Etiologi Ruptur ACL
Etiologi ruptur anterior cruciate ligament atau ACL dapat dibagi menjadi dua kategori utama, yaitu trauma non-kontak dan trauma kontak, tetapi mayoritas kasus disebabkan oleh trauma non-kontak yang terjadi saat individu melakukan manuver dengan tekanan tinggi terhadap lutut.[1,4,5]
Etiologi
Mayoritas kasus ruptur ACL disebabkan oleh trauma non-kontak, yaitu trauma yang terjadi ketika pasien melakukan manuver tekanan tinggi terhadap lutut tanpa adanya benturan langsung. Contoh manuver yang dimaksud adalah:
- Pendaratan dari lompatan dengan lutut ekstensi parsial
- Perubahan arah mendadak
- Gerakan pivot saat berlari: Gerakan pivot adalah gerakan memutar tubuh secara tiba-tiba, yang mana satu kaki sebagai poros dan kaki lainnya bergerak untuk mengubah arah
Dalam kondisi manuver-manuver tersebut, gaya aksial yang dikombinasikan dengan rotasi tibia dan stres valgus pada sendi lutut menyebabkan beban berlebih yang melampaui ambang kekuatan struktural ACL, sehingga terjadi ruptur.[1,4,5]
Di sisi lain, trauma kontak yang menyebabkan ruptur ACL biasanya terjadi akibat tabrakan langsung ke lutut atau tungkai bawah, terutama dari arah lateral, yang memaksa tibia bergeser anterior terhadap femur dalam posisi lutut sedikit fleksi. Kombinasi translasi anterior, rotasi internal, dan gaya valgus dari benturan eksternal ini menciptakan mekanisme yang serupa dengan cedera non-kontak, tetapi dengan kekuatan yang berasal dari luar tubuh.[1,4-6]
Selain itu, ruptur ACL juga dapat diakibatkan oleh trauma berulang (mikrotrauma kumulatif) yang menyebabkan degenerasi serabut ligamen seiring waktu, terutama pada individu dengan aktivitas fisik intens atau teknik olahraga yang tidak optimal. Meski lebih jarang, ruptur spontan juga dapat terjadi pada ligamen yang telah melemah akibat gangguan jaringan ikat sistemik atau kondisi degeneratif seperti artritis inflamasi kronik.[7,8]
Faktor Risiko
Meskipun ruptur ACL dapat terjadi pada semua usia dan jenis kelamin, berbagai studi menunjukkan bahwa perempuan memiliki risiko lebih tinggi dibanding laki-laki, khususnya dalam konteks olahraga kompetitif. Rasio kejadian ruptur ACL antara atlet perempuan dan laki-laki dilaporkan mencapai 4,5:1. Selain itu, perempuan cenderung mengalami cedera pada usia yang lebih muda.
Individu dengan indeks massa tubuh (IMT) yang lebih tinggi, notch intercondylar femoral yang sempit, ukuran ACL yang lebih kecil, hipermobilitas sendi, dan kelonggaran ligamen (joint laxity) memiliki kerentanan lebih besar mengalami ruptur ACL. Riwayat cedera ACL sebelumnya juga merupakan faktor prediktif signifikan cedera ulang.[2-4]