Povidone iodine (PVP-I) dapat digunakan dalam tata laksana luka kronis karena bekerja efektif sebagai antiseptik. PVP-I adalah antimikroba broad spectrum yang bekerja pada banyak target bakteri dan belum ada laporan yang relevan secara klinis mengenai resistensi atau resistensi silang antibiotik hingga saat ini.[1]
Secara umum, hampir semua jenis luka dapat ditemukan kolonisasi mikroorganisme. Kontaminasi mikroorganisme patogen dapat mencetuskan terjadinya infeksi dan sepsis sehingga proses penyembuhan luka terganggu.[1,2]
Tata laksana luka kronik memerlukan perawatan yang lama. Oleh karena itu, untuk meminimalisir resistensi antibiotik, penggunaan antibiotik sistemik dalam jangka waktu lama secara umum tidak direkomendasikan dalam tata laksana luka kronis. Penggunaan antiseptik lebih disarankan untuk luka kronis karena risiko resistensi bakteri yang rendah.[3]
Peran Antiseptik pada Luka Kronis
Infeksi dari mikroorganisme dapat menimbulkan inflamasi yang berlebihan, walaupun inflamasi adalah proses fisiologis dari penyembuhan luka. Inflamasi yang berkepanjangan yang disertai dengan proses remodeling matriks ekstraseluler yang gagal dan kegagalan re-epitelisasi adalah ciri khas luka kronis.[2]
Untuk tata laksana luka kronis, antiseptik yang digunakan harus mampu membersihkan luka yang tertutup lapisan biofilm, eksudat berlebih, debris, atau jaringan nekrotik di dasar luka. Pilihan antiseptik yang ideal biasanya memiliki sifat antimikroba spektrum luas, dapat menghancurkan biofilm, serta aman untuk jaringan sehat tanpa menghambat proses penyembuhan.[2,3]
Penggunaan Povidone Iodine sebagai Antiseptik Luka Kronis
Povidone iodine (PVP-I) adalah antimikroba topikal yang disarankan dalam tata laksana luka kronis karena terbukti efektif melawan bakteri gram positif dan negatif, virus, jamur, spora, protozoa, dan amoeba (berdasarkan data in-vitro). PVP-I dikenal sebagai antiseptik topikal yang tersedia dalam bentuk sediaan cairan atau salep.
Povidone iodine 10% setara dengan 1% iodine bebas. Povidone merupakan polimer sintetis water-soluble yang terbuat dari monomer N-vinilpirolidone yang digunakan sebagai pengikat dan pembawa. Sedangkan, iodine berperan penting dalam perawatan luka sebagai agen antimikroba yang efektif. [2,5]
Mekanisme Kerja dan Keunggulan Povidone Iodine dibanding Antiseptik Lain
Povidon bersifat hidrofilik dan bertindak sebagai pembawa iodine ke membran sel. Setelah kompleks PVP-I mencapai dinding sel, iodine bebas akan dilepaskan dengan cepat. Lalu, melakukan penetrasi mikroorganisme dan oksidasi protein kunci, nukleotida dan asam lemak yang mengarah kepada kematian sel.[1,2,4]
Aktivitas Antimikroba
Povidone iodine memiliki spektrum antimikroba yang lebih luas dibandingkan klorheksidin, polyhexanide, dan silver. Selain itu, PVP-I memiliki kemampuan yang cepat serta efektif melawan methicillin-resistant Staphylococcus aureus (MRSA) serta mikroba lain pada luka kronis, termasuk biofilm. Tidak ada laporan yang relevan secara klinis hingga kini mengenai resistensi bakteri atau resistensi silang setelah paparan povidone iodine.[1,2,3]
Resistensi Bakteri
Povidone-iodine (PVP-I) menghambat enzim yang merupakan salah satu mekanisme utama yang menjelaskan efektivitasnya dalam melawan berbagai jenis virus dan bakteri. Selain itu, tidak ada laporan yang relevan secara klinis mengenai resistensi bakteri setelah paparan PVP-I.[1-3]
Aktivitas Melawan Biofilm
Biofilm adalah struktur yang mengandung berbagai mikroorganisme yang dikelilingi oleh matriks pelindung, yang dapat menempel pada permukaan inert dan organik. PVP-I memiliki aktivitas antibiofilm yang kuat terhadap berbagai spesies bakteri yang ditemukan pada luka kronis.[1-3]
Penyembuhan Luka
Dalam studi klinis, PVP-I meningkatkan tingkat penyembuhan ulkus kaki kronis dan menunjukkan efek anti-inflamasi. Meskipun terdapat bukti efek penyembuhan, chlorhexidine dan polyhexanide dapat menyebabkan iritasi dan peradangan sehingga dapat mempengaruhi penyembuhan luka.[1-3]
Bukti Klinis Penggunaan Povidone Iodine dalam Tata Laksana Luka Kronis
Penelitian yang dilakukan Daróczy membandingkan efektivitas tiga kelompok pengobatan pada pasien dengan luka kronis. Kelompok pertama menggunakan antiseptik lokal povidone iodine dengan terapi kompresi, kelompok kedua menggunakan povidone iodine tanpa kompresi, dan kelompok ketiga menggunakan antibiotik sistemik (amoxicillin) dengan terapi kompresi.[6]
Penelitian ini dilakukan pada 63 pasien dengan ulkus vena kaki atau vena leg ulcer (VLU). Hasil ditemukan penggunaan PVP-I dengan kompresi meningkatkan healing rate 82% dibandingan PVP-I tanpa kompresi hanya sebesar 62%. Sedangkan pada kelompok yang menggunakan antibiotik sistemik dengan tingkat penyembuhan ulkus superfisial yang terinfeksi adalah 85%, tidak lebih baik secara signifikan dibandingkan kelompok PVP-I.[6]
Penelitian Daróczy juga menemukan bahwa penggunaan antibiotik sistemik menimbulkan kekambuhan infeksi bakteri superfisial sebesar 32% dibandingkan dengan penggunaan PVP-I yang hanya sebesar 11%.[6]
Sementara itu, pada penelitian yang dilakukan Park et al membandingkan penggunaan PVP-I foam dressing dengan silver foam dressing pada 80 pasien dengan luka kronis, ulkus dekubitus. Foam dressing biasanya digunakan untuk menyerap eksudat dan menjaga luka tetap lembab untuk meningkatkan penyembuhan luka. Penelitian ini membandingkan foam dressing yang berisi angen antiseptik yang berbeda.[7]
Hasil penelitian menunjukkan bahwa efisiensi proses penyembuhan antara PVP-I dan silver memiliki luaran yang sama. Selain itu, penggunaan PVP-I foam dressing lebih hemat biaya daripada silver foam dressing. Jadi, dapat disimpulkan bahwa proses penyembuhan luka PVP-I foam dressing dan silver foam dressing memiliki efek yang sama.[7]
Penelitian yang dilakukan oleh Gwak et al membandingkan kelompok yang menggunakan PVP-I foam dressing dengan kelompok kontrol foam dressing dalam tatalaksana ulkus diabetikum kaki atau diabetic foot ulcer (DFU). Penelitian ini dilakukan selama 8 minggu pada 71 pasien yang memiliki diabetes tipe 1 atau 2 dengan grading wagener 1 atau 2. Hasilnya menunjukkan kelompok PVP-I foam dressing memiliki waktu penyembuhan sama dengan kelompok kontrol foam dressing. Namun, PVP-I lebih memiliki keunggulan karena memiliki agen antimikroba yang berguna mencegah infeksi, yang merupakan sasaran penting dalam tata laksana luka kronis.[8]
Keamanan Penggunaan Povidone Iodine dalam Jangka Panjang
Data mengenai absorpsi sistemik PVP-I sebagai antiseptik masih sedikit. Iodine dapat diserap dari kulit, tetapi lebih banyak dari mukosa. Kondisi sawar kulit akan menentukan penyerapan iodine secara transdermal. Penyerapan iodine akan meningkat jika sawar kulit rusak. Penggunaan PVP-I topikal secara umum aman dan dapat ditoleransi dengan baik. Jarang dijumpai adanya laporan mengenai reaksi alergi dan reaksi obat yang merugikan. [1,2,9]
Kesimpulan
Luka kronis, seperti ulkus kaki diabetes, ulkus vena kaki, dan ulkus dekubitus merupakan luka yang sering ditemui di Indonesia. Luka kronis ini sering kali mengalami kolonisasi bakteri yang berlebihan, sehingga membentuk biofilm. Biofilm ini dapat menghambat proses penyembuhan dengan mempertahankan kondisi inflamasi sehingga meningkatkan risiko infeksi pada luka.
Oleh karena itu, penggunaan antiseptik topikal lebih disarankan daripada antibiotik sistemik. Hal ini dikarenakan tata laksana luka kronis memakan waktu yang cukup lama dan dikhawatirkan akan terjadi resistensi antibiotik.
Povidone iodine (PVP-I) menjadi pilihan yang tepat dalam tata laksana luka kronis karena tidak ditemukan memiliki resistensi terhadap mikroorganisme. Bukti klinis dari berbagai penelitian telah menunjukkan efektivitas PVP-I mampu merawat luka kronis dengan baik dan dapat dipakai dalam jangka waktu yang lama.
Berdasarkan dua penelitian, penggunaan PVP-I foam dressing dalam tata laksana luka kronis seperti ulkus diabetikum kaki dan ulkus dekubitus memberikan hasil penyembuhan luka yang sama dengan alternatif lain. Selain itu, keunggulan dari penggunaan PVP-I dinilai lebih murah dibanding alternatif lain.
Pada penelitian ditemukan bahwa penggunaan PVP-I dengan kompresi pada ulkus vena kaki meningkatkan healing rate dibandingkan dengan PVP-I tanpa kompresi, dan dengan tingkat penyembuhan yang sebanding dengan antibiotik sistemik dengan kompresi. PVP-I topikal efektif menurunkan tingkat kekambuhan infeksi bakteri superfisial daripada antibiotik sistemik.