Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Patofisiologi Clostridium Difficile Colitis general_alomedika 2024-05-20T08:59:30+07:00 2024-05-20T08:59:30+07:00
Clostridium Difficile Colitis
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Patofisiologi Clostridium Difficile Colitis

Oleh :
dr. Audrey Amily
Share To Social Media:

Patofisiologi infeksi Clostridium difficile didasarkan pada 2 proses utama, yaitu perubahan flora normal traktus gastrointestinal yang menyebabkan berkurangnya resistensi terhadap kolonisasi Clostridium difficile dan invasi mukosa gastrointestinal oleh mikroorganisme yang berasal dari luar tubuh.[1,2]

Perubahan Flora Normal pada Traktus Gastrointestinal

Normalnya terdapat lebih dari 500 spesies bakteri di kolon. Dalam 1 gram feses umumnya terdapat 1012 flora normal yang bekerja sebagai pertahanan tubuh terhadap kolonisasi dari Clostridium difficile. Lactobacillus dan Enterococcus group D menjadi bakteri usus yang memiliki peran antagonis paling tinggi. Penggunaan antibiotik dapat mengeradikasi bakteri usus tersebut, menyebabkan perubahan pada mukosa usus sehingga dapat menjadi lingkungan yang baik untuk Clostridium difficile bertumbuh.[4]

Invasi Mikroorganisme yang Berasal dari Luar Tubuh

Transmisi penularan dari Clostridium difficile ini terjadi melalui rute fekal-oral, dengan tertelannya spora ke tubuh penderita. Spora ini bersifat tahan terhadap panas, antibiotik dan asam. Di usus kecil, spora yang tertelan tersebut mengalami perubahan menjadi bentuk vegetatif.

Adanya perubahan flora normal pada kolon membuat kolonisasi dari bakteri ini menjadi mudah dan memberikan lingkungan yang sesuai untuk bertumbuh, bermultiplikasi, dan memproduksi toksin. C. difficile dapat menginfeksi seluruh bagian kolon tetapi paling sering menginfiltrasi segmen distal.[1,2,4]

Infeksi Clostridium difficile dapat dikategorikan sebagai infeksi endogen maupun eksogen. Infeksi endogen berasal dari strain karier yang sudah terdapat dalam tubuh penderita, sedangkan infeksi eksogen terjadi melalui penularan antar individu ataupun berada pada lingkungan yang terkontaminasi. Patogenesis terjadinya infeksi clostridiosis ini juga bergantung pada faktor host, virulensi dari Clostridium difficile, dan paparan antimikroba.[2,4]

Enterotoksin dan sitotoksin yang dihasilkan oleh C. difficile berperan dalam menyebabkan kolitis dan diare. Enterotoksin (toksin A) akan menyebabkan peningkatan permeabilitas mukosa intestinal dan sekresi cairan. Sitotoksin (toksin B) akan menyebabkan inflamasi pada kolon. Toksin yang diproduksi akan berikatan dengan reseptor pada mukosa intestinal, yang mana terdapat protein Rho didalamnya.

Ikatan dari toksin dengan protein reseptor ini mengakibatkan polimerisasi aktin, perubahan dari dinding sel, dan aktivitas pergerakan sel. Hal ini akan melonggarkan intercellular junction sehingga menyebabkan terjadinya reaksi inflamasi dan diare sekretorik.[1]

Selain dari toksin A dan toksin B yang diproduksi, C. difficile juga memproduksi beberapa faktor virulensi lainnyam seperti CDT binary toxin, fibronectin binding protein FbpA, fimbriae, SlpA S-layer, Cwp84 cysteine protease, dan Cwp66, serta CwpV yang berperan sebagai bagian dari pathogenesis C. difficile.[1,2,4]

Referensi

1. Ofosu A. Clostridium difficile infection: a review of current and emerging therapies. Annals of Gastroenterology. 2016; 29: 147-154
2. Czepiel J, Drozdz M, Pituch H, Kuijper E, Perucki W, Mielimonka A, et al. Clostridium difficile infection: review. European Journal of Clinical Microbiology & Infectious Disease. 2019; 38:1211-1221
4. Akoghlanian G, Lakshmi S. The difficile in Clostridium difficile infection. International Journal of Infectious Disease. 2018; 77:14-15

Pendahuluan Clostridium Difficil...
Etiologi Clostridium Difficile C...

Artikel Terkait

  • Transplantasi Mikrobiota Feses untuk Infeksi Clostridium Difficile
    Transplantasi Mikrobiota Feses untuk Infeksi Clostridium Difficile
  • Hubungan Pemberian Antibiotik pada Kedokteran Gigi dengan Infeksi Clostridium difficile
    Hubungan Pemberian Antibiotik pada Kedokteran Gigi dengan Infeksi Clostridium difficile
  • Dampak Negatif Penggunaan Antibiotik Pascaoperasi yang Berkepanjangan
    Dampak Negatif Penggunaan Antibiotik Pascaoperasi yang Berkepanjangan
Diskusi Terbaru
Anonymous
Dibalas 11 jam yang lalu
Pemberian cotrimoksazol pada pasien Hiv-TB
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Halo dok, izin diskusi. Saya ada pasien tb dan juga terdiagnosis hiv. Hiv (+) lewat RDT saja tanpa cek cd4. Sudah di berikan arv dan cotrimoksazol 1x960mg....
Anonymous
Dibalas 11 jam yang lalu
Pemberian VAR dan SAR pada pasien terduga rabies
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Alo dokter, selamat sore. Saya ingin bertanya apakah pemberian VAR/SAR dapat diberikan pada pasien dengan risiko tinggi rabies yang kejadian tergigit hewan...
dr.fandi sukowicaksono
Dibalas 5 jam yang lalu
Apakah USG kehamilan dapat mendeteksi riwayat kehamilan sebelumnya yang tidak diketahui?
Oleh: dr.fandi sukowicaksono
3 Balasan
Alo Dokter. ini cerita pasien saya kemarin.mr X usia 26 th datang konsultasi sendiri , menceritakan kejadian saat usg kehamilan anak pertama istrinya dengan...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.