Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Penatalaksanaan Bronkitis Akut general_alomedika 2024-02-29T09:40:11+07:00 2024-02-29T09:40:11+07:00
Bronkitis Akut
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan
  • Panduan E-Prescription

Penatalaksanaan Bronkitis Akut

Oleh :
dr. Putri Kumala Sari
Share To Social Media:

Penatalaksanaan bronkitis akut terutama bersifat suportif dan simtomatik. Tata laksana suportif meliputi istirahat dan memastikan fungsi pernapasan pasien baik. Tata laksana simtomatik bertujuan meringankan gejala yang muncul, misalnya pemberian paracetamol untuk meredakan demam.[1-3]

Tata Laksana Non-Farmakologi

Untuk meringankan gejala batuk, dilakukan pendekatan farmakologi dan non-farmakologi. Tata laksana non-farmakologi meliputi minum teh hangat, madu, jahe, dan permen pelega tenggorokan (throat lozenges). Efikasi beberapa terapi non-farmakologi tersebut belum dapat dibuktikan melalui uji klinis. Meski demikian, madu sudah dilaporkan lebih efektif dibandingkan obat batuk, terutama pada pasien anak.[1-3]

Obat Batuk

Pilihan tata laksana farmakologi meliputi obat antitusif, ekspektoran, mukolitik, dan bronkodilator agonis beta. Efikasi dan keamanan obat-obat ini dalam meredakan gejala batuk masih dipertanyakan, terutama pada anak. Oleh sebab itu, obat-obat tersebut tidak digunakan secara rutin namun berdasarkan temuan klinis.[1,2,4]

Pilihan Antitusif

Data mengenai efikasi obat antitusif pada bronkitis akut masih terbatas. Obat antitusif umumnya tidak terlalu efektif pada pasien dengan batuk akut akibat infeksi virus pada saluran pernapasan atas. Obat antitusif hanya diberikan untuk mengatasi gejala batuk kering yang berlangsung lebih dari 2-3 minggu yang dirasa sangat mengganggu.[1,2,4]

Pilihan Mukolitik dan Ekspektoran

Obat mukolitik dan ekspektoran berfungsi meringankan batuk produktif pada pasien yang kesulitan mengeluarkan sputum. Namun, data mengenai efikasi obat mukolitik dan ekspektoran pada bronkitis akut juga masih kontroversial dan belum ada pedoman yang jelas. Obat mukolitik dan ekspektoran hanya diberikan sebagai terapi jangka pendek (short-term).

Pilihan obat mukolitik yang dapat diberikan antara lain:

  • N-acetylcysteine 200 mg setiap 8-12 jam per oral atau 600 mg/24 jam per oral

  • Bromhexine 8-16 mg/8 jam per oral

  • Ambroxol 60-120 mg per oral dalam 2-3 dosis terbagi atau 30 mg/8-12 jam per oral

  • Carbocisteine 500 mg/8 jam per oral atau 750 mg/8-12 jam per oral
  • Erdosteine 300 mg/8-12 jam per oral

Pilihan obat ekspektoran yang dapat diberikan yaitu guaifenesin 100-300 mg/6-12 jam per oral atau 200-400 mg/4 jam per oral. Guaifenesin dapat diberikan pada anak usia 6-12 tahun dengan dosis 100 mg 4 kali sehari selama 5 hari.[1,2]

Bronkodilator

Obat bronkodilator agonis beta 2 dapat digunakan untuk mengurangi durasi dan keparahan batuk pada beberapa kasus, namun tidak digunakan rutin pada semua kasus bronkitis akut. Beberapa uji klinis terkontrol acak skala kecil menunjukkan bahwa tidak ada manfaat dari pemberian bronkodilator agonis beta secara rutin, kecuali pada sebagian kecil dari kelompok penelitian dengan temuan awal wheezing dan obstruksi saluran pernapasan, atau pada pasien dengan riwayat asma.[1-3]

Terapi Simtomatik Lainnya

Untuk mengatasi gejala demam, lemah, dan mialgia, dapat diberikan obat analgesik dan antipiretik. Nonsteroidal anti-inflammatory drugs (NSAID) dapat digunakan untuk mengatasi nyeri ringan-sedang. Sementara itu, data mengenai pemberian steroid pada bronkitis akut masih terbatas.

Obat analgesik non-opioid dan antipiretik seperti paracetamol dan ibuprofen dapat menjadi pilihan. Paracetamol dapat diberikan dengan dosis 1000 mg/6 jam, maksimal 4 gram per 24 jam. Ibuprofen dapat diberikan dengan dosis 200-400 mg/4-6 jam.

Untuk pasien anak, paracetamol diberikan dengan dosis 15 mg/kg/6 jam per oral. Ibuprofen diberikan diberikan dengan dosis 10 mg/kg/8 jam per oral.[1,2,10]

Antibiotik

Antibiotik tidak direkomendasikan sebagai terapi rutin dan hanya diindikasikan pada pasien dengan infeksi bakteri atau pneumonia dengan mempertimbangkan pola resistensi lokal. Tidak ada data empiris yang membuktikan pengurangan gejala atau durasi batuk pada bronkitis akut tanpa komplikasi dengan pemberian rutin antibiotik.

Uji klinis terkontrol acak menunjukkan bahwa pemberian antibiotik hanya mengurangi sedikit durasi gejala batuk (0,6 hari) tanpa adanya pengurangan signifikan terhadap durasi penyakit secara keseluruhan. Selektivitas pemberian antibiotik juga didasarkan pada pertimbangan efikasi biaya, peningkatan resistensi antibiotik secara global, dan potensi efek samping yang mungkin ditimbulkan.[1,2,5]

Antibiotik dapat dipertimbangkan pada kasus bronkitis akut dengan potensi komplikasi serius akibat kondisi komorbid, pasien usia >65 tahun dengan riwayat rawat inap di rumah sakit dalam 1 tahun terakhir, serta penderita diabetes melitus, gagal jantung kongestif, atau dalam terapi steroid kronik. Pendekatan terapi didasarkan pada respon individu terhadap terapi dengan mempertimbangkan manfaat dan risikonya.[1,3]

Pilihan Terapi pada Infeksi Adenovirus

Pada infeksi adenovirus, terapi utama adalah pemberian terapi suportif. Obat antitusif seperti guaifenesin dan dextromethorphan dapat dipertimbangkan. Obat simtomatik mencakup analgesik dan antipiretik seperti paracetamol dan ibuprofen.[1,2,10]

Pilihan Terapi pada Infeksi Coronavirus

Pada kasus infeksi coronavirus, terapi umumnya bersifat suportif. Beberapa studi mengindikasikan bahwa terapi antivirus tidak membawa manfaat dalam hal menurunkan angka rawat inap dan mortalitas pada pasien yang memiliki kekebalan (sudah pernah terkena penyakit atau sudah divaksin). Manfaat pada pasien risiko tinggi juga belum jelas, dan secara umum dianggap terbatas.

Contoh antivirus yang dapat diberikan adalah kombinasi nirmatrelvir-ritonavir diberikan dengan dosis 300 mg/ 100 mg ritonavir 2 kali sehari selama 5 hari.[1,2,10]

Pilihan Terapi pada Infeksi Influenza

Pada kasus infeksi virus influenza, terapi utamanya bersifat suportif. Oseltamivir tidak didapatkan menurunkan risiko rawat inap maupun mortalitas pada pasien imunokompeten. Jika diperlukan, dosis oseltamivir adalah 75 mg 2 kali sehari selama 5 hari.[1,2,10]

Pilihan Terapi pada Infeksi Pertusis

Untuk kasus infeksi B. pertussis, terapi lini pertama dapat diberikan azithromycin 500 mg di hari pertama dilanjutkan 250 mg di hari kedua hingga kelima. Pilihan terapi lini kedua adalah cotrimoxazole 800 mg 2 kali sehari selama 14 hari.

Untuk pasien anak, azithromycin diberikan dengan dosis 10 mg/kg/24 jam per oral selama 3 hari atau 10 mg/kg/24 jam per oral pada hari pertama diikuti 5 mg/kg per oral pada 4 hari berikutnya.[1,2,10]

Pilihan Terapi pada Infeksi Mycoplasma pneumoniae

Pada infeksi M. pneumoniae, terapi terutama bersifat suportif. Antibiotik diberikan pada kondisi khusus seperti pencegahan penularan wabah pada individu immunocompromised, resipien transplantasi paru, atau individu dengan gejala non-respiratori.

Antibiotik yang dapat diberikan yaitu azithromycin 500 mg di hari pertama dilanjutkan 250 mg di hari kedua hingga kelima. Pilihan lain adalah doxycycline 100 mg 2 kali sehari selama 5 hari. Untuk pasien anak, azithromycin diberikan dengan dosis 10 mg/kg/24 jam per oral selama 3 hari atau 10 mg/kg/24 jam per oral pada hari pertama diikuti 5 mg/kg per oral pada 4 hari berikutnya.[1,2,10]

Pilihan Terapi pada Infeksi Patogen Lainnya

Untuk bronkitis akut akibat infeksi virus parainfluenza, respiratory syncytial virus, rhinovirus, dan C. pneumoniae, terapi hanya bersifat suportif saja.[1,2,10]

 

Penulisan pertama oleh: dr. Gisheila Ruth Anggita

Referensi

1. Singh A, Avula A, Zahn E. Acute Bronchitis. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing, 2023, PMID: 28846312.
2. MIMS. Bronchitis-Uncomplicated Acute. 2023. https://www.mims.com/singapore/treatmentguideline/attachment/32_Bronchitis-Uncomplicated_MRG_MIDG_MFM_MIMG_20230831_1.pdf
3. Fayyaz J. Bronchitis. 2021. https://emedicine.medscape.com/article/297108-overview
4. Lai K, Shen H, Zhou X, Qiu Z, Cai S, Huang K, Wang Q, Wang C, Lin J, Hao C, Kong L, Zhang S, Chen Y, Luo W, Jiang M, Xie J, Zhong N. Clinical Practice Guidelines for Diagnosis and Management of Cough-Chinese Thoracic Society (CTS) Asthma Consortium. J Thorac Dis. 2018 Nov;10(11):6314-6351. doi: 10.21037/jtd.2018.09.153.
5. Killeen BM, Wolfson AB. Antibiotics for Acute Bronchitis. Am Fam Physician. 2020 Nov 1;102(9):Online.
10. Carolan PL. Pediatric Bronchitis. 2023. https://emedicine.medscape.com/article/1001332-overview.

Diagnosis Bronkitis Akut
Prognosis Bronkitis Akut
Diskusi Terkait
Anonymous
Dibalas 22 September 2023, 09:15
Sampai usia berapa bulan bayi bisa diberikan CPAP?
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Assalamualaikum dok, Mau nanya ttg penggunaan CPAP. Sampai usia berapa bulan bayi ya bisa diberikan cpap? Terkadang di pkm datang bayi usia >28 hari dengan...
Anonymous
Dibalas 10 April 2023, 08:56
Apakah bronkhitis dan asma memiliki suara wheezing yang berbeda?
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo dokter,Ijin berdiskusi....Apakah ada perbedaan wheezing pd bronkhitis dan asma? Membedakannya bgmn ya, Dok?Dan kapan kita mengatakan bhwa anak ini asma...
dr.Liberty Yuliana Mandaha
Dibalas 01 Agustus 2022, 19:05
Dyspneu pada ibu post Partum 1 bulan
Oleh: dr.Liberty Yuliana Mandaha
2 Balasan
Alo dokter, saya memiliki pasien di PKM saya dengan SOAP seperti ini.S. Pasien datang dengan keluhan sesak napas sejak jam 8 pagi disertai lemas (+). Pasien...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.