Effects of Delayed Cord Clamping on Four-month Ferritin Levels, Brain Myelin Content and Neurodevelopment: A Randomized Controlled Trial
Judith S. Mercer, Debra A. Erickson-Owens, Sean C.L. Deoni, Douglas C. Dean, Jennifer Collins, Ashley B. Parker, Meijia Wang, Sarah Joelson, Emily N. Mercer, James F. Padbury. Journal of Pediatrics, 2018; 203:266-272.
Abstrak
Objektif: untuk mengevaluasi apakah transfusi plasenta mempengaruhi myelinisasi otak pada usia 4 bulan.
Desain Studi: Uji acak terkontrol penyamaran sebagian dilakukan pada rumah sakit bersalin tingkat 3 di Amerika Serikat. Tujuh puluh tiga wanita hamil cukup bulan dan fetus tunggalnya ditangani secara acak dengan penjepitan tali pusat tertunda (delayed cord clamping / DCC, > 5 menit) atau penjepitan tali pusat segera (immediate cord clamping / ICC, < 20 detik). Pada usia 4 bulan, dilakukan pengecekan kadar feritin darah. Dilakukan uji perkembangan neurologis dengan Mullen Scales of Early Learning dan kadar myelin pada otak yang diukur dengan magnetic resonance imaging. Korelasi antara kadar myelin dan feritin darah pada kelompok DCC vs ICC diukur.
Hasil: Pada kelompok DCC dan ICC, waktu penjepitan adalah 172 ± 188 detik vs 28 ± 76 detik (P < 0.002); hematokrit pada usia 48 jam adalah 57.6% vs 53.1% (P < 0.01). Pada usia 4 bulan, bayi dengan DCC memiliki kadar feritin yang lebih tinggi (96.4 vs 65.3 ng/dL, P = 0.03). Ditemukan hubungan yang positif antara feritin dan kadar myelin. Bayi yang diacak dan masuk ke dalam kelompok DCC memiliki kadar myelin yang lebih banyak pada kapsula interna dan bagian lain di otak yang berhubungan dengan fungsi atau proses motorik, visual dan sensorik. Tidak terdapat perbedaan yang tampak pada uji Mullen.
Kesimpulan: Pada usia 4 bulan, bayi yang lahir dengan DCC memiliki kadar feritin darah dan myelin otak pada daerah yang penting untuk perkembangan dini yang lebih tinggi. Sokongan sel darah merah yang kaya akan zat besi didapatkan melalui DCC dan diharapkan dapat memberikan keuntungan jangka panjang untuk pertumbuhan dini dari white matter.
Ulasan Alomedika
Penjepitan tali pusat tertunda (delayed cord clamping / DCC) telah diketahui dapat meningkatkan penyimpanan zat besi (feritin) dalam tubuh neonatus dibandingkan dengan pemotongan tali pusat segera (immediate cord clamping / ICC). Defisiensi besi pada neonatus dapat berpengaruh pada perkembangan neuromotorik dan kognitif bayi. Penelitian ini melihat apakah penjepitan tali pusat tertunda dapat memberikan efek pada jumlah feritin, myelin pada otak dan perkembangan neurologis.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode randomized controlled trial (RCT) selama 3 tahun. Target sampel yang digunakan adalah 60 wanita hamil yang terbagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok penjepitan tali pusat tertunda dan kelompok penjepitan tali pusat segera. Pada kelompok penjepitan tali pusat tertunda (DCC), penjepitan dilakukan setelah lebih dari 5 menit kelahiran atau dengan teknik Umbilical Milking Cord (UMC) sebanyak 5x pada kelahiran melalui sectio caesarea. Penjepitan tali pusat di bawah 20 detik dilakukan pada kelompok penjepitan tali pusat segera (ICC).
Pengacakan pada penelitian ini dilakukan secara sebagian. Penentuan ibu hamil menjadi kelompok tertunda atau segera dilakukan sesaat sebelum kelahiran. Pengelompokan ini tidak diketahui oleh staf peneliti kecuali asisten penelitian saat kelahiran. Pengacakan dengan cara ini adalah metode pengacakan terbaik yang mungkin dilakukan karena asisten yang menjepit tali pusat harus mengetahui pengelompokan pasien secara segera.
Follow up dilakukan pada usia 4 bulan dengan melakukan tes darah untuk mengukur darah lengkap, iron study dan C-reactive protein serta pencitraan dengan Magnetic Resonance Imaging (MRI) tanpa sedasi untuk melihat kadar myelin. Waktu 4 bulan dipilih karena waktu ini menandakan onset perkembangan myelin yang paling pesat. Teknik yang digunakan untuk melihat kadar myelin menggunakan MRI ini adalah teknik multicomponent driven equilibrium single pulse observation of T1 and T2 (mcDESPOT) untuk mengukur fraksi volume air myelin (VFm). Perkembangan neurologi diukur dengan Mullen Scales of Early Learning.
Hasil Penelitian
Hematokrit pada usia 2 hari neonatus ditemukan secara signifikan lebih tinggi pada kelompok DCC dibandingkan kelompok ICC. Namun, perbedaan ini tidak ditemukan pada follow up usia 4 bulan. Jumlah feritin ditemukan lebih tinggi secara signifikan pada kelompok DCC dibandingkan ICC (96.4 vs 65.3 ng/dL; p = 0.03) meskipun pada kedua kelompok angka feritin masih dalam batas normal.
VFm merupakan indikator dari kadar myelin di otak bayi yang ditemukan berkorelasi positif dengan jumlah feritin darah. Kadar myelin yang ditemukan lebih banyak (kualitatif) khususnya didapatkan pada bagian otak yang bekerja pada perkembangan dini (batang otak, cerebellum, substansia alba pada parietal dan oksipital serta kapsula interna). Bagian otak ini penting untuk perkembangan motorik dan sensorik.
Meskipun demikian, perkembangan neurologis tidak ditemukan perbedaan yang bermakna antara kedua kelompok yang diukur dengan Mullen Early Learning Score baik verbal dan nonverbal pada usia 4 bulan. Pada penelitian lain, perkembangan neurologis ditemukan lebih baik pada kelompok DCC di usia 4 tahun.
Kelebihan Penelitian
Penelitian ini menggunakan MRI untuk visualisasi jumlah myelin pada otak yang berhubungan dengan kadar feritin dalam darah. Hal ini bermanfaat untuk melihat dampak langsung penjepitan tali pusat tertunda terhadap perkembangan neuromotrik dan kognitif bayi secara jangka pendek.
Penundaan penjepitan tali pusat selama 5 menit terbukti memiliki residual placental blood volume yang lebih rendah. Hal ini berhubungan dengan tingkat ferritin dan tingkat hemoglobin yang lebih tinggi. Peneliti memilih menggunakan waktu penjepitan tali pusat selama 5 menit, di atas rekomendasi WHO yang hanya menyarankan waktu penjepitan tali pusat selama 1 menit[1].
Limitasi Penelitian
Metode mcDESPOT terhadap myelin dipilih peneliti berdasarkan hasil beberapa studi sebelumnya yang menyatakan bahwa metode ini sensitif untuk mengukur jumlah myelin dalam otak bayi. Walau demikian, metode ini masih memerlukan validasi lebih lanjut secara kuantitatif.
Efek neurokognitif dari DCC perlu diteliti lebih lanjut pada usia tumbuh kembang berikutnya, sehingga diharapkan dapat ditemukan signifikansi klinis dari penjepitan tali pusat tertunda.
Aplikasi Penelitian di Indonesia
Penjepitan tali pusat tertunda adalah metode yang sangat mungkin dilakukan oleh seluruh praktisi medis dan paramedis di Indonesia. Teknik ini tidak memerlukan biaya dan teknik yang rumit sehingga dapat dilakukan oleh bidan dan dokter umum di tempat terpencil sekalipun. Teknik yang sederhana ini diharapkan dapat memberikan peningkatan kualitas hidup. Walau keuntungan jangka panjang terhadap neurokognitif anak masih perlu dikonfirmasi, penjepitan tali pusat tertunda terbukti memiliki manfaat untuk mencegah anemia defisiensi besi pada bayi sehingga teknik ini sangat disarankan untuk dilakukan.[1]