Kontraindikasi dan Peringatan Anti Bisa Ular
Meskipun pemberian anti bisa ular kontraindikasi pada pasien dengan riwayat reaksi hipersensitivitas terhadap serum anti bisa ular atau komponennya, terapi ini bisa menyelamatkan nyawa sehingga potensi manfaat mungkin melebihi risikonya. Peringatan penting saat menggunakan anti bisa ular adalah untuk mengawasi adanya distres napas dan tanda vital pasien.[1,24]
Kontraindikasi
Pemberian serum anti bisa ular adalah langkah penting dalam penanganan gigitan ular berbisa. Namun, seperti setiap terapi medis, terdapat kondisi tertentu di mana penggunaan serum anti bisa ular harus dihindari atau dipertimbangkan dengan hati-hati.[1]
Riwayat Hipersensitivitas
Salah satu kontraindikasi utama adalah riwayat alergi atau reaksi hipersensitivitas terhadap serum anti bisa ular atau komponennya. Reaksi alergi ini dapat bervariasi, mulai dari reaksi kulit ringan seperti ruam atau gatal hingga reaksi sistemik yang lebih serius seperti angioedema atau anafilaksis. Pada populasi ini, penggunaan serum anti bisa ular perlu mempertimbangkan perbandingan manfaat dan risiko.
Pada kasus gigitan ular yang menimbulkan gejala sistemik tetapi disertai riwayat alergi, anti bisa ular tetap diberikan sesuai dosis dengan ditambah epinefrin 0,25-0,5 mg, dapat diulang jika hipotensi menetap, disertai antihistamin seperti cetirizine atau loratadine.[1,24]
Riwayat Serum Sickness
Pada pasien dengan riwayat penyakit autoimun atau gangguan imun lain, pemberian anti bisa ular juga perlu mendapat perhatian khusus. Penggunaan serum anti bisa ular dapat memicu respon imun yang berlebihan atau mengaktifkan respon autoimun yang memperburuk kondisi pasien.
Terapi simptomatik adalah pemberian analgesik obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) dan antihistamin. Kortikosteroid jangka pendek dapat dipertimbangkan untuk kasus yang berat.[1,24]
Ibu Hamil dan Menyusui
Ibu hamil dan menyusui juga perlu mendapat pertimbangan khusus dalam penggunaan serum anti bisa ular. Potensi efek pada janin atau bayi yang sedang menyusu harus dievaluasi secara menyeluruh sebelum memutuskan untuk memberikan terapi ini.[11,16,18-21]
Peringatan
Perhatian khusus ditujukan untuk meminimalkan potensi risiko dan komplikasi yang terkait dengan penggunaan anti bisa ular. Dokter perlu mempertimbangan riwayat medis pasien, khususnya alergi yang diketahui atau reaksi hipersensitivitas terhadap komponen anti bisa ular. Reaksi anafilaksis mungkin terjadi setelah pemberian anti bisa ular.
Pemantauan terhadap tanda vital dan respon alergi sangat penting selama dan setelah pemberian anti bisa ular. Distres pernapasan, perubahan tekanan darah, detak jantung, dan manifestasi alergi atau perdarahan pada kulit merupakan parameter penting yang membutuhkan penilaian pada pasien yang mendapat anti bisa ular.
Pasien dengan kondisi medis yang sudah ada sebelumnya, terutama yang mempengaruhi sistem kardiovaskular dan ginjal juga perlu diawasi selama pengobatan. Gigitan ular dapat menyebabkan ketidakstabilan hemodinamik dan cedera ginjal akut.
Selain itu, risiko koagulopati yang terkait dengan bisa ular juga memerlukan perhatian. Anti bisa ular dapat menginduksi atau memperburuk koagulopati, sehingga memerlukan pemantauan yang cermat terhadap parameter perdarahan dan faktor pembekuan.[1,22,24]
Penulisan pertama oleh: dr. DrRiawati MMedPH