Selamat malam sejawat sekalian. Saya ingin tahu pendapat dan mungkin jika ada sejawat yg memiliki sumber ilmiahnya, mengenai penggunaan antibiotik yg kurang...
Bolehkan menghentikan konsumsi antibiotik yang diberikan tidak sesuai indikasi? - Diskusi Dokter
general_alomedikaDiskusi Dokter
- Kembali ke komunitas
Bolehkan menghentikan konsumsi antibiotik yang diberikan tidak sesuai indikasi?
Selamat malam sejawat sekalian. Saya ingin tahu pendapat dan mungkin jika ada sejawat yg memiliki sumber ilmiahnya, mengenai penggunaan antibiotik yg kurang tepat. Jika kita dapat pasien pindahan dari dokter lain, atau bidan, perawat, bahkan apoteker yg memberikan antibiotik padahal sudah pasti tidak diperlukan, dan antibiotiknya belum habis, dan dari penilaian, sebenarnya keluhan pasien ini disebankan krn penggunaan antibiotiknya ini (gastritis misalnya), apakah kita hentikan penggunaannya, atau lanjutkan? Begitupula dgn kasus yg pemberian antibiotik tidak tepat, misalnya seharusnya diberikan metronidazole, namun yg diberikan ciprofloxacin misalnya, apakah antibiotiknya yg salah dihentikan atau diteruskan?
Terima kasih..
Pd beberapa kasus penyakit kronis yg sering saya tangani dgn pengobatan lama misal TBC jika dlm evaluasinya tnyt tidak memberikan respons yg baik..dan dari hasil keseluruhan evaluasi ternyata menunjukkan bahwa pasien tsbt bukan sakit TB maka OAT harus distop (jika anda menemukan kasus seperti ini..mohon refer ke dokter spesialis paru terlebih dahulu..sehingga stop atau tidaknya ditentukan oleh Sp.P..karena penghentian yg tidak tepat..padahal org tsb memang sakit tb..dapat menimbulkan risiko kekebalan obat).
Pemberian antibiotik pada akhirnya jg harus dipertimbangkan kapan kita switch..bisa step down dan ubah ke oral (apabila sblmnya IV)..sesuai dengan kaidah antibiotic stewardship.
Terima kasih..semoga dapat membantu ๐
Alo Dokter!
Sharing dari pengalaman, kalau Saya biasanya akan dilihat per kasus Dok, kalau pasien dapat obatnya memang untuk penyakit yang akut (bukan pengobatan untuk penyakit kronis dalam jangka panjang), biasanya saya akan gantikan peresepannya yang kurang tepat. Tetap menginformasikan pasien untuk menyetop obat yang kurang tepat tersebut dan menggantikannya dengan obat yang Kita berikan, namun tetap dengan edukasi bahwa bukan karena obat-obat tersebut salah diberikan, tetapi bahwa obat yang kita berikan akan berefek lebih baik berdasarkan hasil pemeriksaan yang baru saja kita lakukan (sesuai dengan perjalanan penyakitnya) dan karena pasien mengeluhkan efek samping tertentu, obat yang menggantikan akan mengurangi keluhan tersebut.
Kadang Saya juga mengedukasi kepada Pasien kalau memang ada efek samping tertentu sebenarnya lebih baik kalau kembali kepada dokter yang meresepkan awal, Dok... agar obatnya juga dapat lebih disesuaikan, tapi sepertinya ini bukan kebiasaan yang ada di lingkungan kita, Dok.. biasanya pasien hanya akan berganti dokter, karena menganggap pengobatan yang sebelumnya tidak mempan :)
Saya coba mencari literaturnya, tapi belum dapat, Dok... hanya informasi bahwa untuk antibiotik, apabila kita setop lebih awal, tidak akan lebih berisiko untuk terjadinya resistensi obat dibandingkan dengan peresepan yang tidak rasional :)
https://www.mja.com.au/journal/2015/202/3/knowing-when-stop-antibiotic-therapy
https://www.who.int/features/qa/stopping-antibiotic-treatment/en/
Menghentikan konsumsi antibiotik yang tidak sesuai boleh dilakukan.
Penggunaan obat obatan termasuk antibiotik harus sesuai dengan prinsip "Rational Use of Medicine yaitu โpatients receive medications appropriate to their clinical needs, in doses that meet their own individual requirements, for an adequate period of time, and at the lowest cost to them and their community (WHO, 1985)โ.
Kalau di daerah saya, paling sering kasus viral infection semuanya dikasih antibiotik yang bisa dibeli bebas. Selain itu pada kasus pengobatan tuberculosis (TB), karena keterbatasan resource dalam menegakkan diagnosisnya. Begitu terbukti bukan TB, pemberian obat anti tuberculosis (OAT) harus langsung distop.
Pd beberapa kasus penyakit kronis yg sering saya tangani dgn pengobatan lama misal TBC jika dlm evaluasinya tnyt tidak memberikan respons yg baik..dan dari hasil keseluruhan evaluasi ternyata menunjukkan bahwa pasien tsbt bukan sakit TB maka OAT harus distop (jika anda menemukan kasus seperti ini..mohon refer ke dokter spesialis paru terlebih dahulu..sehingga stop atau tidaknya ditentukan oleh Sp.P..karena penghentian yg tidak tepat..padahal org tsb memang sakit tb..dapat menimbulkan risiko kekebalan obat).
Pemberian antibiotik pada akhirnya jg harus dipertimbangkan kapan kita switch..bisa step down dan ubah ke oral (apabila sblmnya IV)..sesuai dengan kaidah antibiotic stewardship.
Terima kasih..semoga dapat membantu ๐