Terdapat banyak perdebatan mengenai apakah kompres dingin atau kompres panas yang lebih efektif dalam menurunkan demam pada anak. Kontroversi ini sering kali muncul akibat beragamnya panduan praktik yang tersedia dan banyaknya variasi pendapat mengenai mekanisme kerja kompres dingin dan panas dalam menurunkan demam.
Demam merupakan keluhan tersering pada pasien pediatri dan menjadi penyebab tersering kunjungan pasien anak. Penyebab tersering demam pada anak adalah infeksi, tetapi kondisi keganasan, autoimun, kelainan neurologis, atau proses inflamasi kronik juga dapat menyebabkan demam. Walaupun sebagian besar demam pada anak bersifat self-limited, demam sering menimbulkan kekhawatiran berlebih pada orangtua. Fenomena ini sering disebut fever phobia.
Orangtua sering menganggap bahwa demam berkaitan dengan kejadian kejang, kerusakan otak, penurunan kesadaran, atau bahkan kematian, sehingga mereka akan mengupayakan berbagai cara untuk menurunkan suhu tubuh anak. Pada kenyataannya, demam yang muncul saat ada suatu proses infeksi telah dikaitkan dengan peningkatan kesintasan, sehingga demam sendiri sebetulnya tidak perlu buru-buru diturunkan.[1-4]
Penggunaan Kompres Dingin dan Panas dalam Penanganan Demam Anak
Secara umum, tata laksana demam pada anak dibagi menjadi dua, yaitu farmakologi dan non-farmakologi. Tata laksana farmakologi dilakukan menggunakan antipiretik seperti paracetamol atau ibuprofen, yang bekerja dengan menurunkan sitokin inflamasi sehingga menurunkan suhu tubuh.
Tata laksana non-farmakologi yang banyak dilakukan adalah memberikan kompres dingin maupun hangat, memberikan ice pack, memberikan selimut dingin, menjaga hidrasi, menurunkan suhu ruangan, melepas pakaian, dan membasuh seluruh tubuh dengan air. Meski begitu, hingga kini bukti ilmiah terkait efikasi dari semua tindakan tersebut masih terbatas.[5,6]
Teori Mengenai Manfaat Kompres dalam Tata Laksana Demam pada Anak
Salah satu tata laksana non-farmakologi yang paling banyak digunakan adalah kompres. Pada awalnya, penggunaan kompres air dingin lebih sering digunakan terutama pada anak yang lebih kecil. Dengan menggunakan prinsip pendinginan eksternal, diharapkan suhu tubuh akan lebih cepat turun. Namun, ada ahli yang menyatakan bahwa pemberian kompres dengan air dingin ini dapat menyebabkan vasokonstriksi dan meningkatkan suhu tubuh.
Dalam perkembangannya, kompres air dingin mulai digantikan dengan air hangat. Dengan menerapkan prinsip pertukaran panas melalui konduksi dan konveksi, diharapkan penggunaan kompres air hangat dapat menurunkan suhu tubuh lebih cepat. Selain itu, pemberian kompres air hangat juga diduga memiliki efek sinergis dengan antipiretik sehingga suhu tubuh dapat turun lebih cepat dan bertahan normal dalam waktu yang lebih lama.[6]
Bukti Ilmiah Efikasi Penggunaan Kompres untuk Demam pada Anak
Bukti ilmiah mengenai efikasi kompres dalam penanganan demam anak masih terbatas. Studi terhadap 33 anak di Brazil membandingkan pemberian paracetamol dengan kompres hangat ditambah paracetamol pada anak <12 tahun. Kompres digunakan dalam rentang 34-37°C dan diletakkan selama 15 menit di area frontal, lipatan leher, ketiak, dan inguinal 10 menit setelah paracetamol diberikan. Hasil menunjukkan bahwa penurunan suhu tubuh lebih besar pada kelompok yang hanya menerima paracetamol saja.[7]
Studi lain merupakan sebuah tinjauan yang mengevaluasi hasil dari 2 penelitian yang memenuhi kriteria inklusi (membandingkan antara kompres hangat dengan pemberian paracetamol). Meta analisis menunjukkan bahwa anak yang diberi tepid sponging 75% lebih kecil kemungkinannya menjadi afebril dibandingkan kelompok paracetamol.[8]
Uji klinis acak terkontrol dilakukan pada 500 anak usia 6 bulan sampai 12 tahun dengan suhu tubuh di atas 37,2°C. Studi ini membandingkan paracetamol dengan penggunaan kompres ditambah paracetamol. Hasil menunjukkan tidak ada perbedaan penurunan suhu bermakna antar kelompok, namun jumlah subjek yang menunjukkan ketidaknyamanan (menggigil, rewel, dan menangis) lebih banyak pada kelompok yang diberi kompres.[9]
Sebuah uji klinis lain membandingkan efikasi kompres dingin dengan paracetamol dalam menurunkan demam pada 88 anak usia 12-120 bulan. Hasil menunjukkan bahwa kompres air dingin hanya menghasilkan penurunan suhu yang singkat dan tidak memberi efek yang tahan lama dibandingkan paracetamol. Selain itu, anak yang menerima kompres dingin mengalami lebih banyak ketidaknyamanan dibandingkan dengan kelompok paracetamol.[10]
Kesimpulan
Demam merupakan respon alami sistem imun yang berfungsi sebagai mekanisme pertahanan tubuh untuk menghadapi infeksi. Pada praktiknya, banyak dokter dan orangtua ingin cepat-cepat menurunkan demam dengan memberikan kompres hangat ataupun dingin. Pada kenyataannya, efikasi tindakan memberi kompres ini tidak didukung oleh basis bukti yang cukup. Bahkan terdapat bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa anak yang menerima kompres justru lebih sulit menjadi afebril.
Atas dasar ini, dokter perlu memberikan edukasi pada orangtua bahwa demam bukanlah musuh yang harus cepat-cepat dimusnahkan. Apabila saat demam anak masih aktif dan asupan cairan masih cukup, demam tidak harus langsung diturunkan. Penatalaksanaan dengan pemberian paracetamol sudah cukup untuk mengurangi demam sehingga membuat anak merasa lebih nyaman.