Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Patofisiologi Katarak general_alomedika 2022-12-01T08:35:14+07:00 2022-12-01T08:35:14+07:00
Katarak
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Patofisiologi Katarak

Oleh :
dr. Queen Sugih Ariyani
Share To Social Media:

Patofisiologi utama katarak berhubungan dengan perubahan kejernihan lensa (opasitas lensa), sehingga jumlah cahaya yang masuk melalui media refraksi berkurang dan sulit difokuskan ke retina. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai hal seperti proses degeneratif, trauma, ataupun kelainan kongenital.

Pada awalnya lensa bersifat transparan dan berfungsi memfokuskan cahaya ke retina. Pada katarak, terdapat agregasi protein yang memecah cahaya yang masuk, serta terjadi perubahan struktur protein yang menghasilkan diskolorasi kuning atau kecoklatan. Faktor yang berkontribusi untuk terbentuknya katarak adalah stres oksidatif dari reaksi radikal bebas, kerusakan dari sinar ultraviolet, dan malnutrisi.[2]

Peran Lensa pada Katarak

Lensa terdiri dari protein yang disebut kristalin. Kemampuan optik protein lensa ini bergantung pada struktur dan hidrasi lensa. Kanal protein membran berfungsi mempertahankan keseimbangan osmotik dan ionik lensa, sedangkan sitoskeleton mempertahankan bentuk lensa.[6]

Komponen kristalin yang berikatan dengan gugus sulfhydryl (SH–) dihindarkan dari proses oksidasi oleh glutation konsentrasi tinggi. Kedua hal ini menstabilitas lensa sehingga mampu menyerap energi radiasi jangka panjang tanpa mengubah kualitas optik lensa.

Pada katarak, terjadi gangguan baik pada struktur maupun komposisi molekuler lensa, sehingga transparansi lensa tidak dapat terjaga. Misalnya pada katarak degeneratif, dimana terjadi akumulasi stres oksidatif seiring bertambahnya usia diduga menyebabkan lensa menjadi lebih rentan terhadap proses oksidatif. Proses oksidasi ini menyebabkan agregasi protein yang puncaknya akan merusak membran fiber cells.[6]

Klasifikasi Katarak

Katarak dapat diklasifikasikan berdasarkan penyebabnya menjadi katarak senilis/degeneratif, katarak kongenital, katarak traumatik, katarak sekunder, dan katarak yang diinduksi obat.

Katarak Senilis

Mekanisme pasti dari katarak senilis masih belum diketahui. Beberapa studi menduga adanya keterkaitan antara faktor genetik dengan kerentanan seseorang menderita katarak. Polimorfisme gen GSTM1 dan GSTT1 diduga berhubungan dengan timbulnya katarak senilis.[7]

Selain itu, stres oksidatif juga diduga berperan dalam patofisiologi katarak senilis. Stres oksidatif diduga menyebabkan agregasi protein yang merusak membran fiber cells dan menyebabkan kekeruhan lensa.[6]

Katarak Kongenital

Katarak kongenital adalah kekeruhan lensa yang terjadi saat lahir atau segera setelah lahir suatu keadaan. Keadaan ini berpotensi menghambat perkembangan visual anak dan dapat menyebabkan kebutaan permanen. Defek kromosom dapat menyebabkan terjadinya katarak karena gangguan saat proses pembentukan lensa, contohnya pada sindrom Down, Edward, atau Patau.[8,9]

Sebuah studi melaporkan bahwa katarak kongenital diturunkan berdasarkan pola autosomal dominan yang dipengaruhi oleh infeksi virus Rubella. Selain itu, katarak kongenital juga dikaitkan dengan fever-related maternal condition walaupun mekanisme pastinya belum diketahui.[10]

Katarak Traumatik

Katarak traumatik paling sering disebabkan oleh cedera pada lensa karena benda asing atau trauma tumpul bola mata. Dalam dunia industri, katarak traumatik dicegah dengan memakai kacamata pelindung ketika bekerja. Gambaran umum katarak traumatik adalah ditemukan bentuk seperti bintang di lensa posterior.

Katarak Sekunder dari penyakit intraokular

Katarak dapat terjadi sekunder dari penyakit intraokular, seperti pada uveitis rekuren berat. Katarak biasanya dimulai di daerah subkapsular posterior dan akhirnya dapat melibatkan seluruh struktur lensa.

Penyakit intraokular yang umumnya terkait dengan perkembangan katarak adalah uveitis kronis atau berulang, glaukoma, hereditary fundus dystrophies seperti retinitis pigmentosa, dan miopia tinggi. Prognosis visualnya tidak sebagus katarak senilis.[8]

Katarak yang Terkait Penyakit Sistemik

Katarak bilateral terjadi pada banyak gangguan sistemik termasuk diabetes mellitus, hipokalsemia, distrofi miotonik, dermatitis atopik, galaktosemia, dan sindrom Down. Katarak pungtata sering ditemukan sebagai komplikasi okular dari diabetes mellitus.[8]

Katarak yang Diinduksi Obat

Kortikosteroid yang diberikan dalam jangka waktu lama, baik secara sistemik (oral atau inhalasi) atau dalam bentuk tetes, dapat menyebabkan kekeruhan lensa. Hal ini karena kortikosteroid memiliki ikatan kovalen dengan protein lensa, sehingga stabilisasi struktur protein lensa terganggu lewat proses tertentu seperti oksidasi, sehingga terjadi katarak. Obat lain yang berhubungan dengan katarak termasuk amiodarone dan obat golongan fenotiazin seperti chlorpromazine.[3]

 

 

Direvisi oleh: dr. Felicia Sutarli

Referensi

2. Mukesh, B. N. (2006). Development of Cataract and Associated Risk Factors. Archives of Ophthalmology, 124(1), 79. doi:10.1001/archopht.124.1.79
3. Riordan-Eva P, A. J., 2018. Vaughan and Asbury's General Ophthalmology. New York: McGraw Hill.
6. Nartey, Andrews. The pathophysiology of cataract and major interventions to retarding its progression: a mini review. Adv Ophthalmol Vis Syst, 2017. http://dx.doi.org/10.15406/aovs.2017.06.00178
7. Sun, L., Xi, B., Yu, L., Gao, X.-C., Shi, D.-J., Yan, Y.-K., … Wang, C. (2010). Association of Glutathione S-Transferases Polymorphisms (GSTM1 and GSTT1) with Senile Cataract: A Meta-analysis. Investigative Ophthalmology & Visual Science, 51(12), 6381. doi:10.1167/iovs.10-5815
8. Nizami AA, Gulani AC. Cataract. In: StatPearls. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK539699/
9. Bashour, Mounir. Congenital Cataract. Medscape, 2018. https://emedicine.medscape.com/article/1210837-overview
10. Vogt G, Puho E, Creizel AE. Population Based Case-Control Study of Isolated Congenital Cataract. Birth Defect Research, 2005. 73: 997-1005.

Pendahuluan Katarak
Etiologi Katarak

Artikel Terkait

  • Antibiotik Intracameral Post Operasi Katarak Untuk Mencegah Endoftalmitis
    Antibiotik Intracameral Post Operasi Katarak Untuk Mencegah Endoftalmitis
  • Prevalensi dan Penyebab Gangguan Tajam Penglihatan pada Populasi di Asia Tenggara
    Prevalensi dan Penyebab Gangguan Tajam Penglihatan pada Populasi di Asia Tenggara
  • Glaukoma Sekunder Pascaoperasi Katarak Kongenital
    Glaukoma Sekunder Pascaoperasi Katarak Kongenital
  • Efikasi Suplemen Lutein pada Penyakit Mata Degeneratif
    Efikasi Suplemen Lutein pada Penyakit Mata Degeneratif
  • Pemilihan Lensa Tanam Operasi Katarak
    Pemilihan Lensa Tanam Operasi Katarak

Lebih Lanjut

Diskusi Terkait
dr. Gabriela
Dibalas 22 April 2024, 15:29
Pentingnya Pemeriksaan Red Reflex pada Anak – Artikel SKP Alomedika
Oleh: dr. Gabriela
1 Balasan
ALO Dokter!Pemeriksaan red reflex sangat penting dilakukan terutama pada minggu pertama kehidupan anak, di mana periode ini merupakan masa yang penting dalam...
dr.Peter Fernando
Dibuat 13 Juli 2023, 12:38
Mnemonic #12: Gejala Katarak
Oleh: dr.Peter Fernando
0 Balasan
K - Kabur atau buramnya penglihatanA - Adanya penglihatan gandaT - Terjadinya penurunan penglihatan secara bertahapA - Apusan warna pada pandanganR - Reduksi...
Anonymous
Dibalas 01 Mei 2023, 05:26
Obat tetes mata untuk mengurangi katarak
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alodok, izin bertanya. Saya ada pasien laki2, usia 62 tahun, penglihatan kabur akibat katarak, lalu pasien membeli sendiri tetes mata catarlent di apotik....

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.