Zat besi intravena sering diberikan untuk menangani anemia defisiensi besi pada kehamilan. Pada praktik klinis, rute oral merupakan pilihan pertama pemberian zat besi pada kehamilan. Meski demikian, pemberian melalui rute oral memiliki berbagai keterbatasan, seperti sering terlupa oleh pasien dan juga memiliki efek samping yang membuat tidak nyaman, misalnya memperparah mual, konstipasi, ataupun rasa metalik di lidah.
Selama kehamilan, kadar hemoglobin di bawah 11 g/dL dianggap sebagai anemia, sementara anemia berat ditandai dengan kadar hemoglobin kurang dari 7 g/dL. Anemia antepartum berhubungan dengan berbagai masalah kesehatan yang signifikan bagi ibu dan bayi baru lahir, termasuk kebutuhan transfusi darah, syok hipovolemik, kematian ibu, kelahiran prematur, dan kematian bayi baru lahir.[1-3]
Sediaan Besi Oral vs Intravena untuk Anemia Defisiensi Besi pada Kehamilan
Lebih dari 40% wanita hamil mengalami anemia, dan setidaknya setengah dari kasus tersebut terkait dengan kekurangan zat besi. Suplemen zat besi oral adalah terapi utama yang umum digunakan karena aman, terjangkau, dan mudah diakses. Namun, ada beberapa keterbatasan dari jenis sediaan ini, termasuk ketergantungan efikasinya pada kepatuhan pasien serta tingginya efek samping gastrointestinal seperti rasa metalik, mual, dan konstipasi.
Sediaan intravena (IV) dapat mengatasi keterbatasan sediaan oral karena memungkinkan pemberian dosis besar secara langsung ke sirkulasi sehingga dianggap dapat meningkatkan kadar besi lebih efisien tanpa terganggu oleh efek samping gastrointestinal. Namun, sediaan IV juga memiliki kekurangan, termasuk risiko reaksi alergi atau anafilaksis, biaya yang lebih tinggi, serta memerlukan fasilitas medis untuk pemberiannya.[1-3]
Perbandingan Efikasi Sediaan Besi Oral dan Intravena
Sebuah meta analisis menunjukkan bahwa meskipun sediaan oral dan IV sama-sama efektif dalam meningkatkan indeks hematologi, sediaan IV dikaitkan dengan pencapaian kadar hemoglobin yang lebih tinggi, efek samping yang lebih sedikit, dan tingkat kepatuhan yang lebih tinggi. Meski demikian, ada pula meta analisis yang menunjukkan bahwa sediaan IV tidak secara signifikan lebih superior dibandingkan sediaan oral dalam mengatasi anemia defisiensi besi dan meningkatkan luaran klinis kehamilan pada ibu dan janin.[4,5]
Studi yang ada terkait perbandingan efikasi sediaan besi oral dan IV untuk anemia defisiensi besi pada kehamilan masih menunjukkan hasil yang berbeda-beda. Banyak dari studi yang ada juga memiliki tingkat bias yang tinggi dan kualitas bukti yang kurang baik. Oleh sebab itu, uji klinis lebih lanjut masih diperlukan untuk memastikan apakah pemberian IV memang secara signifikan akan mempengaruhi luaran ibu dan janin.[5]
Cara Pemberian Zat Besi Intravena Untuk Anemia Defisiensi pada Kehamilan
Secara umum, sediaan besi IV dapat diberikan kepada wanita hamil dengan anemia defisiensi besi derajat sedang-berat hingga usia kehamilan 34 minggu. Pada beberapa kasus, transfusi darah mungkin lebih baik, misalnya pada kasus derajat berat di minggu-minggu akhir kehamilan karena waktu yang terbatas untuk mencapai kadar hemoglobin yang diinginkan sebelum kelahiran.[2,3]
Ada banyak formulasi zat besi IV yang tersedia dalam berbagai dosis. Meski begitu, salah satu kelemahan zat besi IV adalah kebutuhan untuk melakukan beberapa kali pemberian. Masalah ini dapat diatasi dengan penggunaan preparat baru, seperti isomaltosida besi dan karboksimaltosa besi, yang memungkinkan pemberian dosis zat besi elemental yang lebih besar dalam waktu singkat dan juga memiliki risiko alergi lebih rendah dibandingkan preparat besi parenteral lain.
Sukrosa besi adalah pilihan yang paling umum tersedia, terutama di rumah sakit, dan telah digunakan lama pada wanita hamil dengan profil keamanan yang baik. Kelemahan utama sukrosa besi adalah membutuhkan 4 atau 5 kali infus untuk mengisi kembali simpanan besi, tergantung pada total defisit zat besi.[1,2]
Tabel 1. Dosis Berbagai Preparat Zat Besi Intravena
Formulasi zat besi intravena | Dosis | Frekuensi Pemberian | Keperluan Dosis Percobaan | Keperluan Pemantauan |
Karboksimaltosa besi | 750 mg | 1-2 | Ya | Tidak |
Derisomaltosida besi | 1000 mg | 1 | Tidak | Hingga 30 menit |
Ferumoksitol | 510 mg | 1-2 | Tidak | Tidak |
Sukrosa besi | 200-300 mg | 4-5 | Tidak | Tidak |
LMW dekstran besi | 1000 mg | 1 | Ya | Hingga 1 jam |
Sumber: dr. Nathania Sheryl Sutisna, Sp. GK, Alomedika, 2024.[1]
Bagi wanita yang mengalami anemia defisiensi besi pada trimester pertama atau kedua, disarankan untuk melakukan konseling diet dan mencoba suplementasi zat besi oral. Kadar hemoglobin perlu dinilai kembali dalam 4-6 minggu setelah pengobatan dimulai. Jika pasien masih mengalami defisiensi zat besi dan tidak merespons suplemen oral, pengobatan dengan besi IV dapat dimulai. Sebelum memulai pengobatan dengan besi IV, penting untuk memastikan tidak ada hemoglobinopati atau defisiensi asam folat dan vitamin B12.
Untuk wanita hamil dengan anemia defisiensi besi pada trimester ketiga, atau bagi mereka yang memiliki faktor risiko signifikan seperti operasi bariatrik sebelumnya atau kehamilan multifetal, pemberian besi IV perlu dipertimbangkan untuk mengisi kembali simpanan zat besi dengan cepat menjelang persalinan. Klinisi harus menargetkan kadar hemoglobin di atas 10 g/dL saat melahirkan untuk mengurangi risiko perdarahan postpartum dan kebutuhan transfusi darah.[1]
Kesimpulan
Sediaan zat besi intravena (IV) dapat dipertimbangkan dalam penanganan anemia defisiensi besi pada kehamilan apabila terapi oral tidak efektif atau tidak dapat ditoleransi. Kelebihan zat besi IV adalah kemampuannya meningkatkan kadar hemoglobin dan cadangan besi secara cepat, serta menghindari efek samping gastrointestinal yang sering terjadi pada terapi besi per oral. Namun, zat besi IV juga memiliki kekurangan, termasuk risiko reaksi anafilaksis (walaupun jarang), membutuhkan pemberian lebih dari 1 kali di fasilitas medis, serta harga yang lebih tinggi. Preparat baru, seperti isomaltosida besi dan karboksimaltosa besi, dapat digunakan untuk mengatasi keterbatasan ini karena telah dilaporkan memiliki risiko alergi lebih rendah dan memiliki kandungan besi elemental lebih tinggi sehingga dapat mengurangi frekuensi pemberian.