Pedoman minuman yang sehat untuk balita perlu dipahami oleh klinisi karena minuman memegang porsi yang besar dalam diet anak-anak berusia di bawah lima tahun. Masa balita merupakan masa penting untuk pembentukan preferensi rasa dan pengenalan diet yang sehat kepada anak. Pemberian minuman yang tepat dapat menghindarkan anak dari penyakit kronis terkait diet seperti obesitas, diabetes mellitus tipe 2, dan karies gigi. Selain itu, minuman yang sehat juga dapat mendukung tumbuh kembang fisik dan kognitif anak.[1]
Minuman yang Dapat Dikonsumsi Balita
Selain ASI dan susu formula tertentu, minuman yang dapat dikonsumsi oleh balita adalah air putih, susu sapi pasteurisasi, dan jus buah 100%. Namun, rekomendasi minuman ini akan bervariasi tergantung usia masing-masing balita. Klinisi perlu memahami definisi yang jelas dari minuman-minuman ini terlebih dahulu sebelum mempelajari rekomendasi minuman berdasarkan usia.
Air putih yang dimaksud adalah air yang tidak diberikan perisa, pemanis, maupun karbonasi. Susu pasteurisasi yang dimaksud adalah susu sapi tawar (plain) yang telah dipanaskan dalam temperatur dan waktu tertentu sehingga patogen di dalamnya telah mati. Susu ini juga tidak mengandung pemanis buatan, gula tambahan, maupun perisa. Contohnya adalah whole milk, susu reduced fat (2%), susu rendah lemak atau low fat (1%), dan susu skim (fat free).[1]
Jus buah 100% yang dimaksud (sesuai persetujuan FDA) adalah jus yang terbuat dari 100% cairan buah. Hal ini berarti tidak boleh ada gula tambahan maupun bahan buatan lain di dalam produk. Produk yang tidak mengandung 100% jus buah harus menuliskan persentase buah yang dikandung dan memberikan keterangan komposisi lainnya.[1,2]
Rekomendasi Minuman sesuai Usia Balita
Balita dengan usia yang berbeda dapat mengonsumsi jenis minuman yang berbeda pula. Secara umum, rekomendasi minuman dibedakan antara bayi yang berusia 0-6 bulan, bayi berusia 6-12 bulan, bayi berusia 12-24 bulan, bayi berusia 2-3 tahun, dan bayi berusia 4-5 tahun.
Bayi Berusia 0-6 Bulan
Bayi berusia 0-6 bulan tidak membutuhkan minuman lain selain ASI. Bayi berusia 0-6 bulan yang tidak bisa mendapatkan ASI eksklusif dapat diberikan formula terhidrolisat ekstensif atau formula asam amino. Pemberian minuman lain (termasuk air putih) tidak disarankan.[1,3]
Bayi Berusia 6-12 Bulan
Selain ASI dan susu formula, balita dalam kelompok usia ini dapat diberikan air putih sekitar 0.5-1 gelas per hari. Pemberian minuman lain tidak disarankan.[1]
Bayi Berusia 12-24 Bulan
Balita dalam kelompok usia ini dapat diberikan air putih sekitar 1-4 gelas per hari, susu sapi tawar pasteurisasi (tipe whole milk) sekitar 2-3 gelas per hari, dan jus buah 100% sejumlah ≤0.5 gelas per hari.[1,4]
Bayi Berusia 2-3 Tahun
Balita dalam kelompok usia ini dapat diberikan air putih 1-4 gelas per hari, susu sapi tawar pasteurisasi (tipe skim atau tipe rendah lemak) ≤ 2 gelas per hari, dan jus buah 100% sebanyak ≤0.5 gelas per hari.[1,4]
Bayi Berusia 4-5 Tahun
Balita dalam kelompok usia ini dapat diberikan air putih 1.5-5 gelas per hari, susu sapi tawar pasteurisasi (tipe skim atau tipe rendah lemak) ≤2.5 gelas per hari, dan jus buah 100% sebanyak ≤0.5-0.75 gelas per hari.[1,4]
Pertimbangan Kebutuhan Nutrisi Balita
Terdapat pertimbangan-pertimbangan khusus dalam pemberian minuman pada balita untuk memastikan bahwa status hidrasi dan nutrisinya tetap seimbang. Pada balita berusia 6 bulan hingga 5 tahun, volume air putih perlu disesuaikan dengan volume minuman lain yang dikonsumsi. Contohnya, balita berusia 3 tahun yang tidak meminum susu tawar pasteurisasi dapat diberikan 4 gelas air per hari, namun bila balita tersebut meminum susu, volume air perlu dikurangi. Dokter perlu mengingat bahwa air putih hanya bisa menggantikan volume cairan dan tidak bisa menggantikan kebutuhan nutrisi dari susu sapi.
Pada balita berusia 12-24 bulan, susu sapi tawar pasteurisasi yang bertipe whole milk lebih disarankan daripada tipe skim dan rendah lemak. Namun, bila balita memiliki pertambahan berat badan yang signifikan atau memiliki riwayat keluarga dengan obesitas, dislipidemia, atau penyakit kardiovaskular, susu sapi tipe reduced fat dan tipe rendah lemak lebih disarankan. Kebutuhan susu akan berkurang seiring bertambahnya usia karena balita akan mulai mengonsumsi lebih banyak makanan padat. Namun, susu sapi tetap menjadi sumber kalsium, vitamin D, dan protein yang penting.[1]
Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dari buah, buah utuh (whole fruit) lebih disarankan daripada jus buah 100%. Hal ini dikarenakan kandungan serat dalam jus buah lebih rendah daripada buah utuh dan jus buah dapat menyebabkan kenaikan berat badan bila dikonsumsi berlebih. Namun, jus buah 100% yang dikonsumsi sesuai porsi anjuran tidak menyebabkan kenaikan berat badan. Jus buah 100% disarankan bila orang tua kesulitan menyediakan buah utuh. Jumlah jus buah perlu dibatasi pada anak dengan diare kronis, flatulence, dan nyeri perut.[1,2]
Minuman yang Tidak Direkomendasikan untuk Balita
Sebagian besar minuman yang tidak direkomendasikan untuk balita adalah minuman yang mengandung pemanis, baik berupa gula tambahan maupun pemanis buatan. Gula tambahan sering diberikan dalam rupa sukrosa, glukosa, sirup jagung tinggi fruktosa, dan sari buah yang menjalani pemrosesan khusus. Selain itu, minuman lain yang juga tidak direkomendasikan adalah susu dari tumbuhan.[1,5]
Susu dari Tumbuhan
Susu tumbuhan hanya dapat digunakan pada balita berusia 1-5 tahun (tidak boleh pada balita berusia di bawah 1 tahun) dan hanya digunakan bila ada indikasi medis tertentu seperti alergi atau intoleransi susu sapi. Susu tumbuhan dapat berasal dari nasi, kacang-kacangan, biji-bijian, kelapa, atau oats. Kebanyakan produk ini mengandung gula tambahan dan tidak mengandung zat gizi penting yang serupa dengan susu sapi. Susu tumbuhan yang difortifikasi mungkin memiliki kandungan nutrisi yang mirip dengan susu sapi, namun bioavailabilitas zat-zat tambahan ini saat dikonsumsi masih belum bisa dipastikan.[1]
Susu dengan Perisa
Susu ini disebut juga sebagai flavored milk dan biasanya merupakan susu sapi yang telah dicampur gula. Contohnya adalah susu coklat dan susu stroberi yang banyak beredar di pasar. Susu ini sebaiknya dihindari untuk membatasi asupan gula dan juga menghindari preferensi anak terhadap minuman manis.[1]
Susu Formula Transisi
Susu ini dikenal juga sebagai toddler milk, transition formulas, atau weaning formulas. Produk ini sering dipasarkan untuk anak usia 9-36 bulan dan sering kali mengandung gula tambahan. Risiko dari pemberian susu formula transisi adalah konsumsi gula tambahan yang tidak diperlukan. Nutrisi dari susu ini tidak unik dan tidak diperlukan karena balita di usia ini sudah dapat memperoleh nutrisi lengkap dari makanan dan susu sapi tawar pasteurisasi.[1]
Minuman dengan Pemanis Rendah Kalori
Produk ini meliputi minuman yang mengandung pemanis buatan rendah kalori seperti sakarin, aspartame, acesulfame-K, sucralose, neotame, dan advantame. Risiko kesehatan yang dapat timbul dari pemberian pemanis buatan kepada balita belum diketahui secara pasti sehingga sebaiknya dihindari.[1]
Minuman dengan Gula
Produk ini disebut juga sebagai sugar-sweetened beverages (SSB). Semua minuman yang dicampur dengan gula termasuk di dalam kategori ini. Contohnya adalah soda, air putih berperisa, minuman olahraga, minuman rasa buah, minuman energi, dan kopi atau teh yang manis. Risiko yang dapat ditimbulkan adalah kenaikan berat badan hingga overweight atau obesitas, karies gigi, dan diabetes mellitus tipe 2 yang diduga terjadi akibat resistensi insulin. Efek lain adalah kualitas tidur menjadi buruk, sakit kepala, dan munculnya gejala-gejala depresi.[1,6]
Minuman Berkafein
Konsumsi kafein dapat meningkatkan risiko gangguan tidur, rewel, nyeri kepala, dan gangguan konsentrasi pada balita sehingga sebaiknya dihindari.[1]
Kesimpulan
Anak berusia di bawah lima tahun tidak disarankan untuk diberikan susu dengan perisa, susu tumbuhan, susu formula transisi, minuman berkafein, minuman yang mengandung gula tambahan, dan minuman dengan pemanis buatan. Anak berusia di bawah 6 bulan dianjurkan hanya mengonsumsi ASI atau susu formula, kemudian saat berusia 6-12 bulan dapat diberikan air putih dengan takaran tertentu. Anak usia 1-5 tahun dapat diberikan air putih, susu sapi tawar pasteurisasi, dan jus buah 100% dengan takaran sesuai usia masing-masing.[1,4]
Di Indonesia sendiri, suatu studi di Bandung pada tahun 2019 menunjukkan bahwa angka konsumsi SSB pada balita usia 6-35 bulan cukup tinggi (sekitar 40% dari 495 peserta mengonsumsi SSB sehari sebelum studi). Konsumsi susu dengan perisa juga dilaporkan signifikan karena banyak ibu menganggap susu dengan perisa lebih sehat dari SSB lain. Dokter perlu menjelaskan pedoman minuman yang benar kepada orang tua balita agar balita terhindar dari penyakit-penyakit kronis terkait diet.[7]