Gel dapsone dilaporkan dapat bermanfaat untuk terapi acne vulgaris atau jerawat. Selama ini, dapsone digunakan untuk terapi lepra. Namun, beberapa studi melaporkan bahwa dapsone yang berbentuk gel topikal terbukti bermanfaat untuk penatalaksanaan acne vulgaris dengan efek samping yang minimal.[1,2]
Acne vulgaris merupakan penyakit kulit yang paling sering menyerang kaum remaja dengan prevalensi mencapai 80%. Meskipun penyakit ini terlihat ringan, acne vulgaris dapat mengakibatkan masalah psikologis seperti ketidakpuasan terhadap penampilan, kurangnya rasa percaya diri, bahkan timbulnya masalah kejiwaan seperti ansietas dan depresi.[1,2]
Kendala Terapi Acne Vulgaris yang Ada Saat Ini
Terapi acne vulgaris dapat berupa terapi farmakologis oral atau topikal maupun terapi nonfarmakologis. Namun, terapi oral seperti antibiotik atau retinoid sering menyebabkan efek samping, misalnya gangguan gastrointestinal, kandidiasis vaginal, kulit kering, atau abortus spontan. Penggunaan isotretinoin juga dapat mengakibatkan gangguan pada sistem saraf, muskuloskeletal, mukokutaneus, dan bersifat teratogenik.[3]
Masalah-masalah tersebut membuat terapi topikal lebih sering dipilih, misalnya dengan benzoil peroksida, retinoid topikal, antibiotik topikal (erythromycin dan clindamycin), asam salisilat, asam azelaik, dan tea tree oil 5%. Terapi nonfarmakologis yang dapat digunakan adalah terapi mekanik seperti facial, peeling, dan terapi ultraviolet. Namun, perawatan ini memerlukan biaya yang lebih mahal.[3]
Dapsone, suatu antibakterial sulfone yang bersifat antiinflamasi, merupakan obat yang sudah sering dipakai dalam bentuk oral sejak lama. Namun, obat ini jarang digunakan untuk penanganan acne vulgaris karena memiliki toksisitas sistemik yang cukup besar. Dalam beberapa tahun terakhir, dapsone hadir dalam bentuk gel topikal dan digunakan sebagai salah satu modalitas terapi acne vulgaris.[3]
Gel dapsone sudah diakui oleh FDA sebagai salah satu alternatif terapi acne vulgaris. Namun, sampai saat ini bukti klinis tentang efektivitas gel dapsone dalam penanganan acne vulgaris memang masih sedikit. Di Indonesia, dapsone hanya tersedia dalam bentuk oral saja.[3]
Rasionalisasi Pemberian Gel Dapsone untuk Terapi Acne Vulgaris
Mekanisme kerja dapsone terhadap acne vulgaris masih belum diketahui secara pasti. Dapsone merupakan suatu sulfone sintetik yang bersifat antiinflamasi dan antibakterial. Sebagai obat antiinflamasi, dapsone bekerja dengan melawan reactive oxygen species (ROS), menghambat neutrofil mieloperoksida, dan neutrofil peroksida.[4-6]
Sebagai antibakterial, dapsone bersifat bakteriostatik. Dapsone menghambat asam paraaminobenzoat bakteri, sehingga menurunkan produksi asam dihidrofolat. Beberapa studi menyatakan bahwa dapsone bersifat efektif melawan Propionibacterium acnes, yang merupakan bakteri penyebab acne vulgaris.[4-6]
Pemberian dapsone secara oral memiliki efek samping yang cukup serius, seperti methemoglobinemia, hemolisis, dan agranulositosis. Oleh karena itu, dapsone oral hanya digunakan jika pasien benar-benar memiliki indikasi, seperti penyakit lepra.[5-7]
Dapsone yang diberikan secara topikal sangat jarang menyebabkan efek-efek samping tersebut. Efek samping yang mungkin terjadi akibat dapsone topikal adalah kulit kering (1,1%), pruritus (0,9%), eritema (13%), dan kulit terkelupas (13%). Dosis dapsone topikal yang dianjurkan untuk terapi acne vulgaris adalah gel 5% dan 7,5%.[5-7]
Rekomendasi terkait Penggunaan Gel Dapsone untuk Terapi Acne Vulgaris
American Academy Dermatology (AAD) dan The Royal Australian College of General Practitioners (RACGP) merekomendasikan gel dapsone sebagai salah satu alternatif terapi acne vulgaris. Penggunaannya bisa dilakukan secara monoterapi ataupun terapi kombinasi dengan retinoid topikal bila ada komponen komedo.[8,9]
Di Indonesia sendiri, dapsone belum tersedia dalam bentuk topikal sehingga tidak ada rekomendasi terkait penggunaan gel dapsone dalam penanganan acne vulgaris.
Bukti Klinis terkait Penggunaan Gel Dapsone untuk Terapi Acne Vulgaris
Uji acak terkontrol dari Thiboutot, et al. meneliti >4.000 pasien untuk menilai efektivitas dan keamanan pemberian dapsone gel 7,5% selama >12 minggu. Hasil menunjukkan angka keberhasilan terapi berdasarkan Global Acne Assessment Score (GAAS) dan penurunan jumlah lesi yang lebih baik pada grup gel dapsone daripada grup kontrol (p<0,001). Pada 2 minggu awal pemberian gel dapsone, penurunan lesi inflamasi sudah terjadi. Pada 4 minggu pemberian, penurunan jumlah lesi terjadi.[10]
Hasil penelitian ini serupa dengan meta analisis yang dilakukan oleh Jacobs, et al. Hasil meta analisis ini menunjukkan ada penurunan lesi acne vulgaris sebesar 25% dengan pemberian gel dapsone 7,5% selama 4 minggu.[11]
Meta analisis yang dilakukan oleh Al-Salama, et al. juga menampilkan hasil serupa. Meta analisis ini menilai efektivitas pemberian gel dapsone 7,5% sekali sehari terhadap angka keberhasilan terapi berdasarkan GAAS dan penurunan jumlah lesi inflamasi. Hasil menunjukkan angka keberhasilan GAAS sebesar 29,8% pada grup dapsone dan penurunan sebesar 54,6% pada lesi inflammatory, 45,1% pada lesi non-inflammatory, dan 48,8% pada total lesi dari baseline.[8]
Meta analisis tersebut menunjukkan adanya penurunan jumlah lesi inflammatory pada minggu ke-2 dan penurunan jumlah lesi non-inflammatory pada minggu ke-4 pemberian gel dapsone. Penurunan jumlah lesi total juga tampak semakin jelas pada penggunaan gel dapsone selama 12 minggu.[8]
Meta analisis tersebut terdiri dari dua uji klinis terkontrol yang telah menjalani proses pengacakan dan blinding, sehingga kemungkinan bias cukup rendah. Meta analisis tersebut menyimpulkan bahwa penggunaan gel dapsone untuk terapi acne vulgaris bersifat efektif dan dapat ditoleransi dengan baik. Hanya <2% pasien mengalami efek samping, seperti kulit kering, nyeri, dan pruritus.[8]
Meta analisis lain oleh Jones, et al. mempelajari 20 uji acak terkontrol dan tujuh laporan kasus untuk menilai efektivitas gel dapsone untuk terapi acne vulgaris. Meta analisis ini menilai bahwa gel dapsone dengan dosis 5% dan 7,5% dapat digunakan secara efektif untuk menangani acne vulgaris karena memiliki efek samping minimal.[12]
Menurut meta analisis tersebut, hanya 39 dari 6.384 pasien (0,61%) mengalami efek samping minimal seperti kulit kering, kemerahan, dan gatal. Tidak ada peningkatan level dapsone dalam plasma darah akibat pemakaian gel dapsone jangka panjang.[12]
Berbagai uji klinis dan meta analisis tersebut menunjukkan bahwa gel dapsone dapat mengurangi lesi acne vulgaris dan bersifat aman untuk penggunaan jangka panjang. Gel dapsone 5% dapat digunakan dua kali sehari, sedangkan gel dapsone 7,5% dapat digunakan sekali sehari. Formula yang digunakan sekali sehari lebih dianjurkan karena angka kepatuhan pasien akan lebih baik daripada pemberian dua kali sehari.[10-12]
Kesimpulan
Dapsone memiliki fungsi antimikroba dan antiinflamasi yang bermanfaat untuk menata laksana acne vulgaris. Pemberian dapsone secara topikal untuk terapi acne vulgaris memiliki efektivitas dan profil keamanan yang baik. Berbagai studi menyatakan bahwa efek samping akibat gel dapsone jarang terjadi dan umumnya bersifat ringan. Namun, sayangnya, gel dapsone belum tersedia di Indonesia.
Pemberian gel dapsone 5% dapat dilakukan dua kali sehari, sedangkan pemberian gel dapsone 7,5% dilakukan sekali sehari. Durasi terapi minimal adalah 12 minggu. Untuk saat ini, gel dapsone dapat menjadi salah satu alternatif terapi acne vulgaris yang dapat diberikan sebagai monoterapi maupun sebagai kombinasi dengan obat topikal lainnya.
Direvisi oleh: dr. Irene Cindy Sunur