Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Diagnosis Ruptur Uteri general_alomedika 2023-07-05T11:41:11+07:00 2023-07-05T11:41:11+07:00
Ruptur Uteri
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Diagnosis Ruptur Uteri

Oleh :
dr. Novita
Share To Social Media:

Diagnosis dari ruptur uteri perlu dicurigai pada ibu hamil yang mengeluhkan nyeri abdomen dengan sensasi ripping. Ruptur uteri juga bisa menyebabkan penurunan gerakan janin dan perdarahan per vaginam. Ibu umumnya bisa melihat perubahan bentuk uterus yang nyata pada dinding abdomen.[1,5]

Anamnesis

Pasien ruptur uteri umumnya datang sudah mengalami gangguan hemodinamik akibat perdarahan, sehingga akan mengalami gejala seperti lightheadedness, pusing, mual, muntah, keringat dingin, dan ansietas. Selain itu, biasanya pasien mengalami disertai keluhan seperti perdarahan pervaginam dan nyeri akut pada abdomen disertai sensasi ripping.

Pasien bisa mengeluhkan nyeri dada atau ujung bahu apabila darah telah memasuki rongga peritoneum. Nyeri juga bisa dirasakan di suprapubik bila ada keterlibatan kandung kemih.

Apabila setelah dilakukan penilaian awal dan secara hemodinamik pasien cukup stabil, maka pada anamnesis dapat ditanyakan secara singkat mengenai faktor-faktor yang mungkin menjadi pencetus dari terjadinya ruptur uteri. Ini mencakup riwayat kehamilan dan persalinan, riwayat operasi rahim seperti miomektomi atau sectio caesarea, serta riwayat trauma.[1]

Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik perlu dinilai 2 kondisi yakni kondisi ibu dan kondisi janin.[1,6]

Pemeriksaan Fisik pada Ibu Hamil

Sama halnya dengan anamnesis, pemeriksaan fisik pada kondisi ruptur uteri perlu dilakukan secara cepat dan tepat agar tidak menunda penanganan pada pasien. Pemeriksaan fisik pada ibu dimulai dari tanda-tanda vital sebagai indikator dari ketidakstabilan hemodinamik akibat syok hipovolemik. Selanjutnya, dapat dilakukan dilakukan beberapa pemeriksaan berikut.[1,6]

Palpasi Abdomen:

Pada palpasi abdomen bisa didapatkan nyeri tekan terlokalisir, serta bentuk uterus berubah yang ditandai dengan Bandl’s ring yang merupakan cincin retraksi patologis yang terbentuk karena penipisan segmen bawah uterus dengan penebalan dan retraksi segmen atas uterus.

Dokter juga bisa merasakan perubahan pola kontraksi, dengan amplitudo menurun atau bahkan tidak ada kontraksi sama sekali. Pada pemeriksaan Leopold, bagian janin mungkin sulit teraba atau teraba berada di luar uterus.

Pemeriksaan Rongga Vagina:

Jika dilakukan pemeriksaan dalam atau Vaginal Touche, bisa didapatkan adanya darah segar atau bekuan darah. Meski begitu, temuan ini tidak selalu muncul kecuali robekan uterus sampai ke vagina atau serviks.

Selain itu, pada pemeriksaan vagina juga dapat diidentifikasi hilangnya presentasi janin atau pergerakan dari presentasi janin yang menuju rongga perut. Hal ini dapat terjadi apabila sebagian tubuh janin masuk ke rongga peritoneum.[1,6]

Pemeriksaan pada Janin

Pemeriksaan pada janin dapat melalui bantuan Fetal Doppler untuk menilai denyut jantung atau melalui bantuan pemeriksaan Cardiotocography (CTG). Pemeriksaan denyut jantung janin adalah indikator paling sensitif untuk menilai maternal end organ perfusion.

Penurunan aliran darah ke janin dapat ditandai dengan bradikardia dan deselerasi lambat. Apabila kondisi cukup parah, denyut jantung janin tidak ada sama sekali, yang mana harus dikonfirmasi dengan pemeriksaan lanjutan seperti ultrasonografi.[1]

Diagnosis Banding

Diagnosis banding ruptur uteri adalah kegawatdaruratan obstetrik lain dengan gejala nyeri abdomen dan perdarahan pervaginam. Ini mencakup abrupsio plasenta, atonia uteri, dan plasenta previa.[1]

Abrupsio Plasenta

Abrupsio plasenta adalah kondisi lepasnya plasenta secara prematur sebelum persalinan terjadi. Abrupsio plasenta pada umumnya terjadi pada wanita hamil berusia di atas 20 minggu dan ditandai dengan gejala klasik seperti perdarahan pervaginam dengan onset cepat, nyeri perut atau punggung bawah, disertai kontraksi uterus dengan frekuensi tinggi.

Kondisi ini biasanya disebabkan oleh trauma abdomen. Cara membedakan abrupsio plasenta dari ruptur uteri adalah melalui ultrasonografi.[12]

Atonia Uteri

Atonia uteri adalah kondisi dimana korpus uteri tidak berkontraksi secara adekuat. Biasanya kondisi ini ditandai dengan adanya perdarahan yang terjadi segera setelah bayi lahir, disertai dengan uterus yang tidak berkontraksi dan konsistensi uterus lembek.

Atonia uteri bisa disebabkan oleh persalinan lama, distensi uterus akibat polihidramnion, gestasi multi-fetal, dan bayi makrosomia. Pada atonia uteri, gejala dapat membaik dengan pemberian uterotonika.[13]

Plasenta Previa

Plasenta previa adalah kondisi plasenta yang berimplantasi menutupi ostium internum serviks  sehingga menutupi jalan lahir. Kondisi ini berisiko untuk menyebabkan terjadinya perdarahan pasca persalinan. Hampir sebagian besar kasus berhasil terdiagnosis pada awal kehamilan melalui pemeriksaan USG. Plasenta previa ditandai dengan adanya perdarahan pervaginam, tanpa disertai rasa nyeri.[14]

Pemeriksaan Penunjang

Pada ruptur uteri, pemeriksaan penunjang tidak diwajibkan untuk dilakukan apabila dapat menyebabkan penundaan pada penanganan pasien. Salah satu pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan secara cepat dan simultan yakni pemeriksaan darah berupa hemoglobin, hematokrit dan golongan darah untuk mempersiapkan transfusi.

USG dapat bermanfaat untuk menyingkirkan diagnosis banding seperti abrupsio plasenta dan plasenta previa. Temuan yang didapatkan pada kasus ruptur uteri melalui pemeriksaan USG yakni abnormalitas pada dinding uterus, hematoma pada area sekitar luka robekan, cairan bebas pada peritoneum, anhidramnion, dan bagian fetus yang berada di luar uterus.[1,5]

 

 

Penulisan pertama oleh: dr. Ida Bagus Nugraha

Referensi

1. Togioka BM, Tonismae T. Uterine rupture. StatPearls. NCBI. 2023
5. Nahum GG. Uterine Rupture in Pregnancy. Medscape. 2022. https://reference.medscape.com/article/275854-overview#a1
6. Government of South Australia. South Australian Perinatal Practice Guidelines: Antepartum Hemorrhage (including Uterine Rupture). 2021. https://www.sahealth.sa.gov.au/wps/wcm/connect/0f2cb6004eee7d2f80a2a36a7ac0d6e4/Antepartum+Haemorrhage+%28incl+Uterine+Rupture%29_PPG_v7_0.pdf?MOD=AJPERES&CACHEID=ROOTWORKSPACE-0f2cb6004eee7d2f80a2a36a7ac0d6e4-obp0fRU
12. Schmidt P, Skelly CL, Raines DA. Placental Abruption. StatPearls. NCBI. 2022
13. Gill P, Patel A, Van Hook JW. Uterine Atony. StatPealrs. NCBI. 2023
14. Anderson-Bagga FM, Sze A. Placenta Previa. StatPearls. NCBI. 2022

Epidemiologi Ruptur Uteri
Penatalaksanaan Ruptur Uteri

Artikel Terkait

  • Red Flag Nyeri Abdomen pada Ibu Hamil
    Red Flag Nyeri Abdomen pada Ibu Hamil
Diskusi Terkait
dr.Irwan Kreshnamurti SpOG
Dibalas 21 Oktober 2024, 14:53
Amazing case - kaki bayi yang terjepit akibat ruptur uteri saat persalinan
Oleh: dr.Irwan Kreshnamurti SpOG
24 Balasan
Sebuah kasus unik yang baru saja saya dapatkan 2 hari yang lalu.Seorang wanita umur 28 tahun, G2P0A1 Hamil 35-36 minggu, Janin Tunggal Hidup Presentasi...
Anonymous
Dibalas 11 Juli 2022, 13:10
Pasien pasien P3A0 AH3 dengan Ruptur Serviks
Oleh: Anonymous
3 Balasan
Alo dokter. Saya memiliki pasien P3A0 AH3, saat persalinan pasien mengalami ruptur portio arah jam 6. Apakah ruptur Serviks bisa dijahit oleh dokter umur dan...
dr. Nurul Falah
Dibalas 25 Januari 2022, 11:15
Ruptur uteri apakah selalu diterminasi? - Obgyn Ask the Expert
Oleh: dr. Nurul Falah
1 Balasan
Alo dr. Thomas, Sp.OG, izin bertanya dokter.Pada kasus ruptur uterine pada ibu hamil apakah selalu berakhir dengan terminasi kehamilan? Apakah bisa...

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.