Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Etiologi Kardiomiopati Takotsubo general_alomedika 2023-06-02T09:49:02+07:00 2023-06-02T09:49:02+07:00
Kardiomiopati Takotsubo
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Etiologi Kardiomiopati Takotsubo

Oleh :
dr. Vania Azalia Gunawan
Share To Social Media:

Etiologi kardiomiopati takotsubo berkaitan dengan stres psikologis atau fisik. Kondisi ini dapat terjadi secara berulang pada beberapa orang, terutama yang rentan terhadap stres. Kardiomiopati takotsubo terbagi menjadi 2, yakni primer dan sekunder.

Kardiomiopati Takotsubo Primer

Kardiomiopati takotsubo dapat digolongkan sebagai primer bila gejala spesifik yang ditemukan merupakan gejala utama fase akut, yang menjadi alasan pasien datang ke fasilitas Kesehatan. Pemicu stres terkadang tidak dapat diidentifikasi. Faktor komorbid dapat menjadi faktor risiko kondisi ini, walaupun bukan merupakan penyebab utama peningkatan katekolamin.

Pada kardiomiopati takotsubo primer, pasien sering dirawat di rumah sakit dengan fasilitas spesialis jantung dan diterapi aspirin dan antikoagulan. Terapi lainnya yang diberikan bersifat suportif.[4,6]

Kardiomiopati Takotsubo Sekunder

Kardiomiopati takotsubo dapat terjadi secara sekunder akibat aktivasi sistem saraf simpatis mendadak atau peningkatan katekolamin pada pasien yang telah dirawat akibat penyebab lain, seperti operasi, anestesi, obstetrik, atau psikiatri. Kardiomiopati takotsubo pada kondisi ini muncul sebagai komplikasi penyakit yang mendasari.

Pada kardiomiopati takotsubo sekunder, gejala klinis yang tampak dapat berupa aritmia, hipotensi, edema paru, kelainan gambaran EKG, atau elevasi kadar troponin. Keadaan ini sering tidak terdiagnosis, kecuali terdapat kecurigaan yang tinggi. Hal ini menyebabkan terapi sering kali tidak sesuai. Terapi terhadap penyakit dasar sebagai pemicu juga diperlukan.[4,6]

Faktor Risiko

Insidensi kardiomiopati takotsubo ditemukan berkaitan dengan orang yang rentan terhadap stres. Beberapa faktor risiko kardiomiopati takotsubo, antara lain faktor hormonal, faktor genetik, serta penyakit psikiatri dan neurologi.

Faktor Hormonal

Pasien tipikal kardiomiopati takotsubo merupakan wanita pascamenopause yang mengalami stres emosional selama 1–5 hari terakhir. Sebagian besar kasus kardiomiopati takotsubo yang mengenai wanita postmenopause menunjukkan bahwa terdapat faktor hormonal yang memengaruhi. Estrogen memengaruhi tonus vasomotor melalui upregulation dari sintase nitrous oxide (NO).

Selain itu, estrogen diketahui dapat mengurangi vasokonstriksi yang dimediasi oleh katekolamin dan mengurangi respons simpatetik terhadap stres pada wanita perimenopause. Kadar estradiol yang rendah meningkatkan risiko abnormalitas dinding ventrikel kiri pada wanita dengan perdarahan subaraknoid.

Pada tikus yang dilakukan oovariektomi, didapatkan abnormalitas EKG dan kontraktilitas jantung yang dapat diperbaiki dengan suplementasi estrogen.[4,5]

Faktor Genetik

Polimorfisme gen adrenergik memengaruhi fungsi reseptor dan signalling, memungkinkan adanya perbedaan distribusi pada pasien kardiomiopati takotsubo. Prevalensi kejadian kardiomiopati takotsubo yang tidak mengenai semua orang dengan tingkat stres yang sama menimbulkan hipotesis bahwa faktor genetik juga berperan dalam kerentanan penyakit. Faktor genetik berinteraksi dengan faktor lingkungan diduga meningkatkan risiko kardiomiopati takotsubo.[5,9]

Penyakit Psikiatri dan Neurologis

Prevalensi penyakit psikiatri dan neurologis ditemukan cukup tinggi pada pasien dengan kardiomiopati takotsubo. 27% memiliki riwayat penyakit neurologis baik akut, lampau, atau kronis, dan 42% pasien didiagnosis dengan penyakit psikiatri.

Prevalensi gangguan cemas dan depresi didapatkan lebih tinggi pada kardiomiopati takotsubo daripada sindrom koroner akut (SKA). Sebagian besar pasien kardiomiopati takotsubo memiliki kepribadian tipe D, yakni memiliki emosi negatif dan inhibisi sosial, yang meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular.[5]

Pasien depresi memiliki respons norepinefrin yang berlebihan terhadap stres emosional, dan pada beberapa pasien didapatkan penurunan reuptake norepinefrin. Obat-obatan antidepresan, seperti selective norepinephrine reuptake inhibitor (SSRI), misalnya fluoxetine, meningkatkan kadar katekolamin lokal yang dapat berkontribusi pada myocardial stunning.

Pada pasien dengan gangguan panik dan gangguan cemas, didapatkan penurunan reuptake katekolamin akibat gangguan transporter reuptake norepinefrin.[5]

Penyakit neurologis seperti stroke, pendarahan subarachnoid, dan kejang dilaporkan sering muncul bersamaan dengan kardiomiopati takotsubo. Dari hasil otopsi pasien yang meninggal mendadak akibat kejang, didapatkan adanya contraction band necrosis, yang juga ditemukan pada pasien kardiomiopati takotsubo.[5]

Diabetes Mellitus

Beberapa studi menyatakan bahwa diabetes mellitus merupakan faktor protektif terkait penurunan respons sekresi katekolamin akibat disfungsi saraf otonom. Namun, beberapa studi lainnya menyatakan bahwa diabetes mellitus menyebabkan upregulation neuropeptide vasoaktif yang meningkatkan kerentanan terhadap stres.[2,9,13]

Pemicu Kardiomiopati Takotsubo

Stres emosional dan fisik dapat memicu kardiomiopati takotsubo. Pemicu fisik lebih banyak ditemukan daripada psikologis, dan lebih banyak berpengaruh pada pria. Walaupun demikian, pada sepertiga kasus kardiomiopati takotsubo, tidak ditemukan adanya pemicu.[4-5]

Stres Emosional

Pemicu stres emosional dapat bermacam-macam:

  • Dukacita: kematian anggota keluarga, teman, binatang peliharaan
  • Konflik interpersonal: perceraian, kerenggangan rumah tangga, permasalahan di pengadilan
  • Ketakutan dan panik: perampokan, penyerangan, public speaking

  • Kemarahan: bertengkar dengan keluarga atau teman
  • Kecemasan
  • Masalah keuangan/pekerjaan: kehilangan uang dalam jumlah besar
  • Rasa malu: kekalahan dalam kompetisi
  • Bencana alam
  • Pindah rumah

Pemicu emosional tidak selalu bersifat negatif, beberapa pemicu dapat bersifat positif, seperti kejutan pesta ulang tahun, memenangkan lotre, dan pekerjaan. Kardiomiopati yang disebabkan hal tersebut dapat disebut sebagai happy heart syndrome.[1,4-5,12]

Stres Fisik

Beberapa stres fisik yang pernah dilaporkan memicu kardiomiopati takotsubo, antara lain:

  • Penyakit kritis akut
  • Pembedahan mayor
  • Nyeri derajat berat
  • Sepsis
  • Eksaserbasi akut dari penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) atau asma

  • Penyakit sistem saraf pusat, seperti kejang, stroke iskemik atau hemoragik, transient ischemic attack, ensefalitis/meningitis, trauma kepala, sindrom ensefalopati posterior reversibel, sklerosis lateral akut, migrain
  • Aktivitas fisik/olahraga berat
  • Infeksi seperti pancreatitis, kolesistitis
  • Pneumothorax
  • Tirotoksikosis, pheochromocytoma
  • Keganasan, kemoterapi, radioterapi
  • Kehamilan, sectio caesarea
  • Tersambar petir
  • Tenggelam
  • Hipotermia
  • Penggunaan kokain, penggunaan alkohol, dan sindrom putus obat opiat

  • Keracunan karbon monoksida
  • Obat-obatan simpatomimetik dan beta agonis
  • Prosedur pemeriksaan yang menggunakan obat-obatan simpatomimetik, seperti dobutamine stress testing, electrophysiological testing (dengan isoproterenol atau epinefrin)
  • Sindrom koroner akut[1,4-5]

Referensi

1. Pelliccia F, Kaski JC, Crea F, Camici PG. Pathophysiology of Takotsubo Syndrome. Circulation. 2017;135:2426-2441.
2. Khalid N, Ahmad SA, Shlofmitz E, Chhabra L. Pathophysiology of Takotsubo Syndrome. Treasure Island: StatPearls Publishing. 2020.
3. Carita P, Fazio G, Novo S, Novo G. Takotsubo cardiomyopathy. E-Journal of the ESC Council for Cardiology Practice. 2010;8(40).
4. De Chazal HM, Buono MGD, et al. Stress Cardiomyopathy Diagnosis and Treatment. Journal of the American College of Cardiology. 2018.72(16):1955-71.
5. Ghadri JR, Wittstein IS, Prasad A, Sharkey S, et al. International Expert Consensus Document on Takotsubo Syndrome (Part I): Clinical Characteristics, Diagnostic Criteria, and Pathophysiology. European Heart Journal. 2018;39:2032-2046.
6. Sheppard MN. Takotsubo Syndrome – Stress-induced Heart Failure Syndrome. Eur Cardiol. 2015;10(2):83-88.
9. Mostacelli S, Montecucco F, et al. An Emerging Cardiovascular Disease: Takotsubo Syndrome. Biomed Research International. 2019;2019:1-9.
12. Scantlebury DC, Prasad A. Diagnosis of Takotsubo Cardiomyopathy. Circ J. 2014;78:2129-2139.
13. Ahmad SA, Brito D, Khalid N, Ibrahim MA. Takotsubo Cardiomyopathy. Treasure Island: StatPearls. 2020.

Patofisiologi Kardiomiopati Tako...
Epidemiologi Kardiomiopati Takot...

Artikel Terkait

  • Insidensi Stres Kardiomiopati selama Pandemi Coronavirus Disease 2019 – Telaah Jurnal Alomedika
    Insidensi Stres Kardiomiopati selama Pandemi Coronavirus Disease 2019 – Telaah Jurnal Alomedika
  • Assesmen Penggunaan Kecerdasan Artifisial Ekokardiografi Diagnostik untuk Membedakan Sindrom Takotsubo dari Infark Miokard – Telaah Jurnal Alomedika
    Assesmen Penggunaan Kecerdasan Artifisial Ekokardiografi Diagnostik untuk Membedakan Sindrom Takotsubo dari Infark Miokard – Telaah Jurnal Alomedika
Diskusi Terkait
dr.Sarah Marsa Tamimi
Dibalas 07 Oktober 2022, 14:38
Pasien ibu hamil trimester 3 usia 28 tahun G1P0A0 dengan gejala cardiomiopati peripartum
Oleh: dr.Sarah Marsa Tamimi
2 Balasan
Alo dokter. Saya ada pasien usia 28 tahun, G1P0A0 saat ini UK 38-39 minggu.Tensi: saat datang 110/80, lain2 normal termasuk SpO2 98-99%Mengeluhkan nyeri dada...
drg. Annisa Widiandini
Dibalas 25 Januari 2022, 06:28
Live Webinar Alomedika-Virtual Book Tour Part 2/8: Kardiomiopati Peripartum. Rabu 26 Januari 2022 (19.00 - 20.00 WIB)
Oleh: drg. Annisa Widiandini
1 Balasan
ALO, Dokter!Jangan lewatkan Live Webinar dengan topik, "Virtual Book Tour 2/8: Kardiomiopati Peripartum".Narasumber: dr. Melisa Aziz, Sp.JP, FIHA Pada hari &...
Anonymous
Dibalas 26 Oktober 2021, 15:42
Menangani pasien yang mengalami miopati akibat statin - Jantung Ask the Expert
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo dr. Adelin, Sp.JPIzin bertanya dok. Bila ada pasien dislipidemia yang mengonsumsi obat golongan statin tetapi mengalami tanda-tanda miopati, kira-kira...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.