How Often Should Self-Monitoring of Blood Pressure Be Repeated? A Secondary Analysis of Data from Two Randomized Controlled Trials
Rose F, Stevens RS, Morton KS, Yardley L, McManus RJ. How Often Should Self-Monitoring of Blood Pressure be Repeated? A Secondary Analysis of Data from Two Randomized Controlled Trials. Journal of Hypertension. 2025 Nov 1;43(11):1863-1870. PMID: 40838357.
Abstrak
Latar belakang: Bukti ilmiah mengenai frekuensi optimal pengukuran tekanan darah secara mandiri masih terbatas. Pengukuran yang terlalu sering dapat menyebabkan interpretasi yang keliru dan keputusan terapi yang tidak tepat. Studi ini menganalisis data dari 2 uji acak terkontrol dengan tujuan mengevaluasi seberapa sering pasien perlu melakukan pengukuran tekanan darah mandiri.
Metode: Analisis dilakukan terhadap pasien dengan tekanan darah di rumah ≤135/85 mmHg dengan regimen obat antihipertensi yang stabil (tidak ada perubahan terapi). Data dianalisis menggunakan mixed effects model. Luaran primer adalah perubahan rerata tekanan darah bulanan. Luaran sekunder meliputi variabilitas tekanan darah intraindividual dan probabilitas peningkatan tekanan darah seiring waktu.
Hasil: Studi ini melibatkan 232 partisipan dari studi HOMEBP dan 582 partisipan dari studi TASMINH4. Rerata perubahan tekanan darah sistolik per bulan dalam studi ini adalah -0,1 mmHg [standar deviasi (SD) 0,6 mmHg], dan -0,2 mmHg [SD 0,7 mmHg] pada masing-masing studi. Variabilitas sistolik intraindividual (SD) per bulan adalah 4,7 dan 5,1 mmHg.
Berdasarkan data studi TASMINH4, dari tekanan sistolik awal 130 mmHg, pengukuran tekanan darah ulang setelah 6 bulan menunjukkan probabilitas 18% tekanan darah ≥135 mmHg, dengan probabilitas 25% hasil tersebut merupakan peningkatan yang sejati. Setelah 12 bulan, probabilitas hasil pengukuran meningkat adalah 26%, dengan probabilitas 65% hasil tersebut merupakan peningkatan yang sejati.
Kesimpulan: Tanpa perubahan pengobatan, rerata tekanan darah yang diukur mandiri per bulan cenderung stabil, meskipun terdapat variabilitas antar individu. Bagi pasien dengan tekanan darah terkontrol dan terapi stabil, pengulangan pengukuran mandiri setiap 12 bulan kemungkinan cukup untuk mendukung pengambilan keputusan klinis.
Ulasan Alomedika
Hipertensi merupakan faktor risiko utama untuk penyakit kardiovaskular. Pengukuran tekanan darah mandiri di rumah dapat dilakukan untuk meningkatkan kontrol tekanan darah. Pengukuran mandiri ini dapat membantu pengambilan keputusan klinis seperti penentuan titrasi obat. Namun, hingga kini belum ada konsensus jelas terkait frekuensi ideal pengukuran tekanan darah mandiri di rumah. Studi ini memberikan bukti untuk menjawab pertanyaan tersebut.
Ulasan Metode Penelitian
Studi ini menilai data dari dua uji acak terkontrol (HOMEBP dan TASMINH4) dengan tujuan untuk menentukan seberapa sering pasien perlu melakukan pengukuran tekanan darah mandiri.
Studi HOMEBP terdiri dari 622 pasien hipertensi, yang dibagi menjadi grup pengukuran tekanan darah mandiri (305 pasien) dan grup standar (317 pasien). Pengukuran mandiri dilakukan selama 7 hari berturut-turut setiap bulannya.
Jika tekanan darah di rumah terkontrol selama 3 bulan berturut-turut (definisi terkontrol adalah sistolik 100–134 mmHg dan diastolik ≤84 mmHg), frekuensi pengukuran mandiri dikurangi menjadi tiap 8 minggu. Namun, jika ada peningkatan tekanan darah ≥135/85 mmHg maka pengukuran kembali dilakukan setiap bulan. Data dari 271 partisipan studi HOMEBP dalam grup pengukuran mandiri dianalisis dalam penelitian ini.
Dalam studi TASMINH4, pasien dengan hipertensi (tekanan darah >140/90 mmHg) diacak menjadi tiga grup, yaitu kelompok standar (394 pasien), kelompok pengukuran mandiri (391 pasien), dan kelompok pengukuran mandiri dengan pemantauan jarak jauh (389 pasien). Pada kelompok pengukuran mandiri, pengukuran tekanan darah dilakukan 2 kali sehari selama 7 hari dalam periode 12 bulan. Data dari 655 partisipan studi TASMINH4 dalam kelompok pengukuran mandiri dianalisis dalam penelitian ini.
Kriteria inklusi tambahan diaplikasikan pada dataset kedua studi tersebut, yaitu pasien harus dalam terapi antihipertensi stabil (tidak ada perubahan pengobatan) setidaknya 4 minggu, dan tidak ada indikasi klinis untuk penyesuaian obat saat kunjungan awal, dan telah melakukan pengukuran mandiri selama >1 bulan. Data tekanan darah setelah ada perubahan pengobatan dikeluarkan dari analisis.
Ulasan Hasil Penelitian
Luaran primer studi ini adalah rerata perubahan tekanan darah sistolik dan diastolik per bulan untuk setiap populasi. Luaran sekunder pada studi ini adalah probabilitas seorang individu seiring waktu mengalami peningkatan tekanan darah di atas ambang batas, proporsi peningkatan yang merupakan hasil sejati atau positif palsu, dan variabilitas pengukuran intraindividual.
Penelitian ini menunjukkan bahwa pada pasien hipertensi dengan pengobatan yang stabil, tidak terdapat perubahan signifikan tekanan darah per bulan selama 12 bulan pemantauan. Rerata penurunan tekanan darah sistolik <1 mmHg, yang merupakan nilai yang tidak bermakna secara klinis. Namun, terdapat variabilitas individu yang cukup besar, bahkan dalam waktu 1 minggu. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh kesalahan pengukuran atau fluktuasi biologis alami (biovariabilitas).
Pada pengukuran ulang dalam interval 3–6 bulan, sebagian besar peningkatan tekanan darah yang terdeteksi ternyata merupakan positif palsu. Baru pada interval 12 bulan, peningkatan tekanan darah cenderung menggambarkan perubahan sejati. Temuan ini mendukung hipotesis bahwa pengukuran terlalu sering pada pasien dengan tekanan darah yang stabil tidak banyak memberikan manfaat klinis tambahan, dan bahkan bisa menimbulkan kekhawatiran atau tindakan medis yang tidak diperlukan.
Namun, perhatian lebih tetap diperlukan bagi pasien dengan tekanan darah mendekati ambang terapi, karena risiko perubahan tekanan darah lebih tinggi.
Kelebihan Penelitian
Kelebihan penelitian ini adalah analisis dilakukan berdasarkan dua uji acak terkontrol berskala besar, dengan desain metodologis yang kuat dan periode pengamatan serupa (12 bulan). Karakteristik demografis peserta yang serupa juga semakin memperkuat komparabilitas data. Pasien juga dilatih terkait teknik pengukuran tekanan darah yang tervalidasi, sehingga meningkatkan kualitas data.
Limitasi Penelitian
Limitasi penelitian ini adalah tidak dilakukannya analisis subkelompok, sehingga hasil belum dapat digeneralisasikan pada pasien dengan karakteristik khusus (misalnya pasien dengan usia lanjut atau penyakit penyerta). Selain itu, terdapat perbedaan komorbiditas antara studi HOMEBP dan TASMINH4, yang berpotensi memengaruhi variabilitas tekanan darah, misalnya pada pasien dengan takiaritmia.
Prevalensi komorbiditas peserta bisa dibilang relatif rendah bila dibandingkan populasi hipertensi umum. Selain itu, ada potensi bias seleksi karena pasien yang bersedia ikut dalam studi cenderung lebih patuh terhadap pengobatan dibandingkan populasi umum.
Aplikasi Hasil Penelitian di Indonesia
Hipertensi merupakan salah satu penyakit kronis paling umum di Indonesia. Hasil studi ini dapat digunakan sebagai dasar untuk membuat pedoman klinis mengenai frekuensi optimal pengukuran tekanan darah mandiri di rumah. Bagi pasien dengan tekanan darah yang terkontrol dan terapi yang stabil, pengukuran mandiri setiap 12 bulan dapat dianggap cukup, sehingga dapat mengurangi risiko intervensi medis yang tidak perlu.
Namun, sebelum hasil penelitian ini dapat diterapkan, ada beberapa kendala yang perlu ditangani terlebih dahulu, misalnya kendala terkait pengetahuan pasien mengenai cara pengukuran yang tepat dan tingkat akurasi alat yang digunakan. Ada baiknya hal-hal tersebut dibenahi terlebih dahulu sebelum menginstruksikan pasien untuk melakukan pengukuran tekanan darah secara mandiri di rumah.
 
 
 
 
