Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Diagnosis Ileus Paralitik general_alomedika 2022-10-06T10:30:25+07:00 2022-10-06T10:30:25+07:00
Ileus Paralitik
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Diagnosis Ileus Paralitik

Oleh :
Graciella N T Wahjoepramono
Share To Social Media:

Diagnosis ileus paralitik dapat ditegakkan secara klinis dimana terdapat keluhan sulit buang air besar,  sulit flatus, mual, muntah, anoreksia yang dapat disertai distensi abdomen, hipertimpani pada perkusi abdomen, serta adanya penurunan/hilangnya bising usus.

Umumnya ileus paralitik ditemukan pada pasien pasca operasi, tetapi dapat ditemui pada pasien yang mengonsumsi obat-obat tertentu dan gangguan metabolik.  Oleh karena itu, pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan radiologi dan laboratorium dapat digunakan untuk menentukan etiologi penyebab dan membantu menyingkirkan diagnosis banding utama ileus paralitik, yaitu ileus obstruktif.

Anamnesis

Anamnesis merupakan faktor yang besar untuk diagnosis ileus paralitik, terutama karena dapat membantu menemukan etiologi penyakit. Keluhan yang seringkali ditemukan pada ileus paralitik adalah antara lain nyeri abdomen, distensi, rasa begah, kembung, serta mual-muntah. Pasien juga mengeluhkan  sulit flatus dan buang air besar.[3,4]

Untuk melakukan investigasi terhadap etiologi penyakit, pasien dapat ditanyakan mengenai riwayat operasi sebelum keluhan timbul, riwayat diabetes, riwayat konsumsi opioid atau obat psikiatrik, dan riwayat kelainan vaskuler.[2]

Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik ileus paralitik, dapat ditemukan bising usus yang menurun, atau peristalsis yang minimal. Tetapi studi menunjukkan bahwa auskultasi tidak dapat diandalkan untuk menentukan ada atau tidaknya ileus paralitik.

Pada palpasi juga dapat ditemukan distensi pada abdomen.[1,18]

Pada pasien yang dicurigai mengalami ileus paralitik akibat konsumsi obat sebaiknya dilakukan pemeriksaan rectal touche, untuk mengetahui ada tidaknya impaksi feses.[2]

Diagnosis Banding

Diagnosis banding ileus paralitik yang utama adalah obstruksi mekanis. Obstruksi mekanis dapat disebabkan oleh adhesi pasca operasi, volvulus, hernia, intususepsi, benda asing, atau neoplasma. Perbedaan penyakit tersebut dari ileus paralitik adalah gejala nyeri obstruksi mekanis bersifat paroksismal dan sangat berat.

Pada pemeriksaan fisik ileus obstruktif dapat ditemukan peristaltic waves saat inspeksi pada pasien kurus. Pemeriksaan auskultasi kurang bermanfaat untuk mendiagnosis obstruksi usus maupun ileus paralitik.[21,22] Tanda-tanda peritoneal atau peritoneal signs baru akan terlihat pada pasien dengan obstruksi strangulata atau perforasi.[3]

Tabel 2. Karakteristik dari Ileus Paralitik, Obstruksi Mekanik dan Pseudo-Obstruksi

  Ileus Paralitik Obstruksi Mekanik Pseudo-Obstruksi
Gejala Nyeri abdomen ringan, begah, mual, muntah, obstipasi, konstipasi Nyeri abdomen keram, konstipasi, obstipasi, mual, muntah, anoreksia Nyeri abdomen keram, konstipasi, obstipasi, mual, muntah, anoreksia
Pemeriksaan Fisik Abdomen sunyi (silent abdomen), distensi, timpanik Borborigmi, peristaltic waves, bising usus nada tinggi, rushes, distensi, nyeri terlokalisir Borborigmi, timpanik, peristaltic waves, bising usus hipoaktif atau hiperaktif, distensi, nyeri terlokalisir
Pemeriksaan Rontgen Dilatasi usus besar dan usus kecil, elevasi diafragma

Step ladder appearance, herring bone appearance, elevasi diafragma, air-fluid level

Dilatasi usus besar terisolasi, elevasi diafragma

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang dapat membantu penegakan diagnosis dan menyingkirkan diagnosis banding. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan laboratorium, rontgen polos abdomen, dan ultrasonografi.

Laboratorium

Pemeriksaan yang dilakukan sebaiknya mencakup darah lengkap dan pemeriksaan elektrolit. Fokus pemeriksaan adalah untuk mendeteksi adanya infeksi, ketidakseimbangan elektrolit, dan gangguan metabolik. Emesis dan dehidrasi dapat menyebabkan hipokalemia, hipokloremia, peningkatan rasio blood urea nitrogen-to-creatinine dan alkalosis metabolik.[1]

Beberapa faktor yang berkontribusi ke faktor risiko dapat dilihat dari pemeriksaan laboratorium, antara lain kadar albumin, thrombosis vena dalam pasca operasi, serta penggunaan narkotika.[3]

Ultrasonografi

Pemeriksaan ultrasonografi (USG) biasanya dilakukan di unit gawat darurat, walaupun memiliki keuntungan yang terbatas untuk diagnosis ileus paralitik maupun obstruktif. Pemeriksaan ini kurang sensitif dan sulit diinterpretasikan untuk mendukung diagnosis ileus paralitik. Pemeriksaan ini mungkin bermanfaat pada pasien dimana rontgen sulit dilakukan, misalnya pasien hamil.[1,2]

Radiografi

Pada rontgen abdomen ileus paralitik dapat ditemukan distensi di usus besar dan usus kecil yang generalisata. Bila terjadi ileus yang terlokalisir, dapat terlihat adanya sentinel loop yaitu segmen pendek ileus adinamik yang berdekatan dengan kejadian inflamasi intra abdomen.[19]

Diagnosis obstruksi mekanik harus disingkirkan, yaitu dengan mendeteksi gambaran step ladder appearance, herring bone appearance, elevasi diafragma, atau adanya air-fluid level pada rontgen abdomen tiga posisi.

Penggunaan CT Scan juga berguna untuk menyingkirkan diagnosis banding ileus obstruktif karena CT dengan kontras memiliki angka sensitivitas dan spesifisitas yang lebih dari 90% untuk ileus obstruktif.[2,3]

 

 

Direvisi oleh: dr. Gabriela Widjaja

Referensi

1. Jacobs D. Acute Intestinal Obstruction. In: Harrison’s Principles of Internal Medicine. 19th ed. McGraw-Hill; 2015. p. 1981–5.
2. Vilz TO, Stoffels B, Straßburg C, Schild HH, Kalff JC. Ileus in Adults. Dtsch Arztebl Int. 2017;114(29–30):508–17.
3. Cagir B. Postoperative Ileus . Medscape. 2021. https://emedicine.medscape.com/article/2242141-overview
4. Bragg, D., El-Sharkawy, A. M., Psaltis, E., Maxwell-Armstrong, C. A., & Lobo, D. N. (2015). Postoperative ileus: Recent developments in pathophysiology and management. Clinical Nutrition, 34(3), 367–376. doi:10.1016/j.clnu.2015.01.016
18. Wexner S, Chadi A. Ileus . BMJ Best Practice. 2018. https://bestpractice.bmj.com/topics/en-us/995
19. Weerakkody Y, Radswiki, Al E. Adynamic Ileus . Radiopaedia. 2018. https://radiopaedia.org/articles/adynamic-ileus
20. Cicconi M, Mangiulli T, Bolino G. Death connected to paralytic ileus due to intake of antipsychotic drugs. Rom J Leg Med, 2013. 21:181-184
21. Breum BM, Rud B, Kirkegaard T, Nordentoft T. Accuracy of abdominal auscultation for bowel obstruction. World J Gastroenterol. 2015;21(34):10018-24.
22. Ching SS, Tan YK. Spectral analysis of bowel sounds in intestinal obstruction using an electronic stethoscope. World J Gastroenterol. 2012;18(33):4585-92.

Epidemiologi Ileus Paralitik
Penatalaksanaan Ileus Paralitik

Artikel Terkait

  • Jangan Tunda Pemberian Analgesik pada Akut Abdomen
    Jangan Tunda Pemberian Analgesik pada Akut Abdomen
  • Mengunyah Permen Karet Dapat Meningkatkan Fungsi Gastrointestinal Pascabedah Abdomen
    Mengunyah Permen Karet Dapat Meningkatkan Fungsi Gastrointestinal Pascabedah Abdomen
Diskusi Terkait
Anonymous
Dibalas 13 Januari 2023, 09:39
Tata laksana pasien suspek ileus paralitik dengan penurunan kesadaran
Oleh: Anonymous
4 Balasan
Alo dok, sy dapat px usia 70th dgn keluhan tdk bisa bab dan flatus, demam sj 3 hari yll, baru diperiksakan di hr ke 3, rpd disangkal, datang ke faskes 1 dgn...
dr. Renate Parlene Marsaulina
Dibalas 25 Mei 2021, 12:20
Apakah gambaran ini termasuk Ileus - Radiologi Ask The Expert
Oleh: dr. Renate Parlene Marsaulina
1 Balasan
Alo dr. Yuki Mulyani, SpRad, Mau bertanya. Saya mendapatkan pasien dengan nyeri perut, tidak bisa flatus dan bising usus tidak terdengar, Saati itu saya...
dr. Irene Cindy Sunur
Dibalas 03 Februari 2021, 17:07
SKP Artikel Alomedika - Mengunyah Permen Karet Meningkatkan Fungsi Gastrointestinal Pascabedah Abdomen
Oleh: dr. Irene Cindy Sunur
1 Balasan
Alo Dokter!Ileus adalah gangguan motilitas gastrointestinal yang sering terjadi pascabedah abdomen. Kondisi ini dapat mengganggu proses penyembuhan dan...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.