Keamanan Menyusui Selama Kehamilan

Oleh :
dr. Alicia Pricelda

Keamanan menyusui selama kehamilan sering menimbulkan kebingungan dan kekhawatiran baik di kalangan pasien maupun tenaga kesehatan. Bagi pasien, menyusui selama kehamilan menjadi dilema tersendiri, antara memenuhi hak anak untuk mendapatkan ASI dan keinginan untuk menjaga kehamilan yang sedang berlangsung. Bagi petugas kesehatan, ada kekhawatiran bahwa menyusui dapat memicu kontraksi uterus yang prematur.

Beberapa penelitian mengungkapkan tidak adanya korelasi yang signifikan antara menyusui dengan komplikasi kehamilan. Pertimbangan untuk meneruskan menyusui selama kehamilan dapat diambil dengan memperhatikan kondisi ibu dan kehamilannya. Secara umum, menyusui bersifat aman pada kehamilan, terutama pada kehamilan risiko rendah yang tidak memiliki risiko kelahiran prematur atau abortus.[1,2]

MenyusuiKehamilan

Berbagai Kekhawatiran Terkait Keamanan Menyusui Selama Kehamilan

Menyusui selama kehamilan sering dianggap meningkatkan risiko persalinan preterm, keguguran, ataupun berat badan lahir rendah. Kekhawatiran juga muncul terkait ketersediaan nutrisi untuk janin karena sebagian nutrisi ibu dipakai untuk menyediakan ASI.[1]

Menyusui dan Produksi Oksitosin yang Dapat Memicu Kontraksi

Menyusui berkaitan dengan stimulasi payudara yang juga dapat menghasilkan hormon oksitosin. Hal ini dikhawatirkan dapat menginduksi terjadinya kontraksi rahim dan berujung pada persalinan sebelum waktunya.[1-3]

Kekhawatiran Mengenai Kualitas ASI

Kualitas dan kuantitas ASI dikhawatirkan akan berubah selama kehamilan. Banyak orang, termasuk beberapa petugas kesehatan, mempercayai bahwa semakin bertambahnya usia kehamilan, maka semakin menurun juga kuantitas ASI yang dihasilkan.[1,2,4]

Keamanan Menyusui Selama Kehamilan Menurut Bukti Ilmiah

Sebuah tinjauan sistematik yang mengevaluasi 5 studi menunjukkan bahwa menyusui selama kehamilan tidak mempengaruhi luaran kehamilan. Tinjauan ini melaporkan bahwa komplikasi kehamilan seperti hiperemesis gravidarum, abortus, dan persalinan preterm ditemukan lebih tinggi pada ibu yang menyusui selama kehamilan, tetapi perbedaan tersebut tidak signifikan secara statistik. Meski begitu, perlu diperhatikan bahwa ibu yang menyusui selama kehamilan mengalami peningkatan berat badan yang lebih rendah.[1]

Tinjauan sistematik lain mengevaluasi 19 studi observasional, yang mencakup total 6315 partisipan. Tinjauan ini juga menemukan hasil serupa dengan tinjauan yang telah dibahas di atas, yakni frekuensi komplikasi kehamilan memang lebih tinggi pada ibu yang menyusui selama kehamilan, tetapi perbedaannya tidak signifikan secara statistik. Tinjauan ini juga menemukan bahwa cadangan lemak pada ibu yang menyusui selama kehamilan lebih rendah dibandingkan mereka yang tidak menyusui selama kehamilan.[3]

Tinjauan sistematik lain mengevaluasi 20 studi dan menunjukkan hasil serupa dengan dua tinjauan di atas. Tidak ditemukan perbedaan yang signifikan terkait risiko abortus, persalinan preterm, maupun perdarahan antepartum dan postpartum antara ibu yang menyusui saat hamil dengan yang tidak. Meski demikian, memang ada perbedaan dalam hal cadangan lemak yang lebih menurun pada ibu yang menyusui selama kehamilan.[5]

Kesimpulan

Bukti ilmiah yang tersedia menunjukkan bahwa menyusui selama kehamilan tidak meningkatkan risiko komplikasi kehamilan secara signifikan, termasuk risiko hiperemesis gravidarum, abortus spontan, persalinan preterm, dan perdarahan, terutama untuk kehamilan risiko rendah. Meski begitu, perlu diketahui bahwa ada penurunan cadangan lemak pada ibu yang menyusui selama kehamilan. Bukti yang tersedia ini juga kebanyakan diambil dari studi observasional, serta masih diperlukan studi lebih lanjut untuk memastikan keamanan menyusui pada kehamilan risiko tinggi.

Referensi