Penggunaan kadar laktat pada cairan serebrospinal sebagai alat diagnosis untuk membedakan meningitis viral dan bakterial telah dilaporkan pada beberapa studi. Namun, terdapat studi lain yang berpendapat bahwa peningkatan kadar laktat merupakan penemuan yang bersifat nonspesifik dan kurang tepat digunakan sebagai alat diagnostik.
Secara global, prevalensi meningitis bakterial diketahui sebanyak 1,2 juta per tahun. Pada tahun 2016, insidensi meningitis di Indonesia melebihi 78.000 kasus, dengan angka kematian lebih dari 4.000 kasus.[1,2]
Penyebab tersering dari meningitis bakterial, antara lain Neisseria meningitidis, Streptococcus pneumoniae, dan Haemophilus influenzae. Tanpa pengobatan yang tepat, case fatality rate meningitis bakterial dapat mencapai hingga 70%. Sebanyak 1 dari 5 pasien meningitis akan mengalami sekuele, misalnya gangguan pendengaran, disabilitas saraf, atau kehilangan fungsi ekstremitas.[1]
Meningitis viral paling banyak terjadi pada anak-anak, dan insidensinya menurun seiring pertambahan usia. Pada negara dengan cakupan imunisasi yang baik, meningitis viral lebih sering dijumpai dibandingkan meningitis bakterial. Hanya 3–18% meningitis pada anak yang disebabkan oleh bakteri.[3]
Sampai sekarang, klinisi masih sulit dalam membedakan antara meningitis viral dan bakterial. Pemeriksaan kadar laktat cairan serebrospinal (CSS) merupakan marker yang dipercayai dapat menjadi alat diagnosis untuk membedakan bakterial dengan viral. Akan tetapi, spesifisitas dan sensitivitas dari pemeriksaan ini masih dipertanyakan pada beberapa studi.[3]
Membedakan Meningitis Viral dan Bakterial
Meningitis bakterial merupakan penyakit yang membahayakan, dan pemberian antibiotik dini dapat menyelamatkan nyawa pasien. Di sisi lain, meningitis viral biasanya dapat sembuh sendiri. Pada praktik klinis, sering terjadi pemberian antibiotik pada meningitis viral. Hal ini dapat menyebabkan peningkatan risiko resistensi antibiotik, infeksi nosokomial, bertambahnya perawatan, dan lama masa rawat yang lebih panjang.[4]
Untuk membedakan meningitis viral dan bakterial dibutuhkan pungsi lumbal guna menganalisa cairan serebrospinal pasien. Pemeriksaan karakteristik CSS selama ini merupakan baku emas untuk mendiagnosis meningitis. Setiap etiologi meningitis memiliki karakteristik CSS yang berbeda-beda.[4,5]
Meningitis karena bakteri biasanya memiliki peningkatan protein lebih dari 200 mg/dL, dengan kadar glukosa kurang dari 40 mg/dL. Leukosit juga didapatkan meningkat, yaitu di atas 1000–2000 sel/µL. Selain itu, ditemukan peningkatan opening pressure dan konsentrasi sel darah putih. Penampakan cairan CSS purulen dan keruh dengan predominasi sel netrofil juga merupakan ciri khas meningitis bakterial.[5]
Pada meningitis viral, kadar glukosa CSS biasanya normal dengan kadar protein yang hanya sedikit meningkat, yaitu kurang dari 200 mg/dL. Penampakan CSS pasien meningitis viral juga biasanya jernih dengan opening pressure yang normal, dengan jumlah leukosit kurang dari 300 sel/µL dan predominan sel limfosit.[5]
Perbedaan karakteristik CSS ini pada umumnya dapat membantu klinisi dalam menentukan etiologi virus atau bakteri pada pasien meningitis. Akan tetapi, beberapa pasien meningitis bakterial terkadang memiliki karakteristik yang tidak pada umumnya atau atipikal.[4,6]
Pada pasien dengan manifestasi CSS atipikal, ditemukan glukosa CSS yang meningkat lebih dari 40 mg/dL, dengan predominansi monosit. Hal ini dapat membuat klinisi salah menentukan etiologi yang menyebabkan kesalahan terapi pada pasien. Selain itu, kadar glukosa CSS dipengaruhi oleh konsentrasi glukosa serum, sehingga terkadang memiliki hasil yang tidak akurat.[6]
Pemeriksaan kadar laktat CSS sudah dilaporkan memiliki keuntungan dibandingkan dengan kadar glukosa CSS. Hasil pemeriksaan kadar laktat CSS dapat digunakan untuk membantu menegakkan diagnosis pada pasien dengan manifestasi CSS atipikal.[5,6]
Laktat Cairan Serebrospinal
Konsentrasi laktat CSS dipengaruhi oleh produksinya yang terjadi akibat proses glikolisis pada sistem saraf pusat. Produksi laktat CSS dapat meningkat akibat infeksi bakteri yang menghasilkan laktat, juga karena edema serebri, inflamasi vaskular, dan iskemi serebri. Beberapa penyakit yang sering dihubungkan dengan peningkatan laktat, antara lain infeksi intrakranial, kejang, terutama status epileptikus, stroke, dan kelainan mitokondria.[4,7]
Pemeriksaan laktat CSS merupakan pemeriksaan yang relatif murah, dengan hasil pemeriksaan yang tergolong cepat. Penggunaan parameter kadar laktat pada CSS sampai sekarang masih diteliti penggunaannya. Rujukan nilai referensi normal berkisar antara 1,2–2,1 mmol/L. Pada neonatus batas atas adalah pada 3 mmol/L.[4,7]
Kadar Laktat pada Meningitis Viral dan Bakterial
Beberapa studi terdahulu, termasuk sebuah metaanalisis, menyatakan bahwa nilai laktat CSS 3,5 mmol/L atau lebih memiliki sensitivitas sebesar 96–99% dan spesifisitas sebesar 88–94% untuk membedakan meningitis bakterial dengan meningitis viral. Beberapa studi lain juga mengonfirmasi temuan ini.[7–9]
Studi oleh Nazir, et al. pada tahun 2018 menilai biomarker untuk membedakan meningitis bakterial dan viral pada anak-anak. Studi tersebut mendapatkan, ambang batas CSS laktat untuk membedakan meningitis bakterial dan viral adalah pada 3,0 mmol/L, dengan sensitivitas 90% dan spesifisitas 100%. Pada meningitis viral, rerata laktat CSS didapatkan kurang dari 2 mmol/L.[10]
Pada tahun 2021, Domingues, et al. membandingkan akurasi laktat, hitung leukosit, protein, dan glukosa CSS pada pasien dengan community-acquired meningitis. Didapatkan, konsentrasi laktat, leukosit, dan protein CSS lebih tinggi bermakna pada pasien meningitis bakterial. Laktat CSS menunjukkan kemampuan prediksi yang paling baik, dibuktikan dengan area under curve sebesar 0,944.[11]
Ambang batas yang digunakan adalah 30 mg/dL. Nilai sensitivitas dan spesifisitas laktat CSS adalah sebesar 84,1% dan 99% secara berurutan. Dari hasil tersebut, studi menyimpulkan bahwa laktat CSS merupakan penanda paling akurat untuk meningitis bakterial.[11]
Rubio-Sanchez, et al. melakukan studi terhadap 706 sampel CSS pada tahun 2021. Studi ini mendapatkan ambang batas optimal laktat CSS untuk mendeteksi meningitis bakteria; adalah 3,0 mmol/L, dengan sensitivitas 68%, spesifisitas 98%, positive predictive value 79%, dan negative predictive value 97%.[12]
Konsentrasi laktat, protein, dan jumlah lekosit CSS didapatkan lebih tinggi pada pasien meningitis bakterial. Tingginya negative predictive value sangat bermanfaat untuk menyingkirkan diagnosis meningitis bakterial.[12]
Pemeriksaan ini juga ditemukan dapat membedakan meningitis bakterial pasca operasi saraf dan meningitis viral, dengan ambang batas kadar laktat ≥4 mmol/L. Kadar laktat CSS ditemukan tidak ada perbedaan pada pasien dengan hasil CSS gram positif maupun negatif. Selain sebagai diagnostik, kadar laktat CSS juga ditemukan dapat digunakan sebagai alat prognosis, di mana prognosis baik biasanya ditemukan berhubungan dengan penurunan kadar laktat. [4,13,14]
Berdasarkan hasil studi-studi di atas, maka pengukuran kadar laktat CSS dapat digunakan sebagai alat diagnosis meningitis bakterial dengan sensitivitas dan spesifisitas yang cukup baik.
Rekomendasi Pemeriksaan Kadar Laktat CSS
Pemeriksaan kadar laktat CSS pada pasien meningitis juga telah direkomendasikan pada beberapa panduan. British Infection Association merekomendasikan pemeriksaan laktat CSS dilakukan sebelum memberikan antibiotik. Setelah pemberian antibiotik, sensitivitas pemeriksaan ini dapat berkurang hingga 50%.[15]
Panduan European Society for Clinical Microbiology and Infectious Disease (ESCMID) juga menyatakan bahwa pemeriksaan kadar laktat CSS memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang baik dalam perannya membedakan meningitis viral dan bakterial. Panduan ini tidak menyarankan pemeriksaan laktat CSS pada pasien yang telah menerima antibiotik atau adanya penyakit sistem saraf pusat lainnya.[16]
Kesimpulan
Pemeriksaan CSS merupakan pemeriksaan yang murah, cepat, dan dapat dilakukan langsung di sebelah ranjang pasien. Peningkatan kadar laktat CSS pada pasien meningitis bakterial ditemukan berbeda signifikan dengan meningitis viral.
Studi menunjukkan bahwa pengukuran kadar laktat CSS dapat membedakan etiologi bakterial dan viral pada pasien meningitis, sehingga bermanfaat untuk menegakkan diagnosis pada hasil pemeriksaan CSS yang atipikal. Namun, peningkatan kadar laktat CSS juga dapat dipengaruhi oleh beberapa diagnosis lainnya, seperti riwayat operasi saraf dan penggunaan antibiotik. Studi dan rekomendasi penggunaan kadar laktat CSS pada pasien meningitis masih diperlukan lebih lanjut.
Direvisi oleh: dr. Livia Saputra