Pendahuluan Thiabendazole
Thiabendazole adalah obat antelmintik yang digunakan dalam berbagai kasus infeksi cacing, seperti strongyloidiasis. Thiabendazole merupakan obat turunan benzimidazole dengan sifat antelmintik spektrum luas. Thiabendazole bekerja dengan mengikat kuat tubulin di sel absorptif di usus cacing parasit, sehingga mengganggu penyerapan nutrisi dan menyebabkan cacing mati kelaparan.[1-3]
Efek samping thiabendazole yang sering ditemui dengan dosis terapeutik adalah anoreksia, mual, muntah, dan pusing. Efek samping yang lebih jarang terjadi adalah diare, kelelahan, mengantuk, pusing, atau sakit kepala. Demam, ruam, eritema multiforme, halusinasi, gangguan sensorik, dan sindrom Stevens-Johnson juga telah dilaporkan.[3]
Sebagai obat kelas antelmintik, thiabendazole memiliki aktivitas melawan sebagian besar cacing nematoda, baik pada tahap larva dan sel telur. Obat ini digunakan terutama dalam tata laksana strongyloidiasis, tetapi juga dapat digunakan untuk penanganan kutaneus larva migrans, askariasis, dan trichuriasis.[1,2]
Di Indonesia, thiabendazole hanya tersedia dalam bentuk generik.[2]
Tabel 1. Deskripsi Singkat Thiabendazole
Perihal | Deskripsi |
Kelas | Antelmintik[4,5] |
Subkelas | Antelmintik Intestinal[4,5] |
Akses | Resep |
Wanita hamil | Kategori FDA: C Kategori TGA: B3[7,8] |
Wanita menyusui | Tidak ada data mengenai keberadaan thiabendazole dalam ASI, efeknya pada bayi yang disusui, atau produksi ASI[7] |
Anak-anak | Keamanan dan efikasi penggunaan thiabendazole pada pasien anak belum ditetapkan[2,3] |
Infant | |
FDA | Discontinued[6] |