Selama ini, kontrol glikemik intensif dengan obat diabetes diharapkan dapat mencegah komplikasi mikrovaskular diabetes, salah satunya berupa retinopati diabetik. Namun, masih ada perdebatan apakah kontrol glikemik yang intensif aman dan efektif untuk mencegah progresi retinopati diabetik.[1.2]
Beberapa studi menunjukkan bahwa kontrol glikemik intensif justru dapat menimbulkan perburukan dalam jangka pendek. Namun, studi dalam jangka panjang menampilkan hasil yang berbeda. Artikel ini akan membahas lebih lanjut mengenai pengaruh kontrol glikemik intensif terhadap perburukan maupun perbaikan retinopati diabetik.[1,2]
Kontrol Glikemik Intensif Memperburuk Retinopati Diabetik dalam Jangka Pendek
Pada Diabetes Control and Complications Trial (DCCT), terdapat 1.441 pasien diabetes mellitus tipe 1 yang mengalami retinopati diabetik ringan atau bahkan tidak ada sama sekali. Pasien-pasien tersebut dibagi ke dalam grup yang menjalani kontrol glikemik secara konvensional atau grup yang menjalani kontrol glikemik secara intensif. Dalam konteks klinis, penurunan HbA1c yang cepat (>2% dalam 3 bulan) dapat dianggap sebagai kontrol glikemik intensif.[1]
Berdasarkan hasil studi tersebut, dalam 1 tahun, terdapat perburukan transien akibat kontrol glikemik intensif (bukti kualitas sedang). Perburukan yang dimaksud adalah progresi ≥3 level gambaran retina pada foto fundus berdasarkan skala Early Treatment Diabetic Retinopathy Study (ETDRS).[1,2]
Efek tersebut diduga berkaitan dengan perubahan mendadak aliran darah retina dan ekspresi faktor pertumbuhan vaskular seperti vascular endothelial growth factor (VEGF). Namun, efek perburukan transien ini lebih banyak ditemukan pada pasien dengan retinopati diabetik yang lebih progresif dan tingkat HbA1c yang lebih tinggi.[1,2]
Temuan serupa juga dilaporkan Kroc Collaborative Study Group pada pasien diabetes tipe 1 dengan retinopati nonproliferatif. Namun, berbeda dengan temuan pada pasien diabetes tipe 1, studi-studi pada pasien diabetes tipe 2 tidak menunjukkan perburukan retinopati dalam jangka pendek.[1-4]
Studi kohort prospektif terbaru oleh Wu et al. yang melibatkan 254 pasien diabetes tipe 2 juga menunjukkan tidak ada perbedaan progresi retinopati diabetik dalam waktu 1 tahun antara pasien yang HbA1C-nya turun hingga <7% dengan yang HbA1c-nya ≥7%. Untuk saat ini, bukti ilmiah terkait efek perburukan transien akibat kontrol glikemik yang intensif masih lemah.[5]
Manfaat Kontrol Glikemik Intensif Secara Jangka Panjang
Dalam jangka panjang (>2 tahun), kontrol glikemik intensif terbukti memperlambat progresi retinopati, menurunkan insiden retinopati diabetik proliferatif, dan mengurangi risiko edema makula. Secara keseluruhan, manfaat jangka panjang dari kontrol glikemik intensif tampak lebih besar daripada risiko perburukan transien jangka pendek.[6]
Dalam follow-up jangka panjang selama 9 tahun, pasien dengan HbA1c yang terjaga dalam kisaran normal menunjukkan progresi retinopati yang lebih lambat serta risiko insiden edema makula yang lebih rendah.[2,7]
Namun, manfaat kontrol glikemik intensif jangka panjang ini lebih besar ditemukan pada kasus retinopati diabetik nonproliferatif yang ringan. Di sisi lain, bukti mengenai manfaat kontrol glikemik intensif pada kasus retinopati sedang hingga berat masih terbatas dan memerlukan uji klinis acak terkontrol lebih lanjut. Saat ini, uji klinis acak terkontrol yang mempelajari efek kontrol glikemik intensif pada kasus retinopati proliferatif atau edema makula yang signifikan secara klinis belum ada.[2,6]
Rekomendasi Klinis terkait Kontrol Glikemik Intensif
Pada pasien yang direncanakan untuk menjalani kontrol glikemik intensif, periksa mata sebelum memulai terapi dan pantau berkala. Pada pasien dengan retinopati diabetik nonproliferatif sedang, pemantauan progresi retinopati sebaiknya dilakukan setiap 6–12 bulan.[2]
Sementara itu, pada pasien dengan retinopati diabetik nonproliferatif berat, pemantauan dilakukan setiap 3–6 bulan, terutama bila pasien belum atau tidak sedang menjalani terapi. Pemantauan ketat kondisi retina sangat penting untuk mendeteksi perburukan dini dan menyesuaikan kecepatan penurunan glukosa darah secara aman.[2]
Kesimpulan
Kontrol glikemik intensif terbukti memperlambat progresi retinopati diabetik dan juga menurunkan risiko komplikasi makula dalam jangka panjang, terutama pada kasus ringan. Perburukan transien jangka pendek terutama terjadi pada diabetes tipe 1 dengan kualitas bukti sedang. Pemeriksaan retina sebelum dan selama terapi glikemik intensif tetap dianjurkan untuk keamanan pasien.
Uji klinis acak terkontrol terkait efek kontrol glikemik intensif terhadap retinopati diabetik saat ini masih terbatas, sehingga sebagian bukti yang ada masih berasal dari uji klinis beberapa dekade lalu. Ke depannya, uji klinis acak terkontrol dengan ukuran sampel lebih besar dan metodologi lebih baik diperlukan untuk konfirmasi temuan yang ada.
