Obat batuk yang dijual bebas atau over the counter (OTC) banyak dipakai sebagai terapi awal common cold, namun manfaat dan keamanannya masih dipertanyakan. Batuk akut karena infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) adalah salah satu gejala yang paling banyak ditemui di praktik. Meski demikian, beberapa studi mengindikasikan bahwa obat batuk OTC memiliki efikasi yang tidak berbeda bermakna dengan plasebo. Obat batuk tertentu, seperti dextromethorphan dan codeine, juga banyak dikaitkan dengan kekhawatiran terkait aspek keamanannya.[1-3]
Gejala Batuk pada Common Cold
Pasien dengan common cold umumnya mengeluhkan gejala batuk, hidung tersumbat, pilek, nyeri tenggorokan, lemas, dengan atau tanpa demam. Batuk pada common cold adalah batuk akut yang berlangsung kurang dari 3 minggu.
Common cold disebabkan oleh infeksi virus dan bersifat self-limiting. Pada pasien imunokompeten, common cold umumnya akan sembuh sendiri dalam waktu kurang lebih 10 hari. Prinsip dari pengobatan common cold adalah suportif dan simptomatik.[2,3]
Contoh Obat Batuk yang Digunakan Pada Common Cold
Beberapa contoh kandungan obat batuk OTC yang sering digunakan dalam penatalaksanaan common cold adalah dextromethorphan, guaifenesin, bromhexine, dan ambroxol. Secara garis besar, obat batuk pada common cold bekerja dengan cara:
- Antitusif: mengurangi refleks batuk, contoh dextromethorphan
- Ekspektoran: mempermudah pengeluaran dahak, contoh guaifenesin
- Mukolitik: mengurangi kekentalan dahak, contoh bromhexine
- Antihistamin: mengurangi kongesti dan sekresi mukus, contoh diphenhydramine
- Madu: diduga memiliki efek bakterisidal[1]
Kekhawatiran Terkait Keamanan Obat Batuk yang Dijual Bebas untuk Common Cold
Aspek keamanan merupakan salah satu hal utama yang menjadi perhatian pada penggunaan obat batuk yang dijual bebas atau over the counter (OTC). Dalam rentang dosis yang dianjurkan, obat batuk OTC secara umum memiliki profil keamanan yang baik. Meski demikian, terdapat potensi efek samping serius, seperti penurunan kesadaran hingga kematian. Efek samping serius ini meningkat risikonya pada populasi pediatrik. Dalam sebuah tinjauan kasus, dilaporkan bahwa efek samping serius pada anak umumnya terjadi akibat paparan di luar rentang dosis terapeutik yang tidak sengaja dan tanpa pengawasan orang dewasa. Paparan ini cenderung terjadi pada formulasi sediaan tunggal dengan bentuk sirup.[2,4]
Potensi Efek Samping Depresi Napas
FDA Amerika Serikat sendiri telah secara jelas menyatakan bahwa obat codeine dikontraindikasikan penggunaannya untuk batuk pada anak berusia di bawah 12 tahun, serta membuat peringatan penggunaan pada anak usia 12-18 tahun dengan obesitas. Hal ini terkait potensi efek samping fatal yang mencakup depresi pernapasan dan kematian.[5]
Potensi Penyalahgunaan Obat
Sementara itu, dextromethorphan dan codeine juga sering disalahgunakan untuk mendapat efek euforia rekreasional dalam dosis tinggi. Penyalahgunaan ini rentan dilakukan oleh remaja, dewasa muda, dan individu dengan opioid use disorder.[6-9]
Potensi Efek Samping Lainnya
Sebetulnya, jika digunakan dalam rentang dosis terapeutik, obat batuk OTC memiliki aspek keamanan yang baik dengan potensi efek samping yang ringan. Beberapa efek samping yang banyak dilaporkan antara lain pusing, nyeri kepala, dan gangguan gastrointestinal. Perlu diperhatikan pula bahwa beberapa obat batuk OTC tidak direkomendasikan pada kehamilan, misalnya guaifenesin yang masuk dalam kategori C.[1,10,11]
Bukti Ilmiah Efikasi dan Keamanan Obat Batuk yang Dijual Bebas untuk Common Cold
Banyak bukti ilmiah yang mendukung penggunaan obat batuk pada common cold merupakan studi yang sudah lama dan berkualitas buruk. Bukti ilmiah terbaru berbasis uji klinis acak terkontrol sangat terbatas.[12]
Dalam tinjauan Cochrane (2014) mengenai efikasi dan keamanan obat batuk yang dijual bebas atau over the counter (OTC) disimpulkan bahwa bukti ilmiah yang tersedia belum cukup untuk menyangkal ataupun mendukung penggunaanya. Tinjauan ini mengevaluasi data dari 29 uji klinis dengan total 4835 partisipan, dan belum diperbaharui lebih lanjut. Terkait aspek keamanan, tinjauan ini menyatakan bahwa efek samping yang sering terjadi umumnya ringan, seperti nyeri kepala dan gangguan gastrointestinal.[1]
Sebuah uji klinis acak terkontrol (2017) mencoba mengevaluasi efikasi dari obat batuk OTC yang mengandung diphenhydramine, amonium klorida, dan levomenthol. Uji klinis ini melibatkan 163 partisipan dari 4 praktik dokter umum dan 14 apotek. Hasil analisis menunjukkan bahwa tingkat keparahan batuk menurun lebih baik pada kelompok yang diberikan obat batuk. Meski begitu, perbedaan ini tidak bermakna secara statistik. Aspek keamanan obat tampaknya baik, dimana tidak ada efek samping serius yang dilaporkan. Efek samping umumnya ringan, seperti rasa mengantuk, nyeri kepala, dan diare.[13]
Rekomendasi Terapi Batuk pada Common Cold
Hal pertama yang perlu dilakukan dalam mengobati batuk pada common cold adalah meyakinkan pasien bahwa penyakit bersifat self limiting dan pasien dengan gejala ringan umumnya tidak memerlukan medikamentosa khusus. Minta pasien beristirahat, serta dapat dianjurkan mengonsumsi obat rumahan (seperti madu dan lemon) jika dirasa perlu. Pendekatan manajemen ini merupakan pilihan pertama, terutama pada pasien pediatrik. Perhatian khusus adalah madu tidak boleh diberikan pada anak berusia di bawah 1 tahun.[12]
Anjuran lain yang dapat diberikan adalah mengoleskan salep yang mengandung kamper, mentol, dan minyak eukaliptus pada dada dan leher sebelum tidur. Hal ini telah dilaporkan membantu menghilangkan kongesti nasal dan menurunkan frekuensi batuk di malam hari serta meningkatkan kualitas tidur, terutama pada anak.[2]
Kesimpulan
Common cold adalah penyakit self limiting atau bersifat swasirna, sehingga akan hilang meskipun tanpa pengobatan. Obat batuk yang dijual bebas (OTC) banyak digunakan untuk mengurangi gejala batuk pada common cold, tetapi belum ada bukti kuat terkait efikasinya.
Bukti yang mendukung penggunaan obat batuk OTC pada common cold umumnya merupakan studi tua dengan metode yang memiliki berbagai keterbatasan. Penggunaan obat batuk OTC pada common cold tidak disarankan, terutama pada pediatrik, karena kurangnya manfaat yang jelas dan terdapat potensi harm, seperti penurunan kesadaran, depresi napas, hingga kematian.
Alternatif yang dapat dianjurkan untuk meredakan batuk antara lain istirahat cukup, obat rumahan seperti madu dan lemon, serta mengoleskan salep yang mengandung kamper, mentol, dan minyak eukaliptus pada dada dan leher sebelum tidur.
Penulisan pertama oleh: dr. Intan Ekarulita