Selamat siang dok, untuk penatalaksanaan tb kelenjar apakah peralihan dari fase intensif ke fase lanjutan pasien harus melakukan pemeriksaan seperti kasus tb...
penatalaksanaan dan evaluasi pada tb kelenjar - Diskusi Dokter
general_alomedikaDiskusi Dokter
- Kembali ke komunitas
penatalaksanaan dan evaluasi pada tb kelenjar
Selamat siang dok, untuk penatalaksanaan tb kelenjar apakah peralihan dari fase intensif ke fase lanjutan pasien harus melakukan pemeriksaan seperti kasus tb paru yang perlu pemeriksaan sputum? Mengingat pada kasus tb kelenjar pasien tidak mengeluarkan dahak. Jika ya pemeriksaan apakah yang harus dilakukan? Terimakasih
Jika menemukan kasus limfadenitis TB, yaitu secara klinis: malaise, penurunan BB, keringat malam hari, pembesaran KGB leher berderet khas spt tasbih, dikonfirmasi dg FNAB (aspirasi jarum halus) dg ditemukannya sel datia langhans pada
jaringan KGB.
Kemudian untuk pengobatan Limfadenitis TB ini sesuai PERMENKES 2016, kategori 1 (TB ekstra Paru) dengan regimen OAT selama 6 bulan: 2 RHZE/ 4 RH.
Karena kasus Limfadenitis TB ini merupakan kasus TB ekstraparu, maka yg dinilai selama perubahan dari fase intensif ke fase lanjutan hanyalah klinis; yaitu mengecilnya KGB, naiknya Berat badan, hilangnya gejala malaise,dll.
dari ISTC (International Standard for Tuberculosis Care) tidak menganjurkan pemeriksaan FNAB ulang utk monitor kemajuan pengobatannya, sehingga yang dievaluasi adalah klinisnya krn kasus ini adalah kasus tb ekstra paru, lain halnya dg TB paru yg perlu evaluasi radiologi ( rontgent) dan bakteriologi (Sputum BTA) dalam pengobatannya.
Sumber:
Permenkes TB 2016
ISTC 2017
Semoga bermanfaat 😊
dr. Baringin De Samakto Sitompul Sp.PD
Hai dr Sonya, saya ingin mencoba membantu jawab, saya sependapat dengan jawaban2 TS di atas..
Jun 19, 2018 at 17:12 PM
Jika menemukan kasus limfadenitis TB, yaitu secara klinis: malaise, penurunan BB, keringat malam hari, pembesaran KGB leher berderet khas spt tasbih, dikonfirmasi dg FNAB (aspirasi jarum halus) dg ditemukannya sel datia langhans pada
jaringan KGB.
Kemudian untuk pengobatan Limfadenitis TB ini sesuai PERMENKES 2016, kategori 1 (TB ekstra Paru) dengan regimen OAT selama 6 bulan: 2 RHZE/ 4 RH.
Karena kasus Limfadenitis TB ini merupakan kasus TB ekstraparu, maka yg dinilai selama perubahan dari fase intensif ke fase lanjutan hanyalah klinis; yaitu mengecilnya KGB, naiknya Berat badan, hilangnya gejala malaise,dll.
dari ISTC (International Standard for Tuberculosis Care) tidak menganjurkan pemeriksaan FNAB ulang utk monitor kemajuan pengobatannya, sehingga yang dievaluasi adalah klinisnya krn kasus ini adalah kasus tb ekstra paru, lain halnya dg TB paru yg perlu evaluasi radiologi ( rontgent) dan bakteriologi (Sputum BTA) dalam pengobatannya.
Sumber:
Permenkes TB 2016
ISTC 2017
Semoga bermanfaat 😊
Terima kasih dr Baringin
ALO dr Sonya L. Low!
Dari beberapa sumber yang saya dapatkan, baik PDPI (2006), WHO (2010), atau Pedoman nasional pengendalian tuberkulosis (2014) terapi untuk TB ekstra paru (termasuk TB kelenjar) sama dengan terapi untuk TB paru, yaitu 2(HRZE)/4(HR)3.Link:
http://www.tbindonesia.or.id/opendir/Buku/bpn_p-tb_2014.pdf
https://www.klikpdpi.com/konsensus/tb/tb.html#5
Namun, sepengetahuan saya secara praktek, seringkali TB ekstra paru diberikan regimen OAT lebih dari 6 bulan, dengan memperpanjang fase lanjutan. Namun, WHO hanya memberikan catatan untuk meningitis TB dan TB tulang & sendi, bahwa beberapa ahli mengatakan pengobatan untuk meningitis TB direkomendasikan regimen OAT 9-12 bulan karena risiko menimbulkan cacat dan kematian, serta TB tulang & sendi (9 bulan) karena sulitnya menilai respons dari terapi. Salah satu jurnal tahun 1993, terdapat studi yang membandingkan pemberian OAT 6 bulan dengan 9 bulan pada TB kelenjar. Hasilnya tidak berbeda signifikan (Dinilai dari ukuran kelenjar, berkembangnya kelenjar baru, dan kebutuhan tindakan operasi). Namun jurnal yang saya baca ini hanya abstraknya saja dan regimennya juga berbeda dengan yang dianjurkan saat ini (kategori 1).link: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/8290746
Namun saya rasa yang paling penting adalah menilai respons terapi dari pemberian OAT pada TB kelenjar, misalnya mengecilnya KGB serta penambahan nafsu makan & berat badan untuk menentukan apakah perlu perpanjangan dari fase lanjutan.CMIIW, Semoga bermanfaat dok.
dr. David, Sp.B, FINACS
Jun 19, 2018 at 16:03 PMAlo doc!
Tb kelenjar yang merupakan salah satu bentuk dari Tb extra paru memiliki fitur klinis yang berbeda dibanding lainnya, dimana pendekatan klinis sulit dibedakan dengan pembesaran kelenjar akibat infeksi non spesifik, sedangkan pemeriksaan laboratoris umumnya tidak banyak menunjukkan perbedaan bermakna. Oleh karena itu, pemeriksaan patologi anatomi dapat digunakan sebagai alat diagnostik yang paling akurat dan juga sekaligus berperan sebagai terapi dengan diikuti pengobatan OAT.
Semoga bermanfaat!
Terima kasih dr David
Silahkan dibaca dok: https://www.alomedika.com/pengobatan-tuberkulosis-fase-intensif
dr. Aldwin Arifin
Selamat siang.
Jun 19, 2018 at 13:36 PM
Silahkan dibaca dok: https://www.alomedika.com/pengobatan-tuberkulosis-fase-intensif
Dear dr Aldwin terimakasih link nya, sebelumnya saya pernah membaca link tsb, namun yang saya tanyakan adalah penanganan tb kalenjar bukan tb paru. Sedangkan link tsb untuk tb paru
Btk
Dear dr Sonya,
Kalau dari Pedoman TB yang saya baca, TB kelenjar termasuk dalam penanganan TB ekstraparu, yang diagnosis awalnya memang harus ditegakkan (dan direkomendasikan) dengan adanya penemuan bakteriologis mycobacterium tb dalam spesimen yang diperiksa ke faskes rujukan lanjut.
Untuk pengobatan termasuk ke dalam pengobatan TB 6 bulan dengan 2 bulan fase intensif dan 4 bulan fase lanjutan, tanpa diberikan fase sisipan diantaranya. Evaluasi atau cara penilaian dilakukan dengan pemantauan kondisi klinis pasien seperti kondisi pembesaran kelejar getah bening (ukuran, jumlah) dan atau peningkatan berat badan pasien.
Semoga membantu
dr. Sonya Leonardy Low
Selamat siang dok, untuk penatalaksanaan tb kalenjar apakah peralihan dari fase intensif ke fase lanjutan pasien harus melakukan pemeriksaan seperti kasus tb paru yang perlu pemeriksaan sputum? Mengingat pada kasus tb kalenjar pasien tidak mengeluarkan dahak. Jika ya pemeriksaan apakah yang harus dilakukan? Terimakasih
Jun 19, 2018 at 12:37 PM
Alo doc!
Tb kelenjar yang merupakan salah satu bentuk dari Tb extra paru memiliki fitur klinis yang berbeda dibanding lainnya, dimana pendekatan klinis sulit dibedakan dengan pembesaran kelenjar akibat infeksi non spesifik, sedangkan pemeriksaan laboratoris umumnya tidak banyak menunjukkan perbedaan bermakna. Oleh karena itu, pemeriksaan patologi anatomi dapat digunakan sebagai alat diagnostik yang paling akurat dan juga sekaligus berperan sebagai terapi dengan diikuti pengobatan OAT.
Semoga bermanfaat!
Ranti Phussa
Jun 19, 2018 at 15:11 PMDear dr Sonya,
Kalau dari Pedoman TB yang saya baca, TB kelenjar termasuk dalam penanganan TB ekstraparu, yang diagnosis awalnya memang harus ditegakkan (dan direkomendasikan) dengan adanya penemuan bakteriologis mycobacterium tb dalam spesimen yang diperiksa ke faskes rujukan lanjut.
Untuk pengobatan termasuk ke dalam pengobatan TB 6 bulan dengan 2 bulan fase intensif dan 4 bulan fase lanjutan, tanpa diberikan fase sisipan diantaranya. Evaluasi atau cara penilaian dilakukan dengan pemantauan kondisi klinis pasien seperti kondisi pembesaran kelejar getah bening (ukuran, jumlah) dan atau peningkatan berat badan pasien.
Semoga membantu
Terimakasih dr Ranti