Panduan e-Prescription untuk demam pada anak untuk usia 1–5 tahun ini dapat digunakan oleh Dokter saat hendak memberikan terapi medikamentosa secara online.
Demam pada anak kelompok usia 1–5 tahun dengan riwayat imunisasi lengkap, terutama usia >3 tahun yang sudah memiliki sistem imun yang matur biasanya lebih jarang mengindikasikan infeksi bakteri serius (IBS).
Demam berbeda dengan hipertermia. Peningkatan suhu tubuh pada hipertermia terjadi karena kegagalan termoregulasi, juga dikenal sebagai heat stroke atau sengatan panas yang disebabkan oleh anak yang terkunci di dalam mobil yang panas atau berolahraga dalam waktu lama di cuaca panas. Sedangkan, demam terjadi karena peningkatan set point hipotalamus oleh paparan pirogen endogen.[1,2]
Demam dapat disebabkan oleh infeksi virus maupun bakteri, seperti infeksi saluran napas, pneumonia, maupun infeksi saluran kemih (ISK). Etiologi lainnya adalah demam pascavaksinasi, atau keganasan. Dalam penentuan pemberian antibiotik maupun antipiretik, etiologi demam perlu diperhatikan terlebih dahulu, karena pada beberapa kondisi mungkin pemberian keduanya tidak diperlukan, misalnya infeksi saluran pernapasan atau ISPA viral.[3,4]
Tanda dan Gejala
Demam pada anak adalah kondisi di mana suhu tubuh ≥38,0°C. Pengukuran suhu dapat dilakukan dengan termometer elektronik lewat axilla atau infrared lewat membran timpani. Pengukuran suhu berdasarkan perabaan tangan orang tua memiliki sensitivitas yang tinggi dengan spesifisitas yang rendah. Maka dari itu, metode pengukuran suhu dengan perabaan tangan dapat membantu penilaian klinis, tetapi tidak menjadi patokan terapi.[3,5,6]
Durasi demam, tingginya suhu saat demam, dan respons terhadap pemberian antipiretik saat demam tidak menunjukkan perbedaan antara penyakit yang ringan atau berat, begitu pula dengan infeksi bakteri atau virus. Akan tetapi, pada durasi demam >5 hari, penyakit Kawasaki dapat dicurigai.[6]
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium, terutama urinalisis, direkomendasikan untuk anak usia 1–5 tahun dengan demam ≥38,0°C dan kecurigaan klinis ISK. Risiko ISK terutama pada mereka yang tidak disirkumsisi, durasi demam >24 jam, demam ≥39°C, sumber infeksi tidak jelas, dan hasil pemeriksaan tidak menunjukkan adanya patogen penyebab infeksi saluran napas.[7,8]
Kultur urine direkomendasikan apabila pada pemeriksaan urine dipstick tidak menunjukkan ISK, tetapi kecurigaan klinis ke arah ISK masih ada. Disarankan pula untuk melakukan pemeriksaan kultur urine sebelum antibiotik dimulai.[7]
Peringatan
Anak usia 1–5 tahun yang demam dengan tanda bahaya harus segera dirujuk ke fasilitas kesehatan terdekat. Tanda bahaya demam pada anak berusia 1–5 tahun meliputi:
- Toxic appearing
- Perubahan status mental, yang dapat ditandai dengan kemampuan interaksi sosial memburuk, serta kurang aktif
- Letargi
- Iritabilitas yang inconsolable atau sulit untuk ditenangkan
- Takipnea, peningkatan usaha napas, atau tangisan yang lemah
- Takikardia persisten atau takikardia menetap ada walaupun penurunan suhu tubuh sudah terjadi
Dehidrasi sedang sampai berat
- Perfusi buruk, yang dilihat dari perabaan kulit perifer yang dingin, mottled skin, CRT melambat (>3 detik)
- Kejang yang tidak konsisten dengan kejang demam sederhana, seperti kejang kompleks, kejang berulang, dan kejang berkepanjangan (>5 menit)
- Perubahan warna kulit, seperti eritema yang tidak memudar apabila dilakukan penekanan (non-blanching rash)
- Demam terus menerus sampai >5 hari[5,6]
Dehidrasi pada anak usia 1–5 tahun dapat dilihat dari warna urine, keadaan umum lemas, penurunan produksi air mata, mata cekung, serta mukosa oral maupun lidah yang kering.[3,5,10]
Anak berusia 1–5 tahun yang mengalami demam tanpa diketahui sumber infeksi dengan minimal 1 tanda bahaya direkomendasikan untuk melakukan pemeriksaan darah lengkap, kultur darah, CRP, dan urinalisis.[2,5]
Peringatan Medikamentosa
Aspirin tidak direkomendasikan pada anak-anak, karena berisiko menyebabkan sindrom Reye. Ibuprofen dan paracetamol merupakan antipiretik yang secara umum aman untuk anak selama digunakan dalam dosis dan frekuensi yang tepat.
Efek samping seperti gagal ginjal akut dan perdarahan saluran cerna pada penggunaan ibuprofen, serta gagal hati pada penggunaan paracetamol biasanya terjadi karena diberikan pada dosis toksik.[1,3]
Edukasi Orang Tua
Edukasi orang tua untuk demam pada anak usia 1–5 tahun meliputi:
- Edukasi tanda dehidrasi pada anak yang telah dijelaskan sebelumnya
- Edukasi tanda bahaya demam pada anak kepada orang tua dan segera membawa anak ke fasilitas kesehatan bila ditemukan tanda bahaya tersebut
- Edukasi bahwa demam bukanlah sesuatu yang berbahaya, tetapi merupakan tanda bahwa sistem imun tubuh berfungsi akibat infeksi. Obat diberikan untuk membuat anak lebih nyaman, bukan untuk mengurangi angka yang terukur pada termometer. Oleh karena itu, cukup untuk mengulang pengukuran demam hanya jika anak terlihat semakin tidak sehat atau sebanyak dua kali sehari[3,5,11,12]
Terapi Suportif
Terapi suportif untuk anak usia 1–5 tahun yang mengalami demam meliputi:
1. Diet dan cairan
Pemberian cairan yang cukup untuk mencegah dehidrasi karena anak yang demam berisiko mengalami dehidrasi, terutama yang disertai dengan diare, mual, dan muntah. Anak dapat diberikan air putih, susu formula maupun makanan cair seperti sup untuk membantu pemenuhan cairan
Tetap jaga asupan nutrisi anak dengan pemberian makanan sedikit demi sedikit tetapi sering. Tidak direkomendasikan untuk memaksa anak makan banyak
2. Kompres, sponging, dan pendinginan
Belum terdapat bukti yang cukup mengenai kompres maupun tepid sponging (menyeka tubuh dengan handuk yang sudah diberikan air hangat) untuk menurunkan demam pada anak. Perlu diingat bahwa teknik ini dapat menyebabkan anak menggigil dan merasa tidak nyaman setelahnya. Teknik ini hanya membuat permukaan kulit menjadi lebih dingin sementara.
Tidak direkomendasikan untuk membuat suhu ruangan anak dengan demam menjadi dingin karena belum ada bukti yang mendukung perbaikan klinis demam dengan metode ini.
Kenakan pakaian yang cukup nyaman untuk membuat anak merasa hangat sampai ke ujung kaki. Tidak dianjurkan menggunakan pakaian yang terlalu tebal (berlapis-lapis) maupun tipis. Ketika berkeringat, pakaian dapat dibuka sesuai keperluan[3,5,11,12]
Medikamentosa
Antipiretik sebagai terapi medikamentosa pada anak dengan demam dapat diberikan pada kondisi di mana demam menyebabkan gejala distress. Sementara itu, antibiotik dapat dipertimbangkan bila fokus infeksi jelas, dengan indikasi yang tepat.
Antipiretik
Antipiretik tidak diberikan sebagai bentuk pencegahan kejang demam. Pemberian antipiretik pada usia ini dapat diberikan bila bayi demam dengan gejala distress, seperti inconsolable crying maupun letargi. Antipiretik yang direkomendasikan adalah:
Paracetamol 15 mg/kgBB per kali pemberian dengan maksimal pemberian 1 gram/dosis, dapat diberikan maksimal per 4 jam
Ibuprofen 10 mg/kgBB per kali pemberian dengan maksimal pemberian 400 mg/dosis, dapat diberikan maksimal per 6 jam, tidak disarankan untuk usia <3 bulan atau dehidrasi[5,6,13]
Antibiotik
Antibiotik direkomendasikan pada pneumonia bakterial, serta infeksi saluran kemih (ISK). Antibiotik empiris tidak direkomendasikan apabila anak demam, tetapi urinalisis normal dan sumber infeksi belum diketahui.[2]
Pneumonia:
Untuk pneumonia pada anak berusia sampai dengan 36 bulan, antibiotik yang direkomendasikan adalah:
Amoxicillin 90 mg/kgBB/hari dibagi menjadi 2 dosis dan diberikan per 12 jam, dosis maksimal 500 mg/dosis, selama 10 hari, atau
Azithromycin 10 mg/kgBB satu dosis per hari selama 5 hari[2,15]
Infeksi Saluran Kemih (ISK):
Pada anak usia sampai dengan 36 bulan dengan ISK, antibiotik yang direkomendasikan adalah:
Cefixime 8 mg/kgBB/hari satu dosis per hari selama 7 hari, atau
- Amoxicillin/clavulanate 40 mg/kgBB/hari (komponen amoxicillin) dibagi menjadi 3 dosis dan diberikan setiap 8 jam selama 7 hari, atau
Trimethoprim/sulfamethoxazole 12 mg/kgBB/hari (komponen trimethoprim) dibagi menjadi 2 dosis dan diberikan per 12 jam selama 7 hari[2,16]
Belum ada pedoman yang baku untuk pemberian antibiotik pada kelompok usia >36 bulan dengan demam. Antibiotik empiris tidak direkomendasikan pada demam tanpa diketahui sumbernya. Bila etiologi demam sudah diketahui, misalnya demam tifoid, pemberian antibiotik dapat dipertimbangkan.[6,9,14]