Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Etiologi Ruptur Perineum general_alomedika 2023-10-02T10:05:40+07:00 2023-10-02T10:05:40+07:00
Ruptur Perineum
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Etiologi Ruptur Perineum

Oleh :
dr.Giovanny Azalia Gunawan
Share To Social Media:

Etiologi ruptur perineum umumnya adalah persalinan kala 2 yang panjang, penggunaan alat bantu persalinan, dan episiotomi untuk memudahkan jalan lahir. Faktor risiko yang meningkatkan insiden ruptur perineum dapat berupa faktor maternal maupun janin.[7]

Robekan Spontan

Robekan perineum spontan disebabkan oleh rusaknya jaringan secara alami akibat desakan kepala janin atau bahu ketika persalinan berlangsung. Pada robekan spontan, umumnya bentuk luka tidak teratur dan sulit dijahit.[3]

Episiotomi

Episiotomi merupakan tindakan perlukaan jalan lahir yang disengaja untuk mencegah terjadinya robekan perineum yang luas dan tidak rata, sehingga proses perbaikan dan penyembuhan luka akan lebih baik daripada robekan yang tidak beraturan. Perineum yang kaku dan ukuran bayi yang besar juga menjadi indikasi episiotomi.[3,8,9]

Penggunaan Alat Bantu Persalinan

Persalinan dengan menggunakan alat bantu baik forceps maupun vakum umumnya harus diawali dengan episiotomi yang bertujuan untuk melebarkan jalan lahir, sehingga memudahkan penggunaan alat bantu persalinan. Tanpa episiotomi, peningkatan derajat kerusakan pada daerah perineum dapat terjadi.[10]

Faktor Risiko

Ada beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan ruptur perineum. Faktor risiko ini diklasifikasikan menjadi faktor maternal dan fetal.[1,4]

Faktor Maternal

Faktor risiko maternal terdiri dari:

  • Umur: wanita yang melahirkan pada usia <20 tahun atau >35 tahun mempunyai risiko lebih tinggi karena fungsi reproduksi belum berkembang sempurna atau sudah mengalami penurunan
  • Paritas: wanita primipara memiliki risiko lebih tinggi daripada wanita multipara. Jalan lahir pada primipara belum pernah dilalui bayi, sehingga otot perineum cenderung lebih kaku dan belum meregang
  • Jarak persalinan: jarak persalinan <2 tahun memiliki risiko lebih tinggi karena jalan lahir belum sembuh sempurna dan perineum lebih rentan robek
  • Partus presipitatus: pada kondisi ini, bayi dilahirkan terlalu cepat dan tidak terkendali akibat kekuatan mengejan ibu yang tidak terkontrol. Hal ini dapat menyebabkan robekan perineum spontan karena ketegangan di vagina, yang disertai perbedaan ukuran antara jalan lahir dan janin.
  • Ukuran perineum yang pendek (<25 mm): berhubungan dengan peningkatan regangan akibat toleransi terhadap ukuran janin yang berkurang
  • Persalinan pada usia kehamilan >40 minggu : berhubungan dengan ukuran janin yang besar[3,4,11,12]

Faktor Fetal

Faktor risiko fetal terdiri dari:

  • Berat badan janin >4.000 gram: berhubungan dengan ukuran janin yang lebih besar, sehingga tekanan dan regangan pada perineum juga lebih besar
  • Distosia bahu: berhubungan dengan persalinan kala 2 yang lebih panjang dan tekanan serta regangan pada perineum yang besar

  • Posisi oksipito-posterior: berhubungan dengan ekspulsi bayi lebih sulit[1,3,4,13]

Faktor Intrapartum

Faktor risiko intrapartum terdiri dari:

  • Persalinan dengan instrumen: berhubungan dengan peningkatan tekanan dan regangan pada perineum
  • Persalinan kala dua >60 menit: menandai persalinan yang sulit dan berhubungan dengan ukuran janin serta kapasitas jalan lahir ibu yang tidak seimbang
  • Penggunaan oksitosin: peningkatan kontraksi uterus bisa menyebabkan tekanan pada perineum yang lebih tinggi
  • Episiotomi midline: lebih berisiko ruptur daripada episiotomi mediolateral[1,5]

 

 

Penulisan pertama oleh: dr. Alexandra Francesca Chandra

Referensi

1. Goh RD, et al. Perineal tears: A review. Australian Journal for General Practitioners. 2018;47:p.35-38. https://www1.racgp.org.au/ajgp/2018/january-february/perineal-tears-a-review
3. Bodner K, et al. Perineal lacerations during spontaneous vaginal delivery. Wien Klin Wochenschr. 2001;113(19):p.743-6. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/11715753
4. Nurhayati, D. Analisis Faktor Ruptur Perineum pada Ibu Bersalin di Puskesmas Kecamatan Sobang Banten tahun 2023. Jakarta: Universitas Nasional. 2023.
5. Homer CSE, Wilson AN. Perineal Tears: A Literature review. ACSQHC. 2018
7. Hambali RR. Ruptur Perineum. Makassar: Universitas Muslim Indonesia. 2021.
8. Hadziqoh AU. Asuhan Kebidanan pada Ny.A Usia 22 tahun P2A0 dengan Jahitan Luka Perineum di RSUD Waled Kabupaten Cirebon tahun 2022. Tasikmalaya: Politeknik Kesehatan Jurusan Kebidanan. 2022.
9. Hendriani N. Perbedaan Lama Penyembuhan Luka Perineum Ibu Nifas dengan dan tanpa Lidokain 1% Dilihat dari Pola Makan di RSUD Tebet dan RB “T” Jakarta Utara. Jurnal Kesehatan dan Kebidanan. 2020;8(2):1-11.
10. Kurniawan F, et al. The Risk Factor of Pregnant Gymnam on The Incidence of Ruptur Perineum in Aliyah Hospital Kendari. Jurnal Kebidanan. 2020;10(2):138-142.
11. Shinta U. Pijat Perineum Selama Kehamilan terhadap Kejadian Ruptur perineum. Surabaya: Jakad Publishing. 2019.
12. Noviani A. Pengaruh Prenatal Yoga terhadap Lama Kala II Persalinan dan Kejadian Robekan Perineum. Jurnal Kebidanan. 2020;9(2):115-122.
13. Juliati R. Hubungan Jarak Kelahiran dan Berat Bayi Lahir dengan Kejadian Ruptur Perineum pada Persalinan Normal di RSU Tgk Chik Ditiro tahun 2019. Journal of Healthcare Technology and Medicine. 2020;6(1):599-607.

Patofisiologi Ruptur Perineum
Epidemiologi Ruptur Perineum
Diskusi Terkait
dr. Sartini Roma Dame Nainggolan
Dibalas 31 Agustus 2023, 15:52
Luka sobek di vagina, apakah harus dijahit?
Oleh: dr. Sartini Roma Dame Nainggolan
4 Balasan
ALO dok, izin berdiskusi, pasien wanita usia 17 tahun datang dengan keluhan luka robek di bagian luar vagina sejak beberapa jam yll, luka didapat karena...
dr.Liganda Endo Mahata
Dibalas 10 Mei 2018, 11:09
penanganan ruptur perineum derajat 3-4
Oleh: dr.Liganda Endo Mahata
7 Balasan
dok , ada user yang menanyakan apakah perineal repair pada ruptur perineum derajat 3-4 yg sudah ditangani terlebih dahulu oleh dukun beranak baru bisa...

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.