Pedoman Klinis Perikardiosentesis
Pedoman klinis dalam melakukan prosedur perikardiosentesis mencakup pentingnya memastikan lokasi dan jalur insersi jarum yang aman. Ini biasanya dilakukan dengan panduan dari pencitraan seperti ekokardiografi. Selain itu, penting pula untuk melakukan pengawasan, seperti tekanan darah dan EKG, pada pasien selama dan setelah tindakan untuk mengantisipasi komplikasi.[8-10,15]
Indikasi Perikardiosentesis
Perikardiosentesis dilakukan hanya jika ada indikasi medis yang jelas. Tindakan ini biasanya diperlukan jika terdapat cairan berlebihan pada ruang perikardium, seperti akibat efusi perikardium dan tamponade jantung.[1,2]
Persiapan Pasien dan Penilaian Awal
Sebelum melakukan perikardiosentesis, penting untuk mengevaluasi kondisi pasien secara keseluruhan. Apabila diperlukan, dapat dilakukan pemeriksaan hitung trombosit dan status koagulasi untuk memastikan tidak adanya koagulopati yang signifikan. Ekokardiografi transtorakal (TTE) umumnya digunakan untuk menilai banyaknya efusi dan memastikan perlunya prosedur.
Pada pasien dengan risiko diseksi aorta, pemeriksaan lebih lanjut dengan ekokardiografi transesofageal (TEE) atau CT scan dianjurkan untuk mengecualikan diseksi aorta sebelum melanjutkan dengan perikardiosentesis.[8-10]
Teknik dan Panduan Pencitraan
Penggunaan panduan modalitas pencitraan sangat dianjurkan selama perikardiosentesis untuk meningkatkan akurasi dan keamanan prosedur. Modalitas yang paling sering digunakan adalah ekokardiografi untuk mengidentifikasi lokasi optimal efusi perikardial dan untuk memandu jalur jarum yang aman dan menghindari organ-organ penting seperti paru, hati, dan organ dalam lain.
Setelah lokasi insersi ditentukan, area insersi disiapkan secara steril dan pasien diberi anestesi lokal. Penggunaan panduan pencitraan yang kontinu selama prosedur dapat membantu memastikan jarum dan kateter berada pada posisi yang benar dan mengurangi risiko komplikasi seperti pneumothorax.[6,9,10,15]
Penanganan Komplikasi dan Pascaprosedur
Komplikasi harus diantisipasi dan siap untuk ditangani. Komplikasi yang perlu diwaspadai meliputi aritmia, tusukan pada arteri koroner atau bilik jantung, hemothorax, pneumothorax, pneumoperikardium, dan cedera hepar. Penanganan segera dan tepat terhadap komplikasi ini sangat penting untuk mencegah dampak yang lebih serius.
Selama dan setelah prosedur, pasien harus dipantau secara ketat untuk mendeteksi tanda-tanda komplikasi. Pemantauan setidaknya mencakup EKG dan saturasi oksigen secara kontinu, serta tekanan darah setiap 1-2 menit. Pasien juga perlu dijadwalkan untuk kontrol lanjutan guna memantau kondisi mereka dan memastikan tidak ada masalah yang muncul kembali.[6,9,10,15]