Pemberian Profilaksis Antikoagulan pada Pasien Sindrom Nefrotik

Oleh :
dr.Eduward Thendiono, SpPD,FINASIM

Risiko kejadian tromboemboli vena dilaporkan meningkat pada pasien dengan sindrom nefrotik, sehingga beberapa ahli mempertimbangkan pemberian antikoagulan profilaksis. Sindrom nefrotik merupakan kondisi klinis yang ditandai oleh proteinuria masif (>3,5 g/hari), hipoalbuminemia, dislipidemia dan edema. Patologi glomerular primer yang berkaitan erat dengan sindrom nefrotik mencakup membranous glomerulonephritis (MGN), minimal change disease (MCD), focal segmental glomerulosclerosis (FSGS) dan membranoproliferative glomerulonephritis (MPGN). Sementara itu, penyebab sekunder sindrom nefrotik meliputi nefropati diabetik dan penyakit amiloid.[1]

Risiko Tromboemboli pada Sindrom Nefrotik

Salah satu implikasi serius dari sindrom nefrotik ialah terjadinya kondisi hiperkoagulabilitas yang meningkatkan risiko kejadian tromboemboli vena (VTE) maupun arteri (ATE). Deep vein thrombosis (DVT) terjadi pada kira-kira 15% pasien sindrom nefrotik, sedangkan trombosis vena renal (RVT) dilaporkan terjadi pada 25-30% pasien. Risiko terbesar tampak pada pasien dengan subtipe histologi membranous glomerulonephritis (37%), membranoproliferative glomerulonephritis (26%), dan minimal change disease (24%).[1]

Referensi