Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Epidemiologi Sarkoma Kaposi general_alomedika 2023-05-03T14:35:59+07:00 2023-05-03T14:35:59+07:00
Sarkoma Kaposi
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Epidemiologi Sarkoma Kaposi

Oleh :
dr. Vania Azalia Gunawan
Share To Social Media:

Epidemiologi dari sarkoma Kaposi berkaitan dengan kondisi imunosupresif dari pasien. Insidensi sarkoma Kaposi pada perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Mortalitas dari sarkoma Kaposi sebagian besar akibat lesi viseral/nodal, komplikasi terapi, atau kakeksia neoplasma.

Global

Pada masa sebelum epidemi acquired immunodeficiency syndrome (AIDS), sarkoma Kaposi merupakan penyakit yang jarang ditemui. Sarkoma Kaposi lebih banyak ditemui pada Afrika tengah dan terbanyak di negara-negara Mediterania dan Timur Tengah. Pada negara Mediterania dan Eropa Timur lebih banyak ditemukan sarkoma Kaposi klasik. Sarkoma Kaposi klasik lebih banyak ditemukan pada laki-laki dengan rasio 10–15:1 dan pada usia 50–70 tahun.[2-3]

Di Afrika, insidensi dari sarkoma Kaposi mencapai 3,77 per 100.000 orang pada laki-laki dan 20,5 per 100.000 orang pada wanita. Epidemi sarkoma Kaposi yang terkait dengan AIDS pada negara Afrika dan negara berkembang banyak terjadi pada dewasa heteroseksual dan jarang terjadi pada anak-anak. Sedangkan pasien dengan HIV-seronegatif banyak ditemukan pada endemi sarkoma Kaposi. Usia tersering yang menderita sarkoma Kaposi endemik Afrika adalah 35–40 tahun.[2]

Pada populasi HIV-negatif, insidensi sarkoma Kaposi secara global adalah 1,53 kasus per 100.000 orang per tahun, sedangkan insidensinya pada pasien human immunodeficiency virus (HIV) cukup tinggi mencapai 481 kasus per 100.000. Angka ini ditemukan lebih tinggi lagi pada lelaki homoseksual, yaitu 1397 kasus per 100.000 orang per tahun.[2-3]

Sarkoma Kaposi yang berkaitan dengan AIDS umumnya mengenai kelompok usia 20–54 tahun. Insidensi sarkoma Kaposi pada anak-anak yang positif HIV adalah sekitar 52 kasus per 100.000 orang per tahun. Pasien HIV yang telah diterapi dengan antiretroviral selama lebih dari 6 bulan memiliki risiko sarkoma Kaposi yang lebih rendah.[2-3]

Pada populasi dengan riwayat transplantasi organ, insidensi sarkoma Kaposi adalah 68.59 per 100.000 orang per tahun. Insidens sarkoma Kaposi cukup besar pada riwayat transplantasi ginjal, yakni mencapai 95.79 per 100.000 orang per tahun.

Tingginya insidensi pada kondisi ini merupakan konsekuensi dari kondisi imunosupresif akibat terapi imunosupresan. Oleh karena itu, observasi dan follow-up ketat setelah transplantasi diperlukan untuk mencegah efek sampingnya.[3]

Mortalitas

Sebuah studi menyatakan bahwa pada 946 kematian dengan sarkoma Kaposi klasik, hanya 12,2% kematian yang diduga disebabkan oleh sarkoma Kaposi. Sebanyak 90% dari kematian akibat sarkoma Kaposi terjadi pada pasien dengan lesi viseral/nodal, komplikasi terapi, atau kakeksia neoplasma. Kematian lainnya disebabkan oleh kondisi non-neoplastik dan keganasan lainnya.

Pada kasus AIDS, kematian biasanya disebabkan oleh infeksi oportunistik atau perdarahan gastrointestinal akibat sarkoma Kaposi. Mean survival rate pada pasien sarkoma Kaposi dengan AIDS mencapai 15–24 bulan dan meningkat dengan pemberian antiretroviral.[2,11]

Sarkoma Kaposi dapat menyebabkan kematian apabila terjadi perforasi gastrointestinal, tamponade jantung, obstruksi pulmo masif, dan metastasis otak. Stadium penyakit juga menentukan morbiditas pasien. Pasien dengan stadium T1 memiliki mortalitas 2,4 kali lebih tinggi daripada T0.[2,4]

 

 

Referensi

2. Katz J dan Hibbs J. Kaposi Sarcoma [Artikel di internet]. [Diakses Januari 2021]. Dapat diakses melalui URL: https://emedicine.medscape.com/article/279734-overview#a4
3. Liu Z, Fang Q, Zuo J, Minhas V, Wood C, Zhang T. The world-wide incidence of Sarkoma kaposi in the HIV/AIDS era. HIV Medicine. 2018;19(5):355-364.
4. Cesarman E, Damania B, Krown SE, Martin J, Bower M, Whitby D. Kaposi sarcoma. Nature Reviews. 2019;5:1-21.
11. Ascoli V, Minelli G, Kanieff M, Crialesi R, Frova L, Conti S. Cause-specific mortality in classic Sarkoma kaposi: a population-based study in Italy (1995–2002). Br J Cancer. 2009;101(7):1085-1090.

Etiologi Sarkoma Kaposi
Diagnosis Sarkoma Kaposi
Diskusi Terbaru
dr. Siti Wahida Aminina
Dibalas 16 Mei 2025, 13:41
Sertifikat dr alomedika di tolak di plafom skp
Oleh: dr. Siti Wahida Aminina
2 Balasan
Izin bertanya, adakah sertifikat dokter dokter di tolak dr flatfom skp, kenapa ya? Apa salah masukkan data apa gimana?
dr. Eunike
Dibalas 16 jam yang lalu
Tinea di groin yang berulang - ALOPALOOZA Dermatologi
Oleh: dr. Eunike
3 Balasan
Alo Dok. Pasien perempuan 40 tahun dengan keluhan gatal dan rash di selangkangan berulang, apakah perlu salep antijamur kombinasi dengan steroids, ya, karena...
dr.Eurena Maulidya Putri P
Dibalas 16 Mei 2025, 18:49
Ikuti Webinar ber-SKP Kemkes - Cegah Preeklamsia dengan Suplementasi Kalsium - Selasa, 27 Mei 2025, Pukul 11.00 – 12.30 WIB
Oleh: dr.Eurena Maulidya Putri P
3 Balasan
ALO Dokter!Ikuti Webinar Alomedika ber-SKP Kemkes "Cegah Preeklamsia dengan Suplementasi Kalsium" untuk mempelajari seberapa efektif kalsium dalam mencegah...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.