Pendahuluan USG Testis
Ultrasonografi atau USG testis merupakan pencitraan noninvasif yang umum dilakukan untuk mendiagnosis undesensus testis, orchitis, epididimitis, testis asimetri, torsio testis, dan penyakit endokrin pada anak-anak. Pada orang dewasa, USG testis juga umum dilakukan untuk mendiagnosis berbagai abnormalitas testis.[1,2]
Beberapa contoh kondisi pada laki-laki dewasa yang memerlukan USG testis adalah abnormalitas konsistensi testis, tumor testis, hidrokel, dan hematospermia. USG testis juga sering dilakukan untuk mengevaluasi hernia inguinalis, limfadenopati inguinal dan ekstraperitoneal, serta infertilitas.[1,2]
USG testis dapat mengidentifikasi lesi intratestikuler dan ekstratestikuler, membedakan lesi jinak dan lesi ganas, serta mengidentifikasi kondisi skrotum yang membutuhkan intervensi bedah segera. Pemeriksaan ini bersifat aman, berbiaya terjangkau, tersedia secara luas, dan tidak membutuhkan radiasi ionizing. Namun, akurasi USG testis sangat tergantung pada keterampilan dan pengetahuan dokter pemeriksa.[1,2]
Secara teknik, USG testis menggunakan transduser linear high-frequency dengan frekuensi 6–12 MHz atau lebih tinggi. Kedalaman penetrasi alat USG perlu diatur pada 1–5 cm agar gambar yang didapat terfokus pada isi skrotum dan kanalis inguinalis.[1-3]
USG testis harus dilakukan dengan alat ultrasound yang memiliki fasilitas wide dynamic range (dB) dan power atau color and spectral Doppler. Sebelum pemeriksaan, aplikasi gel hangat pada pasien dianjurkan untuk mengurangi refleks kremaster.[1-3]
Direvisi oleh: dr. Irene Cindy Sunur