Edukasi dan Promosi Kesehatan Cedera Otak Traumatik
Edukasi dan promosi kesehatan pada cedera otak traumatik berkaitan dengan cara pencegahan termasuk cara melindungi diri pada kelompok risiko serta apa yang harus dilakukan pada pasien dengan cedera otak traumatik pada fase awal.
Edukasi Pasien
Edukasi terhadap pasien ataupun caregiver sangat penting diberikan terutama dalam mencegah kondisi-kondisi mengancam nyawa dan mencegah komplikasi yang berat. Edukasi yang diberikan harus meliputi penanganan awal, pengawasan pasca trauma hingga kapan waktu yang tepat untuk pasien beraktivitas kembali.
Penanganan Awal
Jika terjadi suatu cedera otak traumatik, segera cari pertolongan dan upayakan pertolongan awal dalam menjaga jalan napas dan perlindungan tulang servikal. Segera setelah tim medis yang kompeten datang, maka primary survey harus segera dimulai sedini mungkin.
Pengawasan Pasca Trauma
Jika trauma yang dialami ringan dan tidak ada tanda dan gejala yang mengancam nyawa, pasien dapat dirawat dan diawasi di rumah. Keluarga pasien harus diminta memperhatikan kondisi pasien di rumah terutama kemungkinan perburukan trauma. Pasien harus dibawa ke IGD sesegera mungkin jika terjadi hal-hal berikut ini:
- Muntah dua kali atau terus menerus selama empat hingga enam jam setelah trauma
-
Mengalami perburukan atau nyeri kepala berat; Adanya red flags atau tanda bahaya nyeri kepala pada anak perlu diperhatikan.
-
Ada perubahan kesadaran secara kualitatif maupun kuantitatif menurut glasgow coma scale (GCS), contohnya pasien semakin mengantuk hingga sulit untuk dibangunkan
- Mengalami kebingungan dan tidak bertindak secara normal
- Mengalami keadaan sulit berjalan, berbicara atau melihat
- Mengalami kaku kuduk, kejang, atau gerakan abnormal lain yang mengkhawatirkan
- Pasien anak yang tidak mau berhenti menangis atau terlihat mengalami kondisi yang memberat
-
Mengalami kelemahan atau mati rasa pada anggota tubuh [25,39]
Kembali Beraktivitas
Pasien yang mengalami cedera otak trauma yang disertai gegar otak memiliki resiko komplikasi yang serius atau bahkan fatal jika mereka mengalami cedera kepala kedua dalam jarak yang relatif pendek dengan cedera pertama akibat second impact syndrome. Oleh sebab itu, semua pasien yang diduga mengalami gegar otak harus dijauhkan dari aktivitas beresiko dan diawasi dari tanda-tanda cedera otak.[39]
Upaya Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Dalam upaya pencegahan terjadinya cedera otak traumatik, cara utama yang dapat dilakukan adalah dengan menghindari faktor resiko dengan prinsip-prinsip sebagai berikut.
Berkendara dengan Aman
Perilaku berkendara yang aman meliputi:
- Gunakan sabuk pengaman tanpa peduli seberapa dekat jarak perjalanan yang ditempuh
- Anak-anak juga harus dipasangkan sabuk pengaman, termasuk menggunakan instrumen tambahan sesuai usia, tinggi dan berat badan mereka
- Gunakan helm ketika mengendarai motor, sepeda atau skuter
- Patuhi rambu lalu lintas
- Jangan berkendara jika kesehatan anda terganggu atau dalam keadaan mabuk.[26]
Hindari Kemungkinan Terjatuh
Terjatuh merupakan salah satu faktor resiko terjadinya cedera otak traumatik terutama jika kepala menghantam suatu objek ketika terjatuh. Anak-anak dan lansia adalah kelompok yang paling beresiko mengalami hal ini. Berikut beberapa cara untuk menjauhkan mereka dari resiko tersebut:
- Pada anak: awasi anak ketika bermain, bermain di tempat yang aman, pastikan keadaan rumah aman untuk bermain dan gunakan pelindung saat berolahraga.
- Pada lansia: mulai olahraga terutama yang melatih kekuatan dan keseimbangan, awasi penggunaan obat yang mengakibatkan kantuk atau sakit kepala, periksa kemampuan penglihatan secara berkala, rancang lingkungan rumah yang aman.[26]
Penulisan pertama oleh: dr. Gold Tampubolon