Pertimbangan peresepan kontrasepsi oral dipengaruhi kadar estrogen dan progesteron pil, kondisi klinis, dan efek samping nonkontrasepsi, seperti tromboemboli. Kontrasepsi oral merupakan salah satu opsi yang paling sering dipilih oleh wanita usia reproduktif, karena mudah dikonsumsi, murah, dan memiliki efektivitas yang baik. Luasnya penggunaan kontrasepsi oral ini perlu menjadi perhatian klinisi agar tidak terjadi peresepan yang tidak sesuai dengan kondisi pasien.
Kontrasepsi oral yang dikonsumsi secara tepat memiliki angka kegagalan yang sangat rendah, yaitu sekitar 0,3%. Metode ini juga bersifat noninvasif, sehingga sering menjadi pilihan banyak pasien. Akan tetapi, pasien dengan kondisi medis yang berbeda akan membutuhkan jenis obat kontrasepsi oral yang berbeda pula.[1,2,10]
Jenis Kontrasepsi Oral
Secara umum, kontrasepsi oral dibedakan menjadi 2 kelompok utama, yaitu pil kombinasi estrogen-progestin dan pil yang hanya mengandung progestin. Pil kombinasi bekerja menghambat ovulasi melalui feedback aksis hipotalamus, hipofisis, dan ovarium, sedangkan pil progestin bekerja dengan mengentalkan mukus serviks, mengurangi aktivitas silia di tuba fallopi, dan memengaruhi endometrium.[1–3]
Pil kontrasepsi kombinasi umumnya terdiri dari 28 pil dengan 21 pil aktif dan 7 pil inaktif atau 28 pil dengan 24 pil aktif dan 4 pil inaktif. Sementara itu, seluruh pil progestin biasanya merupakan pil aktif. Pil progestin membutuhkan dosis dan jadwal konsumsi yang lebih konsisten pada jam yang sama, sehingga pil kombinasi biasanya lebih sering digunakan sebagai lini pertama.[1,3]
Pil Kombinasi Monofasik
Pil kombinasi monofasik mengandung kadar estrogen dan progestin dengan dosis yang sama untuk setiap pil aktifnya. Contoh pil kombinasi yang umum ditemukan, termasuk di Indonesia, adalah kombinasi etinilestradiol dengan progestin seperti levonorgestrel, drospirenone, atau desogestrel.[4]
Pil Kombinasi Bifasik
Pil kombinasi bifasik mengandung kadar estrogen yang tetap untuk setiap pil aktifnya, tetapi kadar progestinnya ditingkatkan setelah setengah siklus. Contohnya adalah kombinasi etinilestradiol dengan levonorgestrel.[4]
Pil Kombinasi Trifasik
Pil kombinasi trifasik mengandung estrogen dan progestin dengan kadar berbeda-beda, yang berganti setiap sekitar 7 hari. Contohnya adalah kombinasi etinilestradiol dan levonorgestrel.[4]
Pil Kombinasi Tetrafasik
Pil kombinasi tetrafasik mengandung kadar estrogen dan progestin dengan empat fase perubahan selama 28 hari. Contohnya adalah kombinasi estradiol valerat dengan dienogest.[4]
Pil Progestin Saja
Pil progestin saja hanya mengandung progestin tanpa komponen estrogen. Contoh pil ini adalah sediaan yang hanya mengandung levonorgestrel atau desogestrel.[4]
Pil Antiandrogen
Selain pil kombinasi estrogen-progestin dan pil progestin saja, saat ini juga terdapat pil yang mengandung antiandrogen seperti cyproterone. Pil ini dapat digunakan untuk mengatasi jerawat yang parah dan hiperandrogenisme. Di Indonesia, pil antiandrogen tersedia dalam formulasi etinilestradiol dan cyproterone acetate.
Pertimbangan dalam Pemilihan Pil Kontrasepsi Oral Kombinasi
Prinsip utama dalam pemilihan kontrasepsi oral adalah:
- Mengandung dosis estrogen dan progesteron efektif yang terendah
- Dapat ditoleransi dengan baik oleh pasien
- Memiliki profil keamanan yang baik
- Memiliki harga terjangkau
- Memiliki manfaat nonkontrasepsi lain yang menguntungkan bila diinginkan pasien[1,10]
Pil kontrasepsi oral kombinasi mengandung komponen estrogen yang meningkatkan risiko tromboemboli vena. Oleh karena itu, dosis estrogen yang dipilih harus berupa dosis efektif yang terendah. Studi menunjukkan bahwa dosis etinilestradiol ≤35 μg sudah efektif untuk mencegah kehamilan dan memiliki risiko tromboemboli vena yang lebih rendah daripada dosis 50 μg. Bahkan, dosis etinilestradiol 30 μg dan 20 μg juga dilaporkan memiliki efikasi yang serupa.
Pertimbangan khusus perlu diberikan kepada pasien dengan epilepsi. Hal ini karena konsumsi obat antiepilepsi dapat menurunkan efikasi obat kontrasepsi kombinasi sehingga dosis kontrasepsi oral yang dibutuhkan biasanya lebih tinggi.[1,2,10]
Pasien yang Tidak Dapat Menerima Pil Kombinasi
Selain efek samping tromboemboli vena, pil kombinasi juga dapat menyebabkan efek samping stroke dan infark miokard. Oleh karena itu, obat ini sebaiknya dihindari oleh pasien dengan memiliki faktor risiko terhadap penyakit-penyakit tersebut.
Wanita yang berusia >35 tahun dan merokok sebaiknya menghindari pil kombinasi karena memiliki faktor risiko tromboemboli vena, stroke, dan infark miokard. Selain itu, kelompok yang juga perlu menghindari pil kombinasi adalah hipertensi tidak terkontrol, hiperkolesterolemia, diabetes mellitus tidak terkontrol, migraine dengan aura, obesitas, nefritis, tirah baring (imobilitas) dalam waktu lama, riwayat tromboemboli vena sebelumnya, dan riwayat penyakit kardiovaskular lain.[1,2,5,6,9]
Wanita dengan lupus eritematosus sistemik (SLE) yang memiliki antibodi fosfolipid, mengonsumsi obat antiepilepsi yang meningkatkan enzim hepar, maupun dengan riwayat kanker tertentu seperti kanker payudara, kanker endometrium, dan neoplasma hepar juga sebaiknya tidak diberikan pil kombinasi. Selain itu, pil kombinasi juga tidak disarankan bagi ibu menyusui karena dapat mengurangi jumlah ASI yang diproduksi.[1,2,5,7–9]
Pasien yang Dapat Menerima Pil Kombinasi
Meskipun memiliki risiko efek samping di atas, pil kombinasi juga memiliki manfaat tersendiri, seperti mengurangi hirsutisme, jerawat, dismenorea, menorrhagia, nyeri payudara, dan siklus menstruasi irregular. Wanita dengan kondisi-kondisi tersebut, termasuk wanita dengan polycystic ovarian syndrome (PCOS), dapat menerima manfaat pil kombinasi, terutama yang mengandung drospirenone.[1,2,7,8]
Pasien dengan hipertensi atau diabetes mellitus yang terkontrol baik dan tidak disertai komplikasi juga masih dapat menerima pil kombinasi. Selain itu, pil kombinasi juga dapat digunakan oleh wanita dengan depresi, rheumatoid arthritis, dan inflammatory bowel disease.[1,2,8]
Secara umum, wanita yang tidak merokok, wanita yang mengalami migraine tanpa aura, wanita dengan SLE terkontrol tanpa antibodi fosfolipid, dan wanita dengan penyakit katup jantung atau penyakit liver terkontrol dapat menerima pil kombinasi dengan aman. Akan tetapi, perlu dilakukan monitoring berkala untuk memantau efek samping.[2]
Perbedaan Antar Pil Kombinasi
Beberapa studi dan meta analisis menyatakan bahwa pil kombinasi yang mengandung komponen progestin seperti desogestrel atau drospirenone memiliki risiko tromboemboli vena yang lebih tinggi daripada komponen progestin berupa levonorgestrel. Akan tetapi, hasil studi-studi ini masih kontroversial, sehingga desogestrel dan drospirenone masih diresepkan secara luas.[1,3]
Pertimbangan dalam Pemilihan Pil Kontrasepsi Oral Progestin Saja
Pil kontrasepsi oral yang hanya mengandung progestin biasanya disarankan untuk wanita dengan kontraindikasi terhadap estrogen seperti tersebut di atas. Wanita dengan gangguan kejang, hiperkoagulasi, wanita menyusui, dan wanita yang ingin kontrasepsi jangka panjang juga dapat disarankan menerima pil progestin.
Akan tetapi, dokter sebaiknya tidak meresepkan pil progestin pada pasien yang khawatir dengan breakthrough bleeding, sebab obat ini lebih sering menyebabkan breakthrough bleeding. Pil progestin juga lebih mungkin menyebabkan hirsutisme dan jerawat. Pasien dengan karsinoma payudara juga secara umum tidak dianjurkan menerima kontrasepsi hormonal.[2,5]
Kesimpulan
Peresepan kontrasepsi oral sebaiknya dilakukan dengan mempertimbangkan kondisi medis masing-masing pasien. Pil kombinasi mengandung estrogen yang dapat meningkatkan risiko tromboemboli vena, stroke, dan infark miokard sehingga sebaiknya dihindari pada pasien yang memiliki faktor risiko penyakit-penyakit tersebut. Contohnya adalah pasien berusia >35 tahun, merokok, memiliki hipertensi atau diabetes mellitus tidak terkontrol, memiliki migraine dengan aura, atau penyakit kardiovaskular.
Pasien yang tidak dapat menerima pil kombinasi dan pasien yang menyusui dapat menerima pil yang hanya mengandung progestin saja, kecuali bila pasien khawatir tentang breakthrough bleeding, hirsutisme, dan jerawat. Pil kombinasi lebih bermanfaat dalam mengurangi hirsutisme, jerawat, dismenorea, dan menorrhagia.[1–3,5,9]
Direvisi oleh: dr. Felicia Sutarli