Indikasi dan Dosis Vaksin Polio
Indikasi vaksin polio adalah untuk pencegahan infeksi virus polio. Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), vaksin polio sebaiknya diberikan segera setelah lahir.
Apabila bayi lahir di fasilitas kesehatan, maka vaksin polio bivalen (bOPV-0) dapat diberikan saat bayi akan pulang atau pada kunjungan pertama (dosis pertama). Selanjutnya, pemberian bisa dilakukan berturut-turut saat bayi usia 2 bulan (dosis kedua), 3 bulan (dosis ketiga), dan 4 bulan (dosis keempat).[17]
Vaksin Polio Anak
Sesuai rekomendasi jadwal imunisasi yang dikeluarkan oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) tahun 2020, vaksin polio diberikan sebanyak empat dosis primer dan satu dosis booster.[17,18]
Waktu Pemberian Vaksin Polio Primer
Vaksin polio 0 (nol) sebaiknya diberikan segera setelah bayi lahir. Bila bayi lahir di fasilitas kesehatan, maka bOPV-0 dapat diberikan saat bayi pulang atau pada kunjungan pertama. Selanjutnya, pemberian bOPV atau IPV dapat diberikan bersama vaksin pertusis, vaksin difteri, dan tetanus toksoid. Polio-1 diberikan saat bayi berusia 2 bulan. Polio-2 saat usia 3 bulan. Polio-3 saat usia 4 bulan.
Vaksin polio-1 dapat diberikan bersamaan dengan vaksin Hepatitis B, DTP, vaksin Haemophillus influenzae (HiB), vaksin pneumokokus, dan vaksin rotavirus. Vaksin polio-2 diberikan bersamaan dengan vaksin Hepatitis B, DTP, dan Hib. Sementara itu, vaksin polio-3 diberikan bersamaan dengan vaksin Hepatitis B, DTP, Hib, vaksin pneumokokus, dan rotavirus.[17,18]
Vaksin Polio Booster
Booster untuk polio bisa diberikan saat anak berusia 18 bulan. Sebelumnya pada jadwal imunisasi yang dikeluarkan oleh IDAI tahun 2017 direkomendasikan pemberian IPV paling sedikit 1 kali bersamaan dengan OPV3. Di jadwal imunisasi IDAI tahun 2020, rekomendasi terbaru adalah IPV diberikan minimal 2 kali sebelum usia 1 tahun dengan bOPV atau IPV bisa diberikan bersama DTwP atau DTaP.[17,18]
Studi Fadliana dkk di Bandung pada tahun 2018 menjadi salah satu dasar pertimbangan perubahan rekomendasi IDAI, dimana pemberian 1 kali IPV bersama OPV4 menghasilkan perlindungan lebih rendah terhadap polio serotipe 2. Pemberian IPV lebih dari satu kali bersama DTwP atau DTaP diharapkan memberikan perlindungan lebih tinggi terhadap polio serotipe 2.[18,19]
Vaksin Polio Dewasa
Untuk negara yang menerapkan imunisasi rutin pada masa kanak-kanak dan dianggap telah terlindung dari polio serta memiliki risiko kecil untuk terpapar virus polio, vaksinasi polio rutin saat dewasa tidak diperlukan. Namun, terdapat beberapa kondisi dimana seseorang memiliki risiko paparan terhadap virus polio sehingga disarankan untuk mendapatkan vaksin polio saat dewasa, yakni:
- Rencana berkunjung ke daerah endemik atau epidemik polio
- Pekerja laboratorium atau kesehatan lain yang menangani spesimen yang mungkin mengandung virus polio
- Pekerja kesehatan yang memiliki kontak dengan pasien yang diduga terinfeksi virus polio
- Orang dewasa yang tidak divaksinasi dan tinggal atau bekerja di komunitas yang mungkin menjadi tempat untuk virus polio bersirkulasi.
Pasien dewasa dengan risiko tinggi memerlukan pemberian IPV antara 1-3 kali, tergantung dari berapa banyak dosis yang sudah diterima dulu saat anak-anak:
- Dewasa yang belum pernah mendapatkan vaksin sebaiknya mendapatkan tiga dosis IPV. Dua dosis pertama diberikan dengan jarak 1 hingga 2 bulan, sedangkan dosis ketiga diberikan 6 hingga 12 bulan dari dosis kedua
- Dewasa yang sudah mendapatkan satu atau dua dosis polio sebelumnya sebaiknya menerima dua dosis akhir vaksin polio
Dewasa yang sudah mendapatkan tiga atau lebih dosis vaksin hanya memerlukan dosis booster.[20-22]
Penulisan pertama oleh: dr. Graciella N. T. Wahjoepramono