Kultur darah pada pasien pneumonia komuniti tidak dianjurkan untuk dilakukan secara rutin, karena dapat mengganggu efisiensi tata laksana dan meningkatkan biaya medis pasien. Perlu tidaknya kultur darah untuk diagnosis pasien pneumonia komuniti perlu dipertimbangkan dengan saksama oleh klinisi, sesuai kondisi tiap pasien.
Kultur darah dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bakteri penyebab pneumonia secara pasti, sehingga pemberian antibiotik menjadi lebih spesifik dan efektif. Hal ini diharapkan bisa mengurangi risiko yang mungkin timbul dari terapi antibiotik empiris.
Akan tetapi, kultur darah membutuhkan biaya yang tidak murah. Selain itu, ada risiko penundaan terapi akibat waktu menunggu hasil kultur yang lama dan ada risiko hasil kultur positif palsu atau negatif palsu. Hasil palsu bisa menyebabkan tata laksana justru menjadi tidak efektif.[1-3]
(Konten ini khusus untuk dokter. Registrasi untuk baca selengkapnya)