Mendiagnosis epilepsi dengan tepat sangat penting karena berkaitan dengan pemilihan obat antibangkitan. Diagnosis epilepsi didasarkan atas adanya temuan gejala preiktal, fenomena bangkitan...(Baca Selengkapnya)

Jarak kehamilan atau interval waktu antara kelahiran terakhir dengan tanggal pembuahan dari kehamilan berikutnya diduga berpengaruh dengan morbiditas maternal yang berat seperti...(Baca Selengkapnya)

Wajib tidaknya ultrasonografi atau USG sebelum usia kehamilan 24 minggu menjadi perdebatan dalam beberapa studi. World Health Organization menyarankan agar USG dilakukan satu kali...(Baca Selengkapnya)

Penghentian obat antiepilepsi pada pasien epilepsi yang sudah bebas kejang selama minimal 2 tahun dianjurkan oleh beberapa studi. Obat antiepilepsi dapat menghentikan...(Baca Selengkapnya)

Wanita hamil berisiko mengalami hiperkolesterolemia. Kehamilan pada wanita sehat dapat menyebabkan peningkatan fisiologis semua fraksi lipid dan lipoprotein. Hal ini disebabkan karena...(Baca Selengkapnya)

Salah satu komplikasi stroke adalah kejang pasca stroke, di mana epilepsi pasca stroke akan muncul jika kejang atau bangkitan terjadi berulang. Sebagai...(Baca Selengkapnya)

Stimulasi nervus vagus dapat dilakukan untuk penatalaksanaan epilepsi yang resisten terhadap obat, yang biasa disebut sebagai epilepsi refrakter atau intractable. Epilepsi adalah...(Baca Selengkapnya)

Epilepsi katamenial atau epilepsi menstrual dapat diterapi secara hormonal maupun nonhormonal. Terapi hormonal umumnya berupa pemberian progesteron, sedangkan terapi nonhormonal biasanya berupa...(Baca Selengkapnya)

Suplementasi untuk ibu hamil, seperti docosahexaenoic acid (DHA) dan gangliosida (GA) mendukung perkembangan otak janin. DHA dan GA banyak terdapat pada susu,...(Baca Selengkapnya)

Epilepsi bukan merupakan kontraindikasi pemberian antidepresan. Meski demikian, pemilihan terapi depresi pada pasien epilepsi perlu dilakukan dengan hati-hati. Depresi merupakan salah satu...(Baca Selengkapnya)