Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Penatalaksanaan Paraplegia general_alomedika 2022-05-12T10:27:19+07:00 2022-05-12T10:27:19+07:00
Paraplegia
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Penatalaksanaan Paraplegia

Oleh :
dr.Krisandryka
Share To Social Media:

Penatalaksanaan paraplegia yang utama adalah mengatasi etiologinya. Kemudian, penatalaksanaan berfokus pada meningkatkan kualitas hidup penderita, yaitu meminimalisir disabilitas dan memberi dukungan psikologis. Pasien umumnya akan menjalani rehabilitasi medis. Selain itu, diperlukan pula langkah-langkah pencegahan komplikasi ulkus dekubitus.

Penatalaksanaan Paraplegia Akibat Trauma

Sama seperti penatalaksanaan pasien trauma pada umumnya, lakukan penilaian ABCDE (airway, breathing, circulation, disability, exposure). Pada kasus cedera multipel, dahulukan penanganan kondisi yang lebih mengancam jiwa, seperti obstruksi jalan napas, pneumothorax, hemothorax, dan syok hemoragik. Pasien harus dipindahkan dengan mobilisasi seminimal mungkin, dengan menggunakan cervical collar dan backboard untuk stabilisasi.[19]

Setelah pertolongan pertama, perlu dipertimbangkan apakah pasien memerlukan pembedahan atau tidak. Beberapa indikasi pembedahan adalah luka tembus akibat peluru, penikaman, atau senjata tajam, acute spinal scord syndrome, dan gangguan neurologis progresif akibat kompresi. Pembedahan yang dapat dilakukan berupa reposisi dan stabilisasi jika mengalami dislokasi, dan dekompresi pada pasien yang mengalami tanda-tanda kompresi medula spinalis akibat deformitas, fragmen tuang, hematoma, dan perlukaan.[7,19]

Pemberian methylprednisolone 30 mg/kgBB bolus intravena dapat dipertimbangkan untuk mencegah inflamasi dan meningkatkan permeabilitas vaskular.[19]

Penatalaksanaan Kausatif

Pada kasus nontraumatik, setelah diagnosis etiologi ditegakkan, penatalaksanaan dilakukan berdasarkan etiologi masing-masing kasus. Pada paraplegia akibat hereditary spastic paraplegia (HSP), injeksi botox dapat digunakan untuk meredakan spastisitas dan ankle-foot orthosis untuk membantu pasien berjalan.[14]

Jika paraplegia disebabkan infeksi medula spinalis, tata laksana yang diberikan berupa antibiotik, antivirus, atau antijamur sesuai dengan organisme penyebab.[1,14]

Pada paraplegia akibat tumor medula spinalis, terapi bisa berupa eksisi, radioterapi, atau keduanya. Eksisi dapat dilakukan pada tumor medula spinalis primer yang terlokalisasi dengan baik. Tumor ekstradural metastasis yang bersifat kompresif umumnya dieksisi dari vertebra, dilanjutkan radioterapi. Selain itu, perlu juga dilakukan terapi bagi tumor asal metastasis.[12]

Rehabillitasi Medis

Perawatan awal pasien paraplegia bertujuan untuk memungkinkan kehidupan di rumah atau institusi keperawatan yang dapat mengakomodasi kebutuhan pasien. Sebelum memulai rehabilitasi, pastikan pasien sudah dalam kondisi stabil, tidak ada lagi inkontinensia urine ataupun alvi, kemampuan berkomunikasi telah dipulihkan, dan pasien dapat bergerak walaupun sedikit.[20]

Fase Akut dan Subakut

Tujuan rehabilitasi pada periode akut dan subakut adalah untuk mencegah komplikasi jangka panjang, termasuk kaku sendi dan kontraktur. Tindakan rehabilitasi yang dapat dilakukan adalah latihan pasif untuk mengatasi kontraktur, atrofi otot, dan nyeri. Selain itu, lakukan pemosisian sendi untuk melindungi struktur artikular dan mempertahankan tonus otot optimal. Kantong pasir dan bantal dapat membantu pemosisian pasien. Apabila diperlukan, pemosisian juga dapat dilakukan menggunakan bidai atau alat ortotik yang lebih kaku.[21]

Fase Kronik

Pada fase kronik, tujuan rehabilitasi adalah mobilisasi independen. Faktor yang perlu dipertimbangkan dalam melakukan rehabilitasi antara lain tingkat cedera, usia, berat badan, status kesehatan umum, motivasi, dan kelenturan.

Pasien bisa menggunakan alat bantu secara bertahap. Pasien bisa melakukan latihan dalam palang paralel ataupun di luar palang paralel, sesuai dengan kemampuan awalnya. Pasien dengan kontrol panggul cukup, dapat mencoba berjalan menggunakan orthosis atau kruk di luar palang paralel. Pasien dengan kekuatan otot quadriceps femoris normal dapat mencoba berjalan dengan kruk siku dan orthosis.[21]

Pencegahan Ulkus Dekubitus

Ulkus dekubitus merupakan salah satu komplikasi yang umum terjadi. Risiko ulkus dekubitus akan meningkat pada pasien dengan diabetes mellitus, obesitas, dan sindrom metabolik. Ulkus dekubitus paling sering terjadi pada sakrum, ischium, trokanter dan aspek superior tumit.

Reposisi pasien setiap 2-3 jam dapat mencegah munculnya ulkus dekubitus. Reposisi pasien dilakukan dengan partisipasi aktif pada pasien dengan status mental baik. Hal ini dapat mencegah atrofi otot, kontraktur, dan ketegangan otot. Selain itu, perhatikan kebersihan dan kelembapan kulit.

Alas atau matras khusus dapat digunakan untuk mencegah ulkus dekubitus. Tidak kalah penting adalah memberikan hidrasi dan nutrisi adekuat.[6,21]

Referensi

1. Soeroso NN, Pradana A, Lubis N, Soeroso L. Successful treatment of total paraplegic patient due to tuberculous spondylitis. Respirol Case Rep. 2018;6(6):e00333. Published 2018 Aug 1. doi:10.1002/rcr2.333
6. Rosin NR, Tabibi RS, Trimbath JD, Henzel MK. A Primary Care Provider's Guide to Prevention and Management of Pressure Injury and Skin Breakdown in People With Spinal Cord Injury. Top Spinal Cord Inj Rehabil. 2020 Summer;26(3):177-185. doi: 10.46292/sci2603-177.
7. Alizadeh A, Dyck SM, Karimi-Abdolrezaee S. Traumatic Spinal Cord Injury: An Overview of Pathophysiology, Models and Acute Injury Mechanisms. Front Neurol. 2019;10:282. Published 2019 Mar 22. doi:10.3389/fneur.2019.00282
12. Goldman SA. Spinal Cord Tumors. MSD Manuals, 2021. https://www.msdmanuals.com/professional/neurologic-disorders/intracranial-and-spinal-tumors/spinal-cord-tumors
14. Piña-Garza JE. Paraplegia and Quadriplegia. In: Fenichel’s Clinical Pediatric Neurology. 2019. 255-270 (2019). doi:10.1016/B978-0-323-48528-9.00012-1
19. I Gede Surya Dinata, Anak Agung Gede Wira Pratama Yasa. The Overview of Spinal Cord Injury. Ganesha Medicina Journal. 2021;1(2):103-113. https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/GM/article/download/39735/20634
21. Nas K, Yazmalar L, Şah V, Aydın A, Öneş K. Rehabilitation of spinal cord injuries. World J Orthop. 2015 Jan 18;6(1):8-16. doi: 10.5312/wjo.v6.i1.8.

Diagnosis Paraplegia
Prognosis Paraplegia
Diskusi Terbaru
Anonymous
Dibalas 4 jam yang lalu
Pemberian cotrimoksazol pada pasien Hiv-TB
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Halo dok, izin diskusi. Saya ada pasien tb dan juga terdiagnosis hiv. Hiv (+) lewat RDT saja tanpa cek cd4. Sudah di berikan arv dan cotrimoksazol 1x960mg....
Anonymous
Dibalas 4 jam yang lalu
Pemberian VAR dan SAR pada pasien terduga rabies
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Alo dokter, selamat sore. Saya ingin bertanya apakah pemberian VAR/SAR dapat diberikan pada pasien dengan risiko tinggi rabies yang kejadian tergigit hewan...
dr.fandi sukowicaksono
Dibalas 4 jam yang lalu
Apakah USG kehamilan dapat mendeteksi riwayat kehamilan sebelumnya yang tidak diketahui?
Oleh: dr.fandi sukowicaksono
1 Balasan
Alo Dokter. ini cerita pasien saya kemarin.mr X usia 26 th datang konsultasi sendiri , menceritakan kejadian saat usg kehamilan anak pertama istrinya dengan...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.