinis dari 66 pasien torsio testis yang ditangani di unit gawat darurat pusat kesehatan peneliti dari Februari 2017 sampai dengan Februari 2022 dikumpulkan secara retrospektif. Reduksi manual tanpa bantuan anestesi dilakukan pada 19 pasien.
Pasien yang berhasil dilakukan reduksi manual memilih tata laksana lanjutan yang berbeda bergantung pada keinginan pasien maupun wali mereka, termasuk data melanjutkan tata laksana konservatif dan tata laksana bedah. Data klinis yang relevan dikumpulkan dan dianalisis.
Hasil: Reduksi manual berhasil dilakukan pada 11 pasien (11 dari 19 pasien). Sebanyak 7 dari 11 pasien tersebut memilih untuk dilanjutkan dengan tata laksana konservatif dan 4 lainnya menjalani tata laksana bedah segera.
Dari 7 pasien yang dilakukan tata laksana konservatif, 3 menjalani tata laksana bedah setelah mengalami gejala tidak nyaman atau torsio testis ulang dalam berbagai derajat yang berbeda, sedangkan 4 pasien lainnya tetap tidak mengalami gejala selama periode follow up. Dibandingkan dengan pasien lainnya, pasien yang berhasil dilakukan reduksi manual mengalami durasi nyeri yang lebih singkat (p < 0.05).
Waktu yang dibutuhkan dari kunjungan ke rumah sakit hingga operasi pada pasien yang mencoba reduksi manual sedikit lebih singkat daripada mereka yang menjalani operasi secara langsung (p > 0,05). Testis dari 11 pasien ini semuanya berhasil diselamatkan
Kesimpulan: Durasi nyeri yang singkat dapat berkontribusi terhadap keberhasilan reduksi manual, dan reduksi manual tidak meningkatkan waktu persiapan operasi. Karena risiko rekurensi yang tidak dapat diprediksi, perawatan bedah segera tetap direkomendasikan, atau perawatan bedah elektif yang ditunda perlu ditawarkan dalam beberapa hari atau minggu setelah tindakan reduksi manual.
Ulasan Alomedika
Torsio testis (TT) merupakan salah satu kegawatdaruratan urologi yang sebetulnya jarang terjadi namun memiliki tingkat orkiektomi yang cukup tinggi. Secara umum, tingkat keberhasilan menyelamatkan jaringan testis akan semakin berkurang dengan makin memanjangnya waktu sejak awal awitan.
Pada kebanyakan kasus, reduksi manual dikerjakan sebagai tindakan darurat yang bertujuan untuk mengembalikan aliran darah ke testis dengan segera. Meskipun tidak selalu berhasil, keberhasilan reduksi manual diharapkan dapat memperpanjang jendela waktu untuk pembedahan definitif dan mengurangi risiko kehilangan testis
Ulasan Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain retrospektif dengan mengumpulkan data klinis pasien torsio testis yang didiagnosis di unit gawat darurat Northern Jiangsu People's Hospital antara Februari 2017 hingga Februari 2022.
Subjek Penelitian:
Pasien yang memenuhi kriteria inklusi adalah mereka yang didiagnosis torsio testis berdasarkan riwayat klinis, pemeriksaan fisik, dan ultrasonografi darurat. Di lain pihak, pasien dengan torsio testis yang sudah berlangsung beberapa hari tanpa kunjungan darurat atau tanpa tindakan bedah darurat dieksklusi dari penelitian.
Pengumpulan Data:
Diagnosis torsio testis dikonfirmasi melalui gejala klinis seperti nyeri unilateral, testis terletak abnormal, pembengkakan skrotum, dan hasil ultrasonografi yang menunjukkan berkurangnya aliran darah testis atau tanda "Whirlpool." Data yang dikumpulkan meliputi usia pasien, durasi nyeri, lokasi torsio testis, waktu dari kedatangan hingga pembedahan, serta hasil tindakan seperti orkiektomi atau orkidopeksi.
Data ini kemudian dibandingkan antara pasien dengan reduksi manual yang berhasil, gagal, dan yang tidak menjalani reduksi manual. Prosedur reduksi manual dilakukan berdasarkan kebijakan urologis. Keberhasilan reduksi manual dievaluasi berdasarkan hilangnya nyeri testis dan kembalinya aliran darah ke testis yang dikonfirmasi melalui ultrasonografi. Semua pasien yang menjalani reduksi manual tetap disarankan untuk menjalani eksplorasi bedah guna mencegah torsio berulang.
Ulasan Hasil Penelitian
Penelitian ini melibatkan 66 pasien torsio testis dengan rerata usia 14 ± 3,42 tahun. Sebanyak 19 pasien menjalani reduksi manual, dan 11 di antaranya berhasil. Pasien yang menjalani reduksi manual memiliki durasi nyeri lebih pendek dibandingkan dengan pasien yang langsung menerima tindakan bedah (p < 0,05), sementara pasien dengan reduksi manual yang berhasil memiliki durasi nyeri terpendek (rata-rata 6,60 ± 13,80 jam).
Meskipun demikian, tidak ditemukan perbedaan signifikan dalam durasi nyeri antara pasien dengan reduksi manual yang berhasil dan gagal (p = 0,912). Dari 11 pasien dengan reduksi manual yang berhasil, 4 menjalani eksplorasi bedah, yang menunjukkan posisi testis normal, dan seluruh testis berhasil dipertahankan. Sebaliknya, pada kelompok dengan reduksi manual yang gagal atau langsung menjalani pembedahan, sekitar 50% pasien memerlukan orkiektomi.
Sebanyak 7 pasien dengan reduksi manual yang berhasil menolak operasi awal karena alasan akademik, meskipun tindak lanjut ultrasonografi menunjukkan aliran darah testis normal. Selama masa tindak lanjut median 32 bulan, 3 orang mengalami torsio rekuren, tetapi segera dirawat dan menjalani orkidopeksi bilateral tanpa komplikasi lanjutan.
Kelebihan Penelitian
Penelitian ini membandingkan tiga kelompok (reduksi manual berhasil, gagal, dan tanpa reduksi manual) sehingga memfasilitasi analisis efek tindakan terhadap durasi nyeri, kebutuhan orkiektomi, dan luaran jangka panjang. Temuan bahwa testis dapat dipertahankan pada semua pasien dengan reduksi manual berhasil adalah hasil yang relevan secara klinis, yang mana mengindikasikan bahwa reduksi manual dapat digunakan sebagai pilihan penanganan awal sebelum pembedahan definitif.
Limitasi Penelitian
Desain retrospektif tidak dapat sepenuhnya mengontrol variabel bias, seperti variasi dalam keterampilan urologis atau keputusan klinis subjektif dalam memilih pasien untuk reduksi manual. Selain itu, durasi nyeri pasien yang dilaporkan bergantung pada rekam medis dan dapat dipengaruhi oleh keterbatasan dokumentasi, sehingga dapat memengaruhi validitas hasil.
Penelitian ini juga tidak membahas faktor lain yang mungkin memengaruhi keberhasilan reduksi manual, seperti derajat torsio atau waktu pasti awitan torsio, yang secara klinis penting dalam menentukan prognosis. Jumlah sampel dalam studi ini juga masih terbatas, sehingga masih akan diperlukan studi lain dengan jumlah sampel lebih besar (misalnya dengan melakukan studi multisenter).
Aplikasi Hasil Penelitian di Indonesia
Hasil studi ini mengindikasikan bahwa reduksi manual dapat menjadi langkah awal yang efektif untuk mempertahankan testis pada pasien dengan torsio testis, terutama jika dilakukan segera setelah diagnosis. Di Indonesia, di mana akses ke fasilitas bedah darurat mungkin terbatas di beberapa daerah, pendekatan ini berpotensi diterapkan secara klinis untuk mengurangi risiko kehilangan testis sambil menunggu tindakan definitif.
Walau begitu, meski hasilnya menjanjikan, studi ini memiliki keterbatasan metodologis, termasuk desain retrospektif dan jumlah sampel yang kecil. Oleh karena itu, diperlukan uji klinis acak terkontrol dengan jumlah sampel yang lebih besar untuk memastikan efikasi dan keamanan reduksi manual berdasarkan bukti ilmiah dengan level of evidence yang lebih baik.