Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Diagnosis Tinea Barbae general_alomedika 2023-08-30T14:20:47+07:00 2023-08-30T14:20:47+07:00
Tinea Barbae
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan
  • Panduan E-Prescription

Diagnosis Tinea Barbae

Oleh :
dr. Putri Anindita
Share To Social Media:

Diagnosis tinea barbae dapat ditegakkan secara klinis. Pemeriksaan mikroskopik dan kultur dapat dilakukan untuk mengonfirmasi diagnosis.

Anamnesis

Pasien tinea barbae umumnya datang dengan keluhan pruritus dan munculnya satu atau lebih bercak kemerahan dengan tepi meninggi di area wajah dan leher, terutama pada area kumis dan janggut. Pada infeksi yang berat, tinea barbae dapat menutupi seluruh area wajah dan leher. Pasien juga bisa mengeluhkan rontok pada rambut wajah.

Pada anamnesis juga perlu ditanyakan apakah pasien memiliki kontak dengan binatang yang bisa menularkan dermatofita zoofilik, seperti kucing, sapi, atau anjing. Tanyakan juga apakah pasien memiliki keluhan tinea pada area tubuh lain ataukah ada anggota keluarga atau serumah yang memiliki keluhan serupa.[2,3]

Pemeriksaan Fisik

Terdapat dua varian klinis tinea barbae berdasarkan patogen penyebabnya, yaitu tipe inflamasi dan noninflamasi

Tipe Inflamasi (Akibat Dermatofita Zoofilik)

Reaksi inflamasi akibat dermatofita zoofilik lebih kuat, sehingga biasanya menghasilkan manifestasi klinis lebih berat dan lebih dalam. Lesi umumnya terlokalisasi pada daerah dagu, pipi, atau leher, jarang melibatkan bibir atas. Tampilan klinis berupa plak atau nodul yang meradang, dapat disertai pustul dan fistula folikuler. Rambut mudah rontok atau patah. Terdapat eksudat, pus dan krusta yang  menutupi permukaan kulit (kerion Celsi). Dapat disertai limfadenopati regional, demam, dan malaise.[1.2,6,8]

Tipe Noninflamasi (Akibat Dermatofita Antropofilik)

Infeksi jamur pada tipe noninflamasi bersifat superfisial, morfologinya menyerupai tinea corporis dan folikulitis superfisial (varian sycosiformis). Tampilan klinis noninflamasi muncul berupa plak eritem datar dengan pinggir aktif, terbentuk dari papul, vesikel atau krusta. Rambut di sekitar kulit yang terinfeksi mudah patah, atau terdapat sumbatan folikel rambut. Lesi pustular dengan rambut rontok merupakan ciri varian kronis dari infeksi jamur yang menyerupai sycosis (folikulitis pustular pada janggut), sehingga disebut sycosiform tinea barbae.[1.2,6,8]

Diagnosis Banding

Terdapat beberapa penyakit yang dapat menyerupai tampilan tinea barbae karena morfologi tinea barbae sangat bervariasi.

Folikulitis

Folikulitis adalah inflamasi pada folikel rambut. Folikulitis ditandai dengan gejala berupa papul dan pustul multipel dengan dasar eritema, terdapat rambut di tengah lesi. Dapat ditemukan nodul pada infeksi yang lebih dalam. Jika dilakukan pencabutan rambut pada infeksi bakteri akan menimbulkan rasa sakit. Sebaliknya, jika dilakukan pencabutan rambut pada tinea barbae tidak menimbulkan rasa sakit. Patogen penyebab folikulitis dapat diidentifikasi melalui pemeriksaan Gram dan kultur.[1,2,4,10]

Rosacea

Gejala rosacea dapat muncul berupa eritema, telangiektasia, hingga erupsi papulopustular pada wajah. Pasien cenderung memiliki riwayat wajah memerah, pertama kali muncul pada masa anak-anak atau remaja awal. Pada saat dewasa, lesi kemungkinan dicetuskan oleh minuman panas, suhu tinggi, emosi, dan penyebab lain yang mengakibatkan perubahan suhu tubuh secara cepat.[4,11]

Dermatitis Atopik

Dermatitis atopik merupakan inflamasi kronis yang ditandai dengan gejala pruritus, eritema, disertai skuama. Lesi cenderung ditemukan di daerah lipatan atau yang terpapar alergen Penderita biasanya memiliki riwayat asthma atau rhinitis alergi, dan riwayat kulit kering.[1,2,12]

Dermatitis Kontak

Dermatitis kontak biasanya muncul berupa lesi eritema dan skuama pada kulit dengan batas yang tegas. Lesi dapat disertai dengan pruritus, nyeri, atau rasa terbakar. Dermatitis kontak terjadi akibat kontak dengan zat iritan atau alergen.[1,2,13]

Dermatitis Seboroik

Dermatitis seboroik merupakan inflamasi kronis pada kulit yang muncul berupa eritema, skuama, dan pruritus, terutama pada area dengan konsentrasi folikel sebasea dan kelenjar sebasea yang aktif seperti wajah, kulit kepala, telinga, badan bagian atas, dan daerah lipatan. Pada kasus meragukan dapat dilakukan biopsi yang menunjukkan parakeratosis pada epidermis, sumbatan pada ostium folikuler, dan spongiosis.[1,14]

Acne Vulgaris

Acne vulgaris merupakan inflamasi kronis yang melibatkan unit pilosebaceous. Lesi inflamasi dapat muncul berupa papul, pustul, atau nodul. Pada acne vulgaris akan ditemukan erupsi komedo di dalam folikel.[2,4,15]

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan mikologis adalah dasar diagnosis tinea barbae. Prosedur pemeriksaan yang dapat dilakukan yaitu pemeriksaan mikroskopis langsung, kultur, dan pemeriksaan lampu Wood.[1,2]

Lampu Wood

Pada kasus yang jarang terjadi, ketika Microsporum canis menyebabkan tinea, pemeriksaan lampu Wood sangat membantu. Pemeriksaan akan menunjukkan fluoresensi hijau kusam pada rambut yang terinfeksi.[1,2]

Pemeriksaan Mikroskop Langsung dengan KOH

Spesimen pemeriksaan diambil dari rambut yang terinfeksi (dicabut dengan forseps) dan dari massa pustul. Jika tidak terdapat pustul, spesimen diambil dari kerokan pada tepi lesi. Pemeriksaan langsung dilakukan menggunakan potasium hidroksida (KOH) 20% dengan penambahan dimetil sulfoksida. Penggunaan pewarna tambahan seperti Swartz-Lamkin, tinta biru-hitam Parker atau noda klorazol E hitam, terkadang dapat membantu. Dapat terlihat hifa dan atau artrokonidia dari spesimen pasien tinea menggunakan mikroskop cahaya. [1,2]

Kultur

Cara pengambilan spesimen untuk kultur sama dengan spesimen pemeriksaan dengan KOH. Pemeriksaan kultur memakan waktu sekitar 3-4 minggu. Kultur dilakukan menggunakan agar Saburaud ditambahkan dengan cycloheximide dan chloramphenicol untuk menghambat pertumbuhan bakteri dan jamur nondermatofita. Identifikasi jamur didasarkan pada morfologi dan tampakan mikroskop dari koloni. Saat ini telah tersedia media khusus untuk identifikasi dermatofita secara cepat dengan indikator warna. Jika spesimen mengandung dermatofita, indikator warna berubah dari kuning menjadi merah cerah.[1,2]

Histologi

Pemeriksaan histologi jarang diperlukan. Terkadang elemen jamur sulit terlihat pada pewarnaan dengan hematosiklin dan eosin. Penggunaan pewarnaan Schiff asam periodik (periodic acid Schiff, PAS) lebih dianjurkan. Pada spesimen biopsi, dapat terlihat folikulitis dan perifollikulitis, dengan spongiosis dan infiltrat folikel limfositik. Terkadang neutrofil dapat terlihat di dalam keratin folikel dalam bentuk mikroabses. Pada kerion kronis dapat diamati adanya giant cell. Arthroconidia dan atau hifa dapat dideteksi pada stratum korneum, folikel rambut, dan batang rambut.[1,2]

Referensi

1. Baran W, Szepietowski, JC, Schwartz RA. Tinea barbae. Acta Dermatoven APA. 2004;13(3):91-94. http://www.acta-apa.org/journals/acta-dermatovenerol-apa/papers/10.15570/archive/acta-apa-04-3/4.pdf
2. Schwartz RA. Tinea Barbae. Medscape, 2020. https://emedicine.medscape.com/article/1091252-overview#showall
3. Schellack N, du Toit J, Mokoena T, Bronkhorst E. Mycoses and anti-fungals–an update. South African Pharmaceutical Journal. 2020;87(1):18-25. http://sapj.co.za/index.php/SAPJ/article/download/2788/6762
4. Baumgardner DJ. Fungal infections from human and animal contact. J Patient Cent Res Rev. 2017;4:78-89. doi: 10.17294/2330-0698.1418
6. Furlan KC, Kakizaki P, Chartuni JCN, Valente NYS. Sycosiform tinea barbae caused by Trichophyton rubrum and its association with autoinoculation An Bras Dermatol. 2017;92(1):160-1. DOI: http://dx.doi.org/10.1590/abd1806-4841.20174802
8. Ito A, Yamada N, Kimura R, Anzawa K, Mochizuki T, Yamamoto O. Tinea Barbae due to Trichophyton mentagrophytes Contracted from Calves. Acta dermato-venereologica. 2019;99:925-926. doi: 10.2340/00015555-3247
10. Satter EK. Foliculitis. Medscape, 2019. https://emedicine.medscape.com/article/1070456-overview
11. Banasikowska AK. Rosacea. Medscape, 2020. https://emedicine.medscape.com/article/1071429-overview
12. Berke R, Singh A, Guralnick M. Atopic dermatitis: an overview. Am Fam Physician. 2012;86(1):35-42. https://www.aafp.org/afp/2012/0701/p35.html
13. Usatine RP, Riojas M. Diagnosis and management of contact dermatitis. Am Fam Physician. 2010;82(3):249-255. https://www.aafp.org/afp/2010/0801/p249.html
14. Clark GW, Pope SM, Jaboori KA. Diagnosis and treatment of seborrheic dermatitis. Am Fam Physician. 2015;91(3):185-190. https://www.aafp.org/afp/2015/0201/p185.html
15. Titus S, Hodge J. Diagnosis and treatment of acne. Am Fam Physician. 2012;86(8):734-740. https://www.aafp.org/afp/2012/1015/p734.html

Epidemiologi Tinea Barbae
Penatalaksanaan Tinea Barbae

Artikel Terkait

  • Gambaran Kelainan Kulit pada Penderita Diabetes Melitus tipe 2
    Gambaran Kelainan Kulit pada Penderita Diabetes Melitus tipe 2
  • Terapi Antifungal Oral yang Aman untuk Pasien Lanjut Usia
    Terapi Antifungal Oral yang Aman untuk Pasien Lanjut Usia
  • Pengelolaan Tinea Kapitis Karier Asimptomatik
    Pengelolaan Tinea Kapitis Karier Asimptomatik
Diskusi Terbaru
dr.Eurena Maulidya Putri P
Dibalas 8 jam yang lalu
Ikuti Webinar ber-SKP Kemkes - Cegah Preeklamsia dengan Suplementasi Kalsium - Selasa, 27 Mei 2025, Pukul 11.00 – 12.30 WIB
Oleh: dr.Eurena Maulidya Putri P
1 Balasan
ALO Dokter!Ikuti Webinar Alomedika ber-SKP Kemkes "Cegah Preeklamsia dengan Suplementasi Kalsium" untuk mempelajari seberapa efektif kalsium dalam mencegah...
dr. ALOMEDIKA
Dibalas 14 jam yang lalu
Trending! TOP 5 Artikel di Bulan Mei 2025! 🕺🏻
Oleh: dr. ALOMEDIKA
1 Balasan
ALO Dokter!Di bulan Mei yang penuh semangat ini, jangan lewatkan 5 artikel paling populer dan menjadi sorotan para sejawat di ALOMEDIKA!Efek Vaksinasi Herpes...
dr. ALOMEDIKA
Dibalas 6 jam yang lalu
ALOPALOOZA - Alomedika Points Bonanza Bidang Dermatologi (14-20 Mei 2025)
Oleh: dr. ALOMEDIKA
2 Balasan
ALO Dokter!Masih belum ikuti ALOPALOOZA (ALOMEDIKA POINT BONANZA)?!? Ayo, segera ikuti ALOPALOOZA minggu ini untuk menambah Alomedika Point Anda!Tema minggu...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.