Pedoman Penanganan Kelainan Katup Jantung – Ulasan Guideline Terkini

Oleh :
dr.Bedry Qintha

Pedoman klinis penanganan kelainan katup jantung dipublikasikan oleh European Society of Cardiology (ESC) pada tahun 2025, sebagai pembaruan dari pedoman terdahulu yang dipublikasikan tahun 2021. Pedoman baru ini mencakup perluasan rekomendasi terkait peran terapi transkateter dan terapi invasif minimal lainnya.

Untuk kasus stenosis aorta, pedoman tahun 2025 ini mendukung opsi intervensi dini, berbeda dengan pendekatan yang lebih pasif di pedoman versi sebelumnya. Untuk kasus regurgitasi mitral sekunder, transcatheter edge-to-edge repair (TEER) kini direkomendasikan untuk pasien simtomatik dengan penurunan fraksi ejeksi yang tidak merespon farmakoterapi dan memenuhi kriteria anatomi yang ditetapkan.[1]

Pedoman Penanganan Kelainan Katup Jantung

Tabel 1. Tentang Pedoman Klinis Ini

Penyakit Kelainan Katup Jantung
Tipe Penatalaksanaan
Yang Merumuskan

European Society of Cardiology (ESC)

Tahun 2025
Negara Asal Eropa
Dokter Sasaran Dokter Umum, Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah, Subspesialis Kardiologi Intervensi, Spesialis Bedah Toraks

Penentuan Tingkat Bukti

Penentuan tingkat bukti dilakukan melalui proses penelusuran dan penilaian literatur oleh anggota task force. Setiap anggota bertanggung jawab meninjau bukti ilmiah untuk topik yang ditugaskan, lalu menyusun evidence tables yang mencatat sumber, kualitas, dan relevansi penelitian. Bukti yang digunakan umumnya berasal dari uji klinis acak atau meta analisis.

Tingkat bukti dan kekuatan rekomendasi kemudian dirumuskan menggunakan tabel penilaian standar ESC, yang menunjukkan tingkat keyakinan terhadap efektivitas dan kualitas data yang mendukung rekomendasi tersebut. Setelah itu, rekomendasi dibahas dan dilakukan voting oleh seluruh anggota task force.[2]

Rekomendasi Utama untuk Diterapkan dalam Praktik Klinis Anda

Pedoman klinis penanganan kelainan katup jantung oleh European Society of Cardiology (ESC) melakukan revisi terhadap beberapa rekomendasi pada versi sebelumnya, serta memasukkan beberapa rekomendasi baru.

Salah satu contoh rekomendasi yang direvisi adalah penegasan bahwa direct oral anticoagulant (DOAC) tidak direkomendasikan pada atrial fibrilasi dengan stenosis mitral reumatik. Di sisi lain, salah satu rekomendasi baru adalah anjuran untuk melakukan operasi perbaikan katup mitral pada pasien asimtomatik risiko rendah dengan regurgitasi mitral primer berat bila luaran jangka panjang diperkirakan baik dan terdapat ≥3 faktor risiko struktural.[1]

Kelainan Katup Aorta

Beberapa rekomendasi mengenai penanganan stenosis katup aorta adalah:

  • Intervensi dapat dilakukan lebih awal, termasuk pada pasien asimtomatik dengan stenosis aorta berat high-gradient dan fraksi ejeksi ventrikel kiri (LVEF) terpelihara, bila risiko prosedur rendah. Pendekatan watchful waiting tidak lagi menjadi pilihan utama untuk kelompok risiko rendah ini.
  • Transcatheter aortic valve implantation (TAVI) direkomendasikan pada pasien usia ≥70 tahun, sementara surgical aortic valve replacement (SAVR) tetap menjadi pilihan untuk pasien usia <70 tahun dengan risiko operasi rendah.

  • Non-transfemoral TAVI bisa dipertimbangkan untuk pasien yang tidak cocok menjalani operasi maupun akses transfemoral.

Beberapa rekomendasi mengenai penanganan regurgitasi katup aorta adalah:

  • TAVI kini dapat dipertimbangkan pada pasien simtomatik yang tidak operabel dan memiliki anatomi yang sesuai.
  • Untuk pasien asimtomatik, kriteria operasi diperjelas yakni: left ventricular end-systolic diameter indexed (LVESDi) >22 mm/m², atau : left ventricular end-systolic volume indexed (LVESVi) >45 ml/m², atau LVEF ≤55% dengan risiko bedah rendah.[1]

Kelainan Katup Mitral

Beberapa rekomendasi mengenai penanganan regurgitasi katup mitral primer adalah:

  • Perbaikan katup mitral dianjurkan lebih awal pada pasien asimtomatik risiko rendah tanpa disfungsi ventrikel kiri bila terdapat ≥3 faktor berikut: atrial fibrilasi, hipertensi pulmonal, dilatasi atrium kiri signifikan, atau regurgitasi trikuspid yang menyertai.
  • Operasi mitral minimal invasif dapat dipertimbangkan jika dilakukan di pusat layanan kesehatan berpengalaman.
  • Transcatheter Edge-to-Edge repair (TEER) dapat dipertimbangkan pada pasien bergejala dengan risiko bedah tinggi dan anatomi yang sesuai.

Beberapa rekomendasi mengenai penanganan regurgitasi katup mitral sekunder adalah:

  • Pada kasus regurgitasi mitral atrial, pembedahan dengan ablasi atrial fibrilasi dan left atrial appendage occlusion dapat dipertimbangkan. Sementara itu, TEER bisa dipertimbangkan untuk pasien non-bedah setelah terapi medis dan ritme optimal.
  • Pada kasus regurgitasi mitral ventricular, TEER direkomendasikan untuk pasien yang stabil secara hemodinamik, LVEF <50%, gejala persisten, dan regurgitasi mitral berat meski sudah mendapat terapi medis sesuai pedoman dan cardiac resynchronization therapy, serta memenuhi kriteria anatomi.
  • Pembedahan adalah terapi pilihan untuk pasien yang tidak cocok menjalani TEER.
  • Untuk stenosis mitral dengan mitral annular calcification parah dan risiko bedah tinggi, transcatheter mitral valve implantation (TMVI) dapat dipertimbangkan asalkan dilakukan di pusat kesehatan berpengalaman.[1]

Kelainan Katup Trikuspid

Beberapa rekomendasi untuk penanganan kelainan katup trikuspid adalah:

  • Sebelum memutuskan untuk melakukan tidakan, diperlukan evaluasi klinis oleh tim khusus yang memiliki keahlian pada kelainan katup atau penyakit jantung (Heart Team)
  • Terapi transkateter harus dipertimbangkan pada pasien simtomatik risiko tinggi tanpa disfungsi ventrikel kanan berat atau hipertensi pulmonal prekapsiler, dengan bukti perbaikan gejala dan reverse remodeling ventrikel kanan.[1]

Rekomendasi Lainnya

Beberapa rekomendasi lain yang ada dalam pedoman klinis ini adalah:

  • Pada kasus kelainan multikatup asimtomatik, intervensi direkomendasikan bila Vmax (maximum aortic jet velocity) ≥4,0 m/s dan LVEF <50%.
  • Pada kasus gabungan stenosis dan regurgitasi aorta derajat sedang, intervensi direkomendasikan bila simptomatik dengan mean gradient ≥40 mmHg atau Vmax ≥4,0 m/s.
  • Katup mekanik tetap menjadi pilihan pada pasien dengan harapan hidup panjang dan tanpa kontraindikasi antikoagulasi seumur hidup.
  • Setelah tindakan TAVI, rekomendasi terapi antitrombotik disederhanakan menjadi single antiplatelet therapy dengan aspirin. Dual antiplatelet therapy (DAPT) tidak direkomendasikan kecuali ada indikasi lain.
  • Penggunaan ekokardiografi transesofageal dan four-dimensional computed tomography (4D-CT) direkomendasikan pada kecurigaan trombosis prostetik.
  • DOAC kontraindikasi pada katup mekanik dan stenosis mitral reumatik, namun boleh dilanjutkan pada pasien terpilih dengan katup bioprostetik yang memang memiliki indikasi antikoagulan oral.[1]

Perbandingan dengan Pedoman Klinis di Indonesia

Di Indonesia, tidak ada pedoman klinis khusus untuk penanganan kelainan katup jantung. Meski demikian, Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI) membahas mengenai penanganan kelainan jantung pada salah satu bab dalam Panduan Praktik Klinis dan Clinical Pathway yang mereka publikasikan di tahun 2016.

Perbedaan utama dengan pedoman ESC adalah pedoman PERKI tersebut belum memberi penekanan bermakna pada intervensi transkateter, seperti transcatheter Edge-to-Edge repair (TEER) dan transcatheter aortic valve implantation (TAVI). Selain itu, pedoman ESC sudah merekomendasikan intervensi yang lebih dini, sedangkan PERKI masih belum memberi penekanan untuk pemberian tindakan yang lebih awal.[3]

Kesimpulan

Pedoman klinis penatalaksanaan kelainan katup jantung dipublikasikan oleh European Society of Cardiology (ESC) pada tahun 2025. Pedoman ini merupakan pembaruan dari versi sebelumnya yang dipublikasikan di tahun 2021. Beberapa rekomendasi klinis yang perlu diperhatikan dalam pedoman ini adalah:

  • Intervensi untuk stenosis katup aorta dianjurkan dilakukan lebih awal pada pasien dengan kasus berat high-gradient, termasuk pasien asimtomatik risiko rendah, yang mana TAVI direkomendasikan untuk usia ≥70 tahun dan SAVR untuk usia <70 tahun.
  • TAVI dapat dipertimbangkan pada regurgitasi katup aorta simtomatik yang tidak operabel. Di sisi lain, pada pasien asimtomatik keputusan operasi dipandu oleh LVESDi >22 mm/m², LVESVi >45 ml/m², atau LVEF ≤55% dengan risiko bedah rendah.
  • Pada regurgitasi katup mitral primer, intervensi dini dianjurkan pada pasien asimtomatik risiko rendah. TEER menjadi pilihan untuk pasien bergejala dengan risiko bedah tinggi dan anatomi yang sesuai.
  • Pada regurgitasi katup mitral sekunder, TEER direkomendasikan bagi pasien dengan LVEF <50% dan gejala menetap meskipun sudah mendapatkan terapi medis optimal.
  • Pada kelainan katup trikuspid, evaluasi wajib dilakukan oleh Heart Team sebelum tindakan. Terapi transkateter dipertimbangkan untuk pasien simtomatik risiko tinggi tanpa disfungsi ventrikel kanan berat atau hipertensi pulmonal prekapsiler.

Referensi