Reaksi Alergi dan Anafilaksis terkait Vaksin COVID-19

Oleh :
dr. Erika Gracia

Reaksi alergi dan anafilaksis terkait vaksin COVID-19 harus diperhatikan dokter untuk memberikan tata laksana yang tepat kepada masyarakat. Vaksin COVID-19 (Coronavirus Disease 2019) telah diakui sebagai intervensi terbaik untuk mengatasi pandemi ini, tetapi disisi lain terdapat laporan KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Vaksinasi) untuk reaksi alergi ringan hingga anafilaksis.Reaksi alergi berat seperti anafilaksis pada pasien pasca vaksin COVID-19 ditemukan kurang dari 1 per 1.000.000 dosis. KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Vaksinasi) yang dilaporkan umumnya tidak serius dan tidak selalu dapat terjadi kembali pada paparan ulang. Sebagian besar efek samping setelah imunisasi (KIPI) adalah konsekuensi dari vaksin yang merangsang respons imun protektif, dan bukan alergi dalam etiologinya.[1,2]

Mekanisme Alergi pada Vaksin COVID-19

Meskipun reaksi lokal umumnya dapat dikaitkan dengan antigen aktif dalam vaksin, reaksi alergi yang terkonfirmasi akibat vaksin lebih sering disebabkan oleh sisa protein non manusia, pengawet, atau penstabil dalam formulasi vaksin yang dikenal sebagai eksipien. Eksipien diperlukan dan ditambahkan ke vaksin untuk tujuan tertentu, seperti merangsang respons imun yang lebih kuat, mencegah kontaminasi oleh bakteri, atau menstabilkan potensi vaksin selama transportasi dan penyimpanan.[2]

Referensi