Pendahuluan Ruptur ACL
Ruptur anterior cruciate ligament atau ACL adalah robekan total atau parsial pada ligamen krusiatum anterior, salah satu struktur utama penstabil sendi lutut yang berperan dalam mencegah translasi anterior tibia terhadap femur serta kontrol rotasi. Cedera ini umumnya terjadi akibat mekanisme non-kontak yang melibatkan gerakan memutar tubuh tiba-tiba, hiperekstensi, atau perubahan arah yang cepat, terutama pada aktivitas olahraga.[1-3]
Anterior cruciate ligament (ACL) adalah salah satu dari 2 ligamen krusiat yang membantu menstabilkan sendi lutut. ACL merupakan suatu berkas yang terbuat dari jaringan ikat dan serat kolagen yang membentang dari sisi anteromedial dari bagian interkondilar tibial plateau hingga sisi posterolateral bagian media dari kondilus lateral femur.[4]
Derajat beratnya ruptur ACL bergantung pada mekanisme cedera yang terjadi, mulai dari sprain hingga ruptur total ACL. Gambaran klinis ruptur total ACL antara lain adanya rasa nyeri, pembengkakan akibat hemartrosis, dan disertai instabilitas pada kasus ruptur kronik. Secara klinis ruptur ACL dapat terdiagnosis melalui pemeriksaan anterior drawer test dan Lachman test.[1]
Setelah diagnosis ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang yang adekuat, penatalaksanaan ruptur ACL dilakukan berdasarkan derajat beratnya ruptur. Ruptur ACL derajat I dan II umumnya dapat menjalani penatalaksanaan secara konservatif saja. Setelah edema mereda, fisioterapi dapat mulai dilakukan untuk membantu memulihkan kekuatan otot.[1]
Manajemen pembedahan ruptur ACL pada kondisi akut antara lain perbaikan fraktur avulsi dari tempat perlekatan sisi femoral atau tibial dan dilakukannya rekonstruksi pada ruptur kronik. Graft yang dapat diberikan saat rekonstruksi cukup bervariasi, mulai dari autograft (dari pasien sendiri), allograft (dari donor), atau graft sintetik.[1,2]