Saat ini, irigasi nasal sering digunakan untuk rhinitis alergi, pertanyaan apakah bermanfaat? Berbagai penelitian telah menunjukkan efektifitas irigasi nasal dalam meminimalisir gejala rhinitis alergi. Teknik ini dianggap sebagai hawa segar bagi penderita rhinitis alergi karena dapat mengurangi risiko ketergantungan obat antialergi.
Namun, terdapat penelitian lain yang menemukan fakta sebaliknya, yaitu tindakan irigasi nasal tidak cukup membantu memperbaiki kondisi rhinitis alergi dan berisiko menimbulkan efek samping, seperti epistaksis dan iritasi pada mukosa hidung.[2,4-6]
Rhinitis alergi adalah peradangan mukosa hidung yang diperantarai oleh immunoglobulin E (IgE). Rhinitis alergi terjadi manakala ada paparan alergen pada mukosa hidung. Kondisi ini perlu penanganan yang tepat karena dapat memicu berbagai macam komplikasi, seperti sinusitis, hipertrofi konka nasalis, hingga polip nasal.[2,7]
Manfaat Irigasi Nasal
Irigasi nasal merupakan salah satu terapi nonfarmakologi yang murah dan mudah dilakukan, serta dipercaya dapat membantu mengurangi gejala rhinitis alergi. Banyak penelitian mengenai manfaat irigasi nasal, di antaranya dapat meningkatkan mucociliary clearance, mengurangi waktu kontak debris dengan mukosa hidung, menjaga patensi ostium sinus, dan mengurangi edema mukosa hidung.
Sampai saat ini belum ada guideline yang menetapkan frekuensi pasti dari irigasi nasal bagi penderita rhinitis alergi. Namun, sebagian besar studi menyimpulkan outcome yang baik pada penderita yang menerapkan kegiatan nasal irigasi secara rutin setiap hari. Irigasi nasal dapat menggunakan volume yang bervariasi mulai dari 5 mL sampai dengan 60 mL.[2,4,7]
Pemilihan Cairan untuk Irigasi Nasal
Pemilihan cairan irigasi beserta konsentrasinya sangat berperan dalam menentukan keberhasilan tindakan irigasi nasal. Cairan salin dipilih sebagai cairan yang digunakan untuk mengirigasi hidung karena dianggap aman bagi mukosa hidung. Terdapat beberapa jenis konsentrasi cairan salin, mulai dari cairan salin hipotonis, salin normal atau isotonis (NaCl 0,9%), hingga salin hipertonis (NaCl 3%). Klinisi sering menggunakan cairan normal salin dan hipertonis sebagai cairan untuk irigasi nasal.[4,5]
Penggunaan salin hipertonik dilaporkan memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan penggunaan salin normal, karena salin hipertonik memiliki pH yang lebih basa sehingga dapat menciptakan keadaan mukus yang lebih sol. Penggunaan salin hipertonik juga mampu meningkatkan mucociliary clearance, mengurangi edema mukosa hidung, serta memperbaiki patensi ostium sinus, sehingga dapat menurunkan risiko terjadinya rhinosinusitis.[1,4]
Risiko Efek Samping Irigasi Nasal
Walaupun jarang dilaporkan, terdapat beberapa efek samping dari irigasi nasal seperti risiko epistaksis, mukosa kering, serta perasaan buntu pada telinga yang dapat hilang dengan sendirinya. Efek samping lebih sering terjadi bila menggunakan cairan salin hipertonis. Hal ini terjadi karena semakin tinggi persentase natrium di dalam cairan cuci hidung maka kadar air dalam sel akan tertarik ke luar sehingga menyebabkan mukosa nasal menjadi lebih kering.
Cairan salin hipertonis juga lebih iritatif dibandingkan salin normal, karena itu pada beberapa pasien menyebabkan rasa tidak nyaman dan panas pada rongga hidung pasca irigasi.[4,5,7]
Selain beberapa efek samping yang telah dijelaskan di atas, beberapa ilmuwan juga memperdebatkan sterilisasi botol yang digunakan untuk menyimpan cairan irigasi nasal. Beberapa mikroorganisme patogen seperti Pseudomonas aeruginosa, Serratia marcescens, Proteus mirabilis, dan Staphylococcus aureus berisiko mencemari cairan melalui botol penyimpanannya.
Namun, ilmuwan lain membantah temuan ini karena hidung bukan merupakan organ yang steril dari kuman. Selain itu, penelitian lain menyebutkan kontaminasi ini dapat dihindari selama penderita menerapkan higienitas yang optimal dalam melakukan prosedur irigasi nasal, dan mengganti botol sesering mungkin.
Penelitian tersebut mengungkapkan bahwa kontaminasi akan terjadi setelah 1−2 minggu penyimpanan (25% kasus), serta meningkat setelah 4 minggu penyimpanan (45% kasus). Desinfeksi botol penyimpan cairan irigasi nasal untuk untuk mencegah kontaminasi dapat dengan cara merebus botol dalam air hingga mendidih.[3]
Keamanan Penerapan Irigasi Nasal sebagai Terapi Rhinitis Alergi
Pada dasarnya irigasi nasal merupakan metode yang aman dilakukan dan cukup efektif untuk mengurangi gejala pada hidung. Penelitian terdahulu juga menyebutkan bahwa metode ini memiliki angka kepatuhan yang cukup tinggi pada penderita, bahkan pada anak-anak.
Jeffe et al. pada tahun 2017 melakukan penelitian observasional terhadap 57 anak berusia 2−16 tahun, terkait tingkat kepatuhan anak dalam melaksanakan kegiatan irigasi nasal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 25% anak yang dilatih untuk melakukan irigasi nasal menerapkan secara teratur metode ini minimal 1 kali sehari.[3,7]
Karen Head et al. di tahun 2018 mengadakan studi analisis untuk mengkaji efektivitas irigasi nasal untuk meredakan gejala rhinitis alergi. Terdapat 14 penelitian yang dianalisis, di mana 7 penelitian melibatkan responden anak-anak (499 orang) dan lainnya melibatkan responden dewasa (248 orang). Studi dilakukan selama 3 bulan dengan metode randomized controlled trial (RCT).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan cairan salin normal sebagai larutan irigasi nasal sangat bermanfaat mengurangi gejala rhinitis alergi bila dibanding pasien yang tidak melakukan irigasi nasal secara rutin.[2]
Kesimpulan
Irigasi nasal merupakan metode yang cukup efektif untuk membantu meredakan gejala rhinitis alergi. Penerapan yang mudah dan harganya yang murah menjadi pertimbangan dalam menjadikan irigasi nasal sebagai salah satu terapi nonfarmakologis bagi penderita rhinitis alergi.
Meskipun demikian, irigasi nasal juga diketahui memiliki beberapa efek samping sehingga pengerjaannya perlu dilakukan secara baik dan benar. Penggunaan cairan salin normal lebih tidak berisiko efek samping dibandingkan cairan hipertonis.
Diperlukan penelitian lebih luas terkait irigasi nasal agar semakin banyak informasi yang terungkap dari prosedur ini, sehingga diharapkan dapat memberikan manfaat bagi penderita rhinitis alergi.
Direvisi oleh: dr. Gabriela Widjaja