Berbagai studi telah menunjukkan manfaat aspirin dalam menurunkan risiko karsinoma hepatoselular (KHS) terkait infeksi hepatitis B kronis. KHS merupakan salah satu kanker yang menyebabkan mortalitas dan morbiditas signifikan. KHS sering ditemukan terkait dengan infeksi hepatitis B kronis. Selain hepatitis B, KHS juga berkaitan dengan hepatitis C, penyakit hati alkoholik, dan steatohepatitis nonalkoholik (NASH).[1]
Hingga saat ini, terapi antivirus seperti tenofovir merupakan salah satu pilar dalam tata laksana infeksi hepatitis B kronis. Penggunaan antivirus secara dini juga dilaporkan mampu menurunkan risiko KHS, namun tidak menghilangkannya. Oleh karena itu, penelitian terus dilakukan untuk mencari modalitas tata laksana lain yang dapat menurunkan risiko KHS pada infeksi hepatitis B kronis.[2,3]
Aspirin sudah dilaporkan bermanfaat sebagai kemoprofilaksis kanker kolorektal. Penelitian terbaru melaporkan bahwa penggunaan aspirin dosis rendah dapat menurunkan risiko kanker kolorektal. Saat ini, aspirin mulai diteliti manfaatnya dalam mencegah KHS.[4,5]
Pencegahan Karsinoma Hepatoselular Terkait Hepatitis B Kronis Saat Ini
Terapi antivirus, seperti tenofovir dan lamivudine, masih banyak digunakan di praktik untuk menekan replikasi virus hepatitis B dalam darah dan memperbaiki fungsi hepar secara umum sehingga menurunkan risiko terjadinya komplikasi jangka panjang dari infeksi hepatitis B kronis, termasuk karsinoma hepatoselular (KHS). Namun, penurunan risiko ini tidaklah mutlak menjadi 0, sehingga risiko terjadinya KHS masih ada, terutama jangka panjang.[6-9]
Peran Aspirin dalam Karsinoma Hepatoselular
Aspirin, sebagai salah satu obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS), diduga dapat mencegah terjadinya karsinoma hepatoselular (KHS) dengan menghambat enzim siklooksigenase-2 (COX-2). Hal ini didasarkan pada studi hewan coba yang melaporkan terjadi ekspresi berlebihan enzim COX-2 pada sel KHS.[5,10]
Berdasarkan dari temuan tersebut, dilakukan berbagai penelitian untuk menguji efikasi aspirin dalam pencegahan KHS, terutama pada infeksi hepatitis B kronis mengingat efikasi aspirin sebagai penyakat enzim COX-2 telah diteliti dapat mengurangi risiko kanker kolorektal.[5]
Selain itu, aspirin juga menghambat produksi tromboksan A2 dan aktivasi platelet yang berperan dalam inflamasi kronis pada patogenesis KHS terkait hepatitis B. Aspirin dalam dosis rendah diduga juga memiliki efek antiinflamasi melalui peningkatan sintesis 15-epi-lipoxin A4 dan gen ALX.[11,12,14]
Efikasi Aspirin Untuk Pencegahan Karsinoma Hepatoselular terkait Hepatitis B Kronis
Sebuah studi melaporkan bahwa penggunaan aspirin memiliki efek pencegahan sekunder pada pasien KHS yang telah mengalami reseksi kuratif. Pada penelitian tersebut, dilaporkan bahwa aspirin memiliki efek yang lebih bermakna secara statistik dibandingkan dengan statin sebagai pencegahan sekunder KHS pada analisis multivariat lanjutan.[13]
Namun, perlu diketahui bahwa OAINS lainnya, seperti ibuprofen yang memiliki mekanisme kerja mirip dengan aspirin ternyata tidak memiliki efek yang sama dalam pencegahan KHS. Hal ini diduga karena ibuprofen memiliki efek antiplatelet yang lebih singkat bila dibandingkan dengan aspirin.[14]
Dalam sebuah studi yang lebih baru di Korea, dilakukan kohort observasional berbasis data nasional. Sebanyak 282.611 data pasien dianalisis dan dikelompokkan berdasarkan jumlah faktor risiko metabolik. Pada kelompok risiko rendah, aspirin ditemukan tidak menurunkan risiko KHS dan meningkatkan risiko perdarahan. Sebaliknya, pada kelompok risiko tinggi, aspirin menurunkan risiko KHS dan kematian tanpa meningkatkan risiko perdarahan.[17]
Indikasi Aspirin Untuk Pencegahan Karsinoma Hepatoselular terkait Hepatitis B Kronis
Pemberian aspirin ditemukan dapat dilakukan dalam berbagai fase infeksi hepatitis B kronis. Pada penelitian yang dilakukan oleh Lee et al., penggunaan aspirin untuk pencegahan KHS diberikan pada pasien dengan infeksi hepatitis B kronis yang tidak pernah mendapat aspirin sebelumnya (misalnya untuk penyakit kardiovaskular).[11]
Selain sebagai pencegahan primer, aspirin juga dapat digunakan pada pasien dengan KHS yang telah menjalani reseksi kuratif untuk mencegah kekambuhan. Dalam hal ini, aspirin dapat berfungsi sebagai pencegahan sekunder. Tetapi, perlu diingat bahwa ada studi yang menyatakan aspirin tidak dapat digunakan sebagai pencegahan primer KHS pada pasien yang sudah masuk ke tahap sirosis hepatis.[13,15]
Dosis Aspirin untuk Pencegahan Karsinoma Hepatoselular
Dalam penggunaannya sebagai pencegahan primer karsinoma hepatoselular (KHS), belum ada rekomendasi dosis dan cara pemberian aspirin yang pasti. Berbagai penelitian terdahulu melaporkan bahwa penurunan risiko KHS sebanding dengan jumlah kumulatif dosis yang dikonsumsi oleh pasien.[12,15]
Studi prospektif skala besar oleh Simon et al., melaporkan bahwa penurunan risiko KHS sebanding dengan jumlah kumulatif tablet aspirin dosis standar per minggu. Studi ini melibatkan lebih dari 133.000 partisipan. Hasil studi melaporkan bahwa penggunaan tablet dosis standar (325 mg) sebanyak 1,5 tablet/minggu menghasilkan multivariable-adjusted hazard ratio (HR) sebesar 0,87. Penggunaan 1,5-5 tablet perminggu menghasilkan HR sebesar 0,51, dan >5 tablet seminggu menghasilkan HR sebesar 0,49.[12]
Studi kohort lain melaporkan bahwa penggunaan aspirin setiap hari mampu menurunkan risiko KHS terkait hepatitis B kronis. Pada studi ini, 10.615 pasien dianalisis. 98% pasien mengonsumsi aspirin dalam dosis ≤100 mg/hari.[11]
Risiko Perdarahan pada Penggunaan Aspirin untuk Pencegahan Karsinoma Hepatoselular Pada Pasien dengan Infeksi Hepatitis B Kronis
Perlu diketahui bahwa penggunaan aspirin erat dengan peningkatan kejadian perdarahan, terutama perdarahan saluran cerna bagian atas. Namun, pada pasien yang mendapat aspirin dosis rendah secara harian tanpa obat lainnya, risiko terjadinya perdarahan dilaporkan tidak berbeda secara bermakna bila dibandingkan dengan pasien hepatitis B kronis yang tidak mengonsumsi aspirin untuk pencegahan KHS.[11]
Meski begitu, pada pasien ≥65 tahun dengan atau tanpa sirosis hepatis, dan memiliki komorbiditas yang dapat meningkatkan risiko perdarahan, pemberian aspirin harus mempertimbangkan rasio manfaat dan risiko. Studi lebih lanjut masih diperlukan agar stratifikasi risiko perdarahan gastrointestinal dapat dilakukan lebih baik. Hal ini akan meningkatkan aspek keamanan bagi pasien yang diberikan aspirin untuk pencegahan KHS.[16]
Kesimpulan
Salah satu faktor risiko terjadinya karsinoma hepatoseluler (KHS) adalah infeksi hepatitis B kronis. Saat ini, modalitas tata laksana utama yang digunakan untuk infeksi hepatitis B kronis adalah interferon dan antivirus seperti tenofovir, namun penggunaannya tidak serta merta menghilangkan risiko KHS. Oleh karena itu, berbagai penelitian dilakukan untuk mengetahui efek aspirin dalam pencegahan KHS terkait hepatitis B kronis.
Aspirin diduga berperan menurunkan risiko terjadinya KHS pada hepatitis B kronis melalui hambatan pada enzim COX-2 dan sifatnya sebagai antiplatelet, yang berperan dalam patogenesis KHS. Penggunaan aspirin diindikasikan pada infeksi hepatitis B kronis nonsirotik. Tetapi, rekomendasi dan cara pemberian aspirin yang paling optimal masih belum tersedia.
Perlu diketahui pula bahwa belum terdapat pedoman klinis resmi yang merekomendasikan penggunaan aspirin untuk pencegahan KHS pada pasien dengan hepatitis B kronis. Banyak dari bukti yang ada saat ini masih berasal dari studi observasional, dan perlu pula diingat bahwa pemberian aspirin membawa risiko perdarahan.
Direvisi oleh: dr. Bedry Qintha