Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Teknik Rontgen Pelvis annisa-meidina 2024-11-02T12:33:31+07:00 2024-11-02T12:33:31+07:00
Rontgen Pelvis
  • Pendahuluan
  • Indikasi
  • Kontraindikasi
  • Teknik
  • Komplikasi
  • Edukasi Pasien
  • Pedoman Klinis

Teknik Rontgen Pelvis

Oleh :
dr. Reren Ramanda
Share To Social Media:

Teknik rontgen pelvis, atau disebut juga rontgen panggul, umumnya melibatkan pengambilan gambar radiografik dengan pasien dalam posisi supinasi di atas meja rontgen. Sinar X diarahkan dari atas dengan sudut tegak lurus terhadap garis tengah pelvis, yang meliputi area mulai dari puncak iliaka hingga bagian bawah simfisis pubis. 

Proyeksi anteroposterior (AP) adalah proyeksi standar, namun proyeksi tambahan seperti inlet, outlet, atau lateral dapat digunakan untuk evaluasi tertentu, terutama dalam kasus trauma. Posisi kaki pasien biasanya dirapatkan dan sedikit diputar ke dalam (internal rotation) sekitar 15–20 derajat untuk memposisikan leher femur secara optimal, sehingga memperjelas visualisasi struktur tulang panggul dan sendi panggul.[2-5]

Persiapan Pasien

Persiapan pasien sebelum prosedur rontgen pelvis umumnya tidak diperlukan. Pasien hanya perlu berada di posisi supinasi atau berdiri sesuai kebutuhan. Tungkai bawah diposisikan internal rotasi dengan sudut 15-25° dari panggul, kecuali pada kondisi kecurigaan adanya fraktur.

Selain itu, setiap pasien yang hendak menjalani prosedur rontgen, secara umum harus terbebas dari benda asing terutama logam seperti kunci di saku, ikat pinggang dan uang logam. Ini karena benda-benda seperti logam tersebut akan ikut tertangkap di gambar hasil foto rontgen dan akan menimbulkan artefak.[3,8,9]

Peralatan

Peralatan yang diperlukan pada pemeriksaan rontgen pelvis antara lain adalah mesin X-Ray, meja X-Ray, dan alat pelindung diri bagi pemeriksa.[3,8]

Posisi Pasien

Posisi pasien yang paling banyak digunakan adalah posisi supinasi untuk proyeksi anteroposterior. Untuk proyeksi ini, pasien terlentang di atas meja pemeriksaan, dengan kedua kaki dirapatkan dan diputar ke dalam sekitar 15–20 derajat untuk memastikan leher femur berada pada posisi optimal terhadap sinar X. 

Posisi ini membantu meminimalkan rotasi eksternal alami femur, meningkatkan visualisasi acetabulum, leher femur, dan simfisis pubis. Lengan pasien diletakkan di samping tubuh atau di atas dada, memastikan tidak ada bagian tubuh selain pelvis yang tertangkap dalam proyeksi.[3,8]

Proyeksi Anteroposterior

Proyeksi AP merupakan teknik standar, di mana sinar-X diarahkan secara tegak lurus dari anterior ke posterior panggul. Proyeksi ini dapat memperlihatkan panggul pada posisi anatomisnya dengan arkuata, ilioskial, iliofemoral dan garis Shenton dapat diperiksa pada model proyeksi ini.[3,8]

Proyeksi Lateral

Proyeksi rontgen yang dimodifikasi khusus untuk kondisi trauma antara lain adalah proyeksi sinar horizontal pinggul lateral. Proyeksi ini dipakai pada pasien yang dicurigai mengalami fraktur pinggul atau dislokasi. Proyeksi ini dapat memperlihatkan leher femur pada posisi lateral dengan lebih baik.[3,8]

Panorama Clements-Nakayama

Selanjutnya adalah panorama Clements-Nakayama. Proyeksi ini memiliki kelebihan tidak membutuhkan pergerakan tungkai bawah sama sekali sehingga bisa meminimalisir rasa tidak nyaman. Proyeksi ini terutama diindikasikan pada pasien yang dicurigai menderita fraktur leher femur bilateral atau cedera tungkai bawah bilateral yang cukup berat.[3]

Proyeksi Inlet

Proyeksi tambahan lainnya antara lain adalah inlet view. Pemandangan dari proyeksi kaudal ini sangat baik dalam memperlihatkan cincin pelvis utama dan patologi yang kemungkinan terjadi. Pemandangan ini juga paling baik untuk mengevaluasi pergeseran sisi posterior dari cincin pelvis dan fraktur simfisis pubis.[3]

Proyeksi Outlet

Selanjutnya ada outlet view. Pasien diposisikan dalam posisi supinasi dengan sinar X diarahkan ke bawah pada sudut cephalad 30–45 derajat untuk memvisualisasikan simfisis pubis, ramus inferior pubis, dan foramen obturatum. Proyeksi sefalik ini digunakan untuk mengevaluasi kecurigaan kasus pergeseran cephalad hemipelvis atau fraktur vertikal pelvis. Outlet view sendiri merupakan sisi tangensial dari inlet view.[3]

Proyeksi Oblique

Proyeksi oblique disebut juga sebagai Judet view. Pasien diposisikan dalam posisi semi-supinasi, dengan tubuh dimiringkan 45 derajat baik ke kiri atau kanan untuk menghasilkan dua gambar, obturator oblique dan iliac oblique. Untuk obturator oblique, sisi panggul yang diperiksa diangkat, sementara pada iliac oblique, sisi panggul yang diperiksa diletakkan berdekatan dengan meja. Proyeksi ini digunakan untuk mengevaluasi permukaan superior, medial, lateral, dan posterior dari acetabulum.[3]

Flamingo View 

Flamingo view digunakan untuk mengevaluasi kecurigaan adanya instabilitas simfisis pubis. Pasien berdiri dengan bertumpu pada satu kaki, sementara kaki yang lain diangkat dengan lutut tertekuk.[3]

Prosedural

Berikut ini merupakan prosedur rontgen pelvis:

  1. Pastikan pasien melepaskan pakaian atau benda logam di area panggul yang dapat mengganggu pencitraan. Pasien biasanya diminta mengenakan pakaian rumah sakit dan menggunakan pelindung radiasi bila diperlukan.
  2. Pasien ditempatkan sesuai kebutuhan. Pada proyeksi standar, yakni anteroposterior, pasien dalam posisi supinasi di meja rontgen dengan kaki dirapatkan dan sedikit diputar ke dalam sekitar 15–20 derajat, untuk memaksimalkan visualisasi leher femur.
  3. Tabung sinar X diatur sesuai proyeksi yang diminta. Pada proyeksi standar anteroposterior, tabung sinar X diletakkan dalam sudut tegak lurus terhadap panggul, dengan berkas sinar diarahkan ke titik tengah antara puncak iliaka dan simfisis pubis.
  4. Pilih parameter paparan radiasi yang sesuai (kV dan mAs) untuk menghasilkan gambar yang optimal dengan mempertimbangkan faktor anatomi dan ukuran badan pasien.
  5. Lakukan pengambilan gambar.
  6. Setelah gambar diambil, radiografer harus mengevaluasi kualitas pencitraan. Jika visualisasi tidak optimal atau ada artefak, pengambilan gambar ulang mungkin diperlukan.
  7. Gambar yang dihasilkan selanjutnya dievaluasi berdasarkan sepuluh kriteria kualitas gambar radiografi panggul, yaitu adanya visualisasi sendi pinggul, trokanter, sendi sakroiliaka, krista iliaka, acetabula, rami pubis, leher femur, medulla dan korteks, pelvis, sacrum dan foraminanya, serta visualisasi jaringan lunak panggul.[1,3,8]

Follow up

Saat melakukan evaluasi rontgen pelvis, perhatikan integritas struktur tulang, alignment anatomi, serta adanya tanda-tanda patah atau lesi lainnya. Pada awal, evaluasi difokuskan pada tulang pelvis, termasuk os ilium, os pubis, os ischium, dan sakrum, untuk mendeteksi adanya fraktur atau deformitas. Juga penting untuk menilai sendi di sekitar panggul, termasuk sendi sakroiliaka dan sendi femoropelvik.

Contoh temuan pada fraktur leher femur dapat mencakup garis fraktur yang terlihat pada area collum femoris yang menghubungkan caput femoris dengan corpus femoris, sering kali disertai dengan perubahan posisi atau sudut yang abnormal. Temuan lain yang harus dicari adalah adanya edema atau penumpukan cairan di sekitar sendi femoropelvik yang dapat menunjukkan adanya trauma atau cedera jaringan lunak.

Pada kasus fraktur rami pubis, evaluasi harus mencakup pencarian garis fraktur pada rami superior dan inferior os pubis, yang mungkin terlihat sebagai garis putus atau deformitas pada gambar rontgen. Fraktur ini sering terjadi akibat trauma pada daerah pelvis, seperti pada kecelakaan kendaraan atau jatuh dari ketinggian. Adanya fraktur ini juga harus diperiksa untuk memastikan tidak ada cedera terkait pada struktur lain, termasuk rongga pelvis dan organ-organ viseral di sekitarnya.[2-5]

Referensi

1. Trozic S, England A, Mekis N. Erect pelvic radiography with fat tissue displacement: Impact on radiation dose and image quality. Radiography, 2023. Volume 29, Issue 3, Pages 546-551. https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1078817423000718
2. Yeap PM, Budak MJ. The pelvic radiograph: lines, arcs and stripes. Singapore Med J. 2021 Jul; 62(7): 333–340.
3. Murphy A. Pelvis series. Radiopaedia. 2023. https://radiopaedia.org/articles/pelvis-series?lang=us
4. Leone E, Garipoli A, Ripani U, Lanzetti RM, Spoliti M, Creta D, Giannace C, Galluzzo A, Trinci M, Galluzzo M. Imaging Review of Pelvic Ring Fractures and Its Complications in High-Energy Trauma. Diagnostics (Basel). 2022; 12(2):384.
5. Parker S, Nagra NS, Kulkarni K, Pegrum J, Barry S, Hughes R, Ghani Y. Inadequate pelvic radiographs: implications of not getting it right the first time. Ann R Coll Surg Engl. 2017 Sep;99(7):534-539. doi: 10.1308/rcsann.2017.0095.
8. Lim SJ, Park YS. Plain Radiography of the Hip: A Review of Radiographic Techniques and Image Features. Hip Pelvis. 2015 Sep;27(3):125-34. doi: 10.5371/hp.2015.27.3.125.
9. Nakashima J, Duong H. Radiology, Image Production and Evaluation. Statpearl. 2023. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK553145/

Kontraindikasi Rontgen Pelvis
Komplikasi Rontgen Pelvis

Artikel Terkait

  • Suplementasi Kalsium dan Vitamin D Terbukti Tidak Menurunkan Insidensi Fraktur Pada Lansia
    Suplementasi Kalsium dan Vitamin D Terbukti Tidak Menurunkan Insidensi Fraktur Pada Lansia
  • Pengaruh Rokok terhadap Penyembuhan Fraktur Tulang
    Pengaruh Rokok terhadap Penyembuhan Fraktur Tulang
  • Red Flags Nyeri Panggul
    Red Flags Nyeri Panggul
  • Anestesi Spinal VS Umum Untuk Operasi Panggul pada Pasien Geriatri – Telaah Jurnal Alomedika
    Anestesi Spinal VS Umum Untuk Operasi Panggul pada Pasien Geriatri – Telaah Jurnal Alomedika
  • Intervensi untuk Mencegah Lansia Terjatuh
    Intervensi untuk Mencegah Lansia Terjatuh

Lebih Lanjut

Diskusi Terkait
dr. Karina Sutanto
Dibalas 13 Oktober 2021, 15:02
Kriteria diperbolehkan operasi pada fraktur panggul pada lansia - Orthopedi Ask Expert
Oleh: dr. Karina Sutanto
2 Balasan
Alo dokter, izin tanya apa kriteria diperbolehkannya operasi pada fraktur panggul pada usia lansia dengan komorbid gagal ginjal? Atau sebaiknya tidak...

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.