Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Penatalaksanaan Abses Tuboovarium general_alomedika 2025-05-16T14:13:14+07:00 2025-05-16T14:13:14+07:00
Abses Tuboovarium
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Penatalaksanaan Abses Tuboovarium

Oleh :
dr. Nicholas Pratama
Share To Social Media:

Penatalaksanaan abses tuboovarium adalah antibiotik spektrum luas, yaitu kombinasi ceftriaxone, doxycycline, dan metronidazole. Jika tidak ada respon setelah 48 jam, pembedahan dapat dipertimbangkan.

Pada kondisi sepsis, diperlukan resusitasi agresif dan pembedahan segera, disertai pemberian antibiotik spektrum luas. Protokol sepsis six dijalankan, yaitu oksigenasi, pengambilan kultur darah sebelum pemberian antibiotik, pemberian antibiotik, pengecekan kadar laktat darah, pemberian cairan intravena, dan evaluasi urine output.

Medikamentosa

Tata laksana medikamentosa diutamakan dengan antibiotik spektrum luas. Penggunaan antibiotik efektif pada 70% kasus, tetapi memiliki angka rekurensi tinggi terutama pada kasus dengan leukositosis yang tinggi dan ukuran abses yang besar. Regimen yang dipilih adalah antibiotik yang mencakup patogen penyebab abses dan juga patogen anaerob.[2,13]

Antibiotik yang direkomendasikan adalah:

  • Ofloxacin 400 mg intravena (IV) per 12 jam + metronidazole 500 mg IV per 8 jam
  • Clindamycin 900 mg IV per 8 jam + gentamicin 2 mg/kg IV loading dose kemudian dilanjutkan 1,5 mg/kg setiap 8 jam
  • Cefoxitin 2 gram IV per 8 jam + doxycycline 100 mg IV atau per oral (PO) per 12 jam

  • Ciprofloxacin 200 mg IV per 12 jam + doxycycline 100 mg IV/PO per 12 jam + metronidazole 500 mg IV per 8 jam[2,13]

Nyeri dan demam adalah gejala klinis yang diperhitungkan. Jika gejala klinis sudah mengalami perbaikan, antibiotik injeksi boleh diganti menjadi oral dan dilanjutkan selama 14 hari.[2,13]

Rekomendasi Tata Laksana Berdasarkan Pedoman CDC

Antibiotik yang disarankan berdasarkan pedoman Centers for Disease Control and Prevention (CDC) adalah:

  • Kombinasi ceftriaxone 1 g IV per 24 jam + doxycycline 100 mg peroral (PO) atau IV per 12 jam + metronidazole 500 mg PO atau IV per 12 jam, atau
  • Kombinasi cefotetan 2 g IV per 12 jam + doxycycline 100 mg PO atau IV per 12 jam, atau
  • Kombinasi cefoxitin 2 g IV per 6 jam + doxycycline 100 mg PO atau IV per 12 jam[10]

Pedoman CDC menyarankan agar pasien dengan abses tuboovarium dirawat di rumah sakit. Perbaikan klinis ditandai dengan perbaikan nyeri dan demam. Jika gejala klinis sudah mengalami perbaikan, antibiotik injeksi disarankan untuk diganti sediaan peroral sampai dengan hari ke–14.

Antibiotik PO yang direkomendasikan untuk melanjutkan pemberian IV adalah kombinasi doxycycline 100 mg per 12 jam and metronidazole 500 mg per 12 jam sampai dengan hari ke–14.[2,10,13]

Pembedahan

Pembedahan semakin jarang diperlukan pada kasus abses tuboovarium karena diagnosis abses tuboovarium semakin dapat ditegakkan lebih dini. Pemberian antibiotik spektrum luas yang tepat memengaruhi hal ini.

Operasi dilakukan jika pasca pemberian antibiotik selama 48 jam tidak didapatkan perbaikan kondisi klinis. Indikasi pembedahan selain itu adalah perburukan klinis secara cepat.

Pilihan tindakan bedah adalah drainase abses melalui laparoskopi ataupun laparotomi, dan salphinooforektomi unilateral/bilateral sesuai indikasi.[2]

 

 

Direvisi oleh: dr. Felicia Sutarli

Referensi

2. Munro K, Gharaibeh A, Nagabushanam S, Martin C. Diagnosis and management of tubo-ovarian abscesses. The Obstetrician & Gynaecologist. 2018;20(1):11–9.
10. Centers for Disease Control and Prevention (CDC). STI Treatment Guidelines, 2021. https://www.cdc.gov/std/treatment-guidelines/pid.htm
13. Farid H, Karmon AE, Styer AK. Inpatient Management of Tubo-Ovarian Abscesses: What Is the Threshold of Parenteral Antibiotic Treatment Failure?. Obstetrics & Gynecology. 2015 May;125:23S.

Diagnosis Abses Tuboovarium
Prognosis Abses Tuboovarium

Artikel Terkait

  • Risiko Penyakit Radang Panggul pada Penggunaan IUD (Intrauterine Device)
    Risiko Penyakit Radang Panggul pada Penggunaan IUD (Intrauterine Device)
  • Pemilihan Antibiotik untuk Radang Panggul
    Pemilihan Antibiotik untuk Radang Panggul
Diskusi Terkait
dr. Irene Cindy Sunur
Dibalas 20 Januari 2022, 14:50
Artikel SKP - Pemilihan Antibiotik untuk Radang Panggul
Oleh: dr. Irene Cindy Sunur
1 Balasan
ALO Dokter!Selama ini masih ada perdebatan mengenai jenis antibiotik yang paling tepat diberikan untuk pasien penyakit radang panggul. Regimen antibiotik...
dr. Jeffry Kristiawan
Dibalas 08 Oktober 2018, 09:25
Berbagi kasus PID dengan retensio urine dan hidronefrosis
Oleh: dr. Jeffry Kristiawan
4 Balasan
seorang wanita 49 tahun dengan keluhan awal nyeri perut sejak 6 hari lalu. nyeri dirasakan di perut bagian bawah disertai adanya keputihan berbau.vital sign...
dr. Firda Jusela
Dibalas 28 September 2018, 11:06
apakah bisa terapi ozon untuk pengobatan salphingitis?
Oleh: dr. Firda Jusela
2 Balasan
selamat siang docs, ingin bertanya.ada user yang menanyakan mengenai terapi ozon untuk pengobatan salphingitis. apakag sudah ada di indonesia dan apakah...

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.