Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Etiologi Mioma Uteri general_alomedika 2022-12-02T10:46:23+07:00 2022-12-02T10:46:23+07:00
Mioma Uteri
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Etiologi Mioma Uteri

Oleh :
Audric Albertus
Share To Social Media:

Etiologi mioma uteri masih belum banyak diketahui akan tetapi dilaporkan paling sering terdiagnosis pada masa-masa perimenopause. Meskipun begitu, mioma uteri juga dapat menjadi simtomatik jauh lebih awal pada beberapa pasien.

Insidensi mioma uteri meningkat seiring dengan usia, mencapai puncak pada usia awal 40 tahun, dan menurun setelah menopause. Diperkirakan kejadian ini dapat merupakan akibat mioma uteri yang sebelumnya asimptomatik yang menjadi terlihat setelah pertumbuhan bertahun-tahun dan paparan yang terus menerus dari hormon steroid endogen.[6-12,23]

Faktor Risiko

Meskipun etiologi dari mioma uteri masih belum jelas, terdapat beberapa faktor risiko dikaitkan dengan munculnya penyakit ini. Beberapa faktor risiko, seperti ras, usia, faktor reproduktif dan endokrin, obesitas, gaya hidup, serta genetik telah dihubungkan dengan terjadinya mioma uteri.

Ras

Mioma uteri paling banyak ditemukan pada wanita-wanita berkulit hitam dan paling jarang ditemukan wanita Asia. Angka insidensi mioma uteri umumnya ditemukan 2-3 kali lebih banyak pada wanita berkulit hitam dibandingkan pada wanita-wanita Kaukasia.

Adanya perbedaan dari faktor genetik, pola makan, gaya hidup, stres psikososial, dan paparan lingkungan antara wanita berkulit hitam dan putih diduga berkontribusi terhadap adanya perbedaan angka kejadian mioma uteri ini. Perjalanan penyakit mioma uteri juga berbeda pada masing-masing ras.

Pada wanita berkulit hitam, mioma uteri cenderung terdiagnosis pada usia yang lebih muda, dengan mioma multipel, berukuran lebih besar, dan disertai dengan gejala yang lebih berat dibandingkan pada ras lain.[6-12,23]

Usia

Risiko pertumbuhan mioma uteri meningkat sesuai dengan umur, khususnya selama masa reproduktif. Mioma uteri tidak ditemukan sebelum seorang wanita mengalami pubertas dan frekuensinya menurun dengan terjadinya menopause.

Terjadinya hal-hal ini diakibatkan adanya faktor paparan hormon steroid endogen yang lebih lama, misalnya pada wanita yang mengalami menarche lebih awal atau menopause yang lebih terlambat. Mioma uteri dengan gejala klinis yang memerlukan penanganan sendiri paling sering ditemui pada masa-masa perimenopause, sedangkan angka kejadian setelah menopause menurun dengan cepat.[6-9,12,23]

Faktor Reproduktif dan Endokrin

Sesuai dengan patofisiologi dan patogenesisnya, faktor-faktor reproduktif dan endokrin terbukti berpengaruh terhadap terjadinya mioma. Faktor-faktor yang termasuk di dalamnya yaitu paritas, menstruasi dini, dan kontrasepsi hormonal.

Paritas:

Paritas didefinisikan sebagai kejadian kehamilan yang melewati 20 minggu masa gestasi. Faktor paritas ditemukan menurunkan kemungkinan terbentuknya mioma uteri.

Paritas dipikirkan menurunkan jumlah siklus menstruasi, sedangkan kehamilan aterm menyebabkan perubahan pada hormon-hormon ovarium, growth factors, kadar reseptor estrogen, serta mengakibatkan perubahan pada jaringan uterus. Oleh karenanya, mioma ditemukan lebih sering pada wanita-wanita nullipara. Pertumbuhan mioma juga menurun pada orang berusia tua dengan kehamilan tua.[7-9]

Menstruasi Dini:

Menstruasi dini, atau menarche di bawah 10 tahun, diasosiasikan dengan peningkatan risiko munculnya mioma. Menarche atau menstruasi pertama dikaitkan dengan peningkatan estradiol yang mencapai kadar postpubertas yang mungkin meningkatkan pertumbuhan mioma uteri serta fusi dini dari lempeng epifisis tulang panjang yang mengakibatkan keterbatasan tinggi badan.[7-9,12,23]

Kontrasepsi Hormonal dan Penggunaan Hormon Eksogen:

Hubungan antara kontrasepsi oral dengan terjadinya mioma uteri sudah diteliti secara luas. Penggunaan kontrasepsi oral dapat meningkatkan diagnosis akibat adanya bias deteksi. Beberapa penelitian yang sudah dipublikasikan tidak menunjukkan adanya penurunan risiko antara penggunaan kontrasepsi oral kombinasi dengan kejadian mioma.

Beberapa sumber menunjukkan bahwa penggunaan kontrasepsi oral dengan dosis standar atau dosis yang lebih rendah (≤35 mcg ethinyl estradiol/hari) tidak mengakibatkan pertumbuhan mioma uteri, dan oleh karenanya, penggunaan obat-obatan ini tidak dikontraindikasikan pada wanita-wanita dengan mioma.

Pada wanita-wanita menopause yang mendapatkan terapi hormon pengganti ditemukan memiliki peningkatan risiko terjadinya pertumbuhan mioma. Faktor lain yang dapat menyebabkan peningkatan risiko mioma uteri adalah hormon-hormon eksogen yang ditemukan pada makanan.[7-9,12,23]

Obesitas

Hubungan antara obesitas dengan pertumbuhan mioma belum masih menunjukkan hasil yang inkonsisten. Beberapa data epidemiologis menunjukkan adanya peningkatan risiko pada individu yang mengalami resistensi insulin, misalnya pasien obesitas dan diabetes mellitus.

Resistensi insulin ini dipercaya berperan dalam terjadinya mioma yang terjadi pada wanita obesitas, ditambah dengan peningkatan kadar Insulin-like Growth Factor-I (IGF-I) dan androgen. Beberapa penelitian juga menunjukkan indeks massa tubuh (IMT) yang tinggi juga terkait dengan kejadian mioma uteri.[7-9]

Gaya Hidup

Faktor-faktor gaya hidup seperti pola makan, konsumsi kafein dan alkohol, aktivitas fisik, dan stres diduga memiliki efek potensial dalam terbentuknya mioma dan pertumbuhannya.[7,9]

Berbagai penelitian yang mempelajari mengenai pengaruh pola makan terhadap mioma uteri menunjukkan hasil yang belum terlalu jelas karena banyaknya bias dan faktor-faktor perancu. Meskipun demikian beberapa pola makan sudah menunjukkan perannya dalam pertumbuhan mioma uteri yang simtomatik. Beberapa di antaranya yaitu:

  • Konsumsi makanan dengan indeks glikemik yang lebih tinggi diasosiasikan dengan sedikit peningkatan risiko terbentuknya mioma uteri
  • Vitamin A dan D berpotensi memiliki efek yang protektif
  • Konsumsi daging merah menunjukkan asosiasi positif dengan terjadinya mioma uteri
  • Pola makan kaya buah dan sayur terbukti menurunkan risiko terjadinya mioma uteri
  • Konsumsi produk susu menunjukkan asosiasi terbalik dengan risiko terjadinya mioma uteri
  • Konsumsi alkohol terbukti meningkatkan risiko terjadinya mioma uteri, tetapi konsumsi kopi dan kafein belum terbukti berkaitan dengan peningkatan risiko[4,7-9]

Aktivitas fisik ditemukan menurunkan risiko terjadinya mioma uteri, khususnya pada wanita dengan berat badan normal. Faktor gaya hidup lain yang kemungkinan berpotensi menjadi faktor risiko terjadinya mioma uteri adalah adanya stres yang meningkatkan kadar estrogen dan progesteron akibat efek terhadap aksis hipotalamus-pituitari-kelenjar adrenal serta adanya pelepasan hormon stres yaitu kortisol.[4,7-9]

Genetik

Faktor genetik juga merupakan salah satu faktor risiko munculnya mioma uteri. Penelitian-penelitian menunjukkan adanya predisposisi familial terjadinya mioma uteri pada wanita-wanita tertentu. Seperti yang sudah disinggung pula, terdapat beberapa gen-gen yang memiliki kerentanan spesifik terhadap terjadinya mioma uteri.[7-9,11]

 

 

Direvisi oleh: dr. Dizi Bellari Putri

Referensi

4. Hurst B. Uterine Fibroids. Ultrasound Imaging in Reproductive Medicine. 2013;117-131.
6. Marsh E, Ekpo G, Cardozo E, Brocks M, Dune T, Cohen L. Racial differences in fibroid prevalence and ultrasound findings in asymptomatic young women (18–30 years old): a pilot study. Fertility and Sterility. 2013;99(7):1951-1957.
7. Sparic R, Mirkovic L, Malvasi A, Tinelli A. Epidemiology of uterine myomas: a review . Int J Fertil Steril. 2016; 9(4): 424-435.
8. Templeman C, Marshall S, Clarke C, DeLellis Henderson K, Largent J, Neuhausen S et al. Risk factors for surgically removed fibroids in a large cohort of teachers. Fertility and Sterility. 2009;92(4):1436-1446.
9. Khan A, Shehmar M, Gupta J. Uterine fibroids: current perspectives. International Journal of Women's Health. 2014;:95.
10. Huyck K, Panhuysen C, Cuenco K, Zhang J, Goldhammer H, Jones E et al. The impact of race as a risk factor for symptom severity and age at diagnosis of uterine leiomyomata among affected sisters. American Journal of Obstetrics and Gynecology. 2008;198(2):168.e1-168.e9.
11. Gallagher CS, Morton CC. Genetic Association Studies in Uterine Fibroids: Risk Alleles Presage the Path to Personalized Therapies. Semin Reprod Med. 2016 Jul;34(4):235-41. doi: 10.1055/s-0036-1585401. Epub 2016 Aug 11. PMID: 27513025.
Hayden MA, Ordulu Z, Gallagher CS, Quade BJ, Anchan RM, Middleton NR, Srouji SS, Stewart EA, Morton CC. Clinical, pathologic, cytogenetic, and molecular profiling in self-identified black women with uterine leiomyomata. Cancer Genet. 2018 Apr;222-223:1-8. doi: 10.1016/j.cancergen.2018.01.001. Epub 2018 Feb 19. PMID: 29666002; PMCID: PMC5909837.
23.Barjon K, Mikhail LN. Uterine Leiomyomata. 2022 Aug 8. In: StatPearls . Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan–. PMID: 31536286. https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/31536286/
Florence AM, Fatehi M. Leiomyoma. 2022 Jul 18. In: StatPearls Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan–. PMID: 30855861.

Patofisiologi Mioma Uteri
Epidemiologi Mioma Uteri

Artikel Terkait

  • Terapi Pembedahan Mioma pada Kasus Subfertilitas
    Terapi Pembedahan Mioma pada Kasus Subfertilitas
  • Manfaat Elagolix Terhadap Menorrhagia pada Mioma Uteri-Telaah Jurnal Alomedika
    Manfaat Elagolix Terhadap Menorrhagia pada Mioma Uteri-Telaah Jurnal Alomedika
Diskusi Terkait
Anonymous
Dibalas 07 September 2022, 11:46
Mioma Uteri pada Kehamilan - Obgyn Ask the Expert
Oleh: Anonymous
1 Balasan
ALO dr. Cipta, Sp.OGIjin bertanya dok, apakah ibu hamil dengan mioma uteri selalu harus dilakukan SC? Bila miom tidak menutupi jalan lahir, apakah masih bisa...
dr. Livia Kurniati Saputra
Dibalas 10 Maret 2022, 10:38
Myoma Intrauterine apakah dapat menjadi penyulit kehamilan - Obgyn Ask the Expert
Oleh: dr. Livia Kurniati Saputra
1 Balasan
Selamat pagi dr. Utomo, SpOG,Karakteristik atau lokasi myoma intrauterine seperti apakah yang dapat menjadi penyulit pada kehamilan? Terima kasih
Anonymous
Dibalas 25 Januari 2022, 11:25
Indikasi operasi mioma - Obgyn Ask the Expert
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo dr. Thomas Malonda, Sp.OGKasus mioma seperti apakah yang boleh diobservasi/terapi konservatif saja dan kasus mioma seperti apakah yang perlu dioperasi?...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.