Risiko Cairan Salin Normal

Oleh :
dr. Andrian Yadikusumo, Sp.An

Cairan salin normal merupakan cairan infus yang sangat banyak digunakan secara medis. Meski demikian, resusitasi berlebihan dengan cairan salin normal dan kegagalan untuk mengganti kebutuhan elektrolit lain dapat menyebabkan luaran yang lebih buruk bagi pasien. Potensi risiko dari penggunaan cairan salin normal adalah kondisi hiperkloremia yang memperberat asidosis, serta dapat menyebabkan cedera ginjal akut.[1,2]

Penggunaan Medis dan Komposisi Cairan Salin Normal

Cairan salin normal atau NaCl 0,9% merupakan cairan kristaloid yang sering digunakan secara intravena untuk resusitasi cairan, misalnya pada kasus dehidrasi berat, syok hipovolemia, alkalosis metabolik yang disertai kehilangan cairan, dan deplesi natrium ringan. Selain itu, cairan salin normal sering digunakan untuk irigasi steril dan pelarut berbagai jenis obat.[3]

Risiko Cairan Salin Normal

Cairan salin normal berisi komponen air dan elektrolit natrium dan klorida saja. Cairan ini bersifat isotonik dengan 308 mOsm/liter. Total kandungan ion natrium dan klorida pada cairan ini adalah 154 mEq/liter untuk masing–masing ion. Tingkat keasaman dari larutan ini adalah pH 4,7.

Kandungan klorida dalam cairan salin normal yang berbeda dengan plasma manusia bisa menyebabkan pergeseran ion. Hal ini dapat berpengaruh terhadap sirkulasi bila diberikan dalam volume besar. Tidak ada komponen protein plasma, gula, ataupun elektrolit lain yang terkandung dalam larutan ini.[1-3]⁠

Risiko Penggunaan Cairan Salin Normal

Cairan salin normal sering dianggap sebagai cairan yang aman dan tidak membawa risiko medis apapun. Padahal, penggunaan yang berlebihan dari cairan salin normal dapat menyebabkan asidosis metabolik hiperkloremik, menyebabkan hiperkalemia, dan mengganggu fungsi ginjal. Cairan salin normal juga telah dikaitkan dengan perburukan luaran pada sepsis dan trauma, efek koagulopati, hipotermia jika diberikan dalam suhu dingin, serta hemodilusi.[2-5]

Asidosis Metabolik Hiperkloremik

Plasma darah memiliki strong ion difference sekitar 39 mmol/L. Sementara itu, cairan salin normal memiliki strong ion difference 0 mmol/L. Oleh sebab itu, cairan salin normal yang diberikan dalam volume besar dapat menimbulkan asidosis metabolik hiperkloremik.

Data dari sebuah penelitian yang membandingkan efek dari pemberian 2 L cairan salin normal dan Plasma-Lyte 148 pada orang sehat melaporkan terjadinya hiperkloremia berkelanjutan terkait pemberian cairan salin normal yang disertai penurunan strong ion deficit (SID; sebuah pengukuran asidosis metabolik).[1,7]

Gangguan Fungsi Ginjal

Peningkatan kadar klorida akibat pemberian berlebih dari cairan salin normal dapat mengaktivasi sistem feedback tubuloglomerular. Hal ini dapat menginduksi vasokonstriksi arteriol. Selain itu, cairan salin normal juga menyebabkan retensi cairan pada ruang interstitial dan ekspansi volume renal yang lebih tinggi.  Kesemua mekanisme ini berpotensi menurunkan laju filtrasi glomerulus dan meningkatkan risiko gagal ginjal akut.[4,6,8]

Hiperkalemia

Beberapa studi telah mengaitkan penggunaan cairan salin normal dengan peningkatan risiko hiperkalemia. Mekanisme terjadinya hiperkalemia dicurigai berkaitan dengan perpindahan kalium ekstraseluler akibat hiperkloremia yang terjadi beriringan dengan pemberian cairan salin normal dalam volume besar.[9,10]

Hemodilusi dan Efek Koagulopati

Cairan salin normal dianggap dapat menyebabkan koagulopati iatrogenik dengan mengganggu fungsi normal dari trombin dan fibrin. Cairan normal salin tidak mengandung faktor pembekuan atau elemen lain yang mendukung pembekuan darah. Di lain pihak, pemberian cairan salin normal dalam jumlah besar dapat mengencerkan kadar faktor pembekuan dalam darah, meningkatkan keasaman darah, dan secara signifikan menurunkan kemampuan pembekuan darah.[11,12]

Luaran Sepsis yang Lebih Buruk

Berbagai studi yang membandingkan antara penggunaan cairan kristaloid seimbang dengan cairan salin normal pada pasien sepsis mengindikasikan bahwa luaran klinis lebih baik didapat pada kelompok pasien yang mendapat cairan kristaloid seimbang. Dalam sebuah studi yang melibatkan 1.641 pasien sepsis, didapatkan bahwa cairan kristaloid seimbang menghasilkan kesintasan yang lebih baik dibandingkan cairan salin normal.[13,14]

Kesimpulan

Banyak dokter menganggap cairan salin normal sebagai cairan infus fisiologis yang tidak membawa risiko klinis bermakna. Faktanya, cairan salin normal tidak memiliki komposisi cairan yang sama dengan darah dan memiliki risiko medis yang signifikan.

Pemberian cairan salin normal dalam jumlah besar akan meningkatkan risiko asidosis metabolik hiperkloremik, gagal ginjal akut, hiperkalemia, hemodilusi, dan koagulopati. Beberapa studi juga mengaitkan penggunaan cairan salin normal dengan luaran klinis yang lebih buruk pada pasien sepsis dibandingkan penggunaan cairan kristaloid seimbang. Oleh karena itu, pada pasien yang memerlukan cairan intravena dalam jumlah besar dokter perlu melakukan pemantauan pH, kadar kalium, fungsi ginjal, dan koagulasi berkala. Pertimbangkan juga perlunya terapi cairan lain seperti packed red cells, fresh frozen plasma, atau cairan kristaloid seimbang.

Referensi