Pagi ts. Bagaimana cara terapi dan perawatan luka pada pasien luka DM seperti ini? Terimakasih.
Perawatan luka yang tepat untuk kaki diabetes - Diskusi Dokter
general_alomedikaDiskusi Dokter
- Kembali ke komunitas
Perawatan luka yang tepat untuk kaki diabetes
Pagi ts. Bagaimana cara terapi dan perawatan luka pada pasien luka DM seperti ini? Terimakasih.
Alo Dok,
Untuk penanganan/perawatan kaki diabetik meliputi:
- debridement
- kontrol infeksi dengan pemberian antibiotik
- off loading (anjurkan bed rest, penggunaan sepatu khusus atau pemakaian casting)
- pemeriksaan vaskularisasi atau ankle branchial index
- kontrol gula darah rutin
sebagai tambahan, untuk pencucian luka bisa dgn S*avlon atau P*rontosan dan bisa menggunakan moder dressing dengan merk C*utimed atau C*utisorb. https://pbperkeni.or.id/wp-content/uploads/2019/05/Proceeding-Book-AEDU-2019.pdf
Jika tidak tersedia,maka alternatif paling sederhana,mudah,dan murah antara lain menggunakan dressing kassa madu.
Madu yg sdh digunakan dlm penelitian Bedah Plastik FKUI adalah madu murni Nusantara tanpa royal jelly.
Silakan browse di www.jprjournal.com dan ketik kata kunci "honey" atau "madu", utk memperoleh informasi lebih lanjut mengenai beberapa penelitian terkait.
Semoga informasinya bermanfaat ya.
wah terima kasih dok, sangat bermanfaat
Alo dr. Devina!
Dalam menatalaksana kaki diabetik seyogyanya mengikuti beberapa aspek penting seperti kendali metabolik, kendali vaskular, kendali luka, kendali tekanan, kendali infeksi, dan edukasi mengenai perawatan kaki mandiri.
Kendali metabolik tentunya menjaga gula dalam darah dalam batas normal. Hal ini berkaitan dengan tata laksana DM tipe II sesuai dengan pilar DM, dari aktivitas, diet yang tepat, serta pemakaian obat OHO maupun insulin dengan benar.
Untuk kendali luka diabetik, tergantung dari klasifikasinya dok. Klasifikasi yang paling sering digunakan adalah klasifikasi Wagener. Menurut saya, luka pasien ini masih dalam grade I, luka masih superfisial.
Dokter dapat melakukan debridement, kontrol infeksi, dan menjaga kelembaban.
Luka dapat dibersihkan luka dengan chlorhexidine dan irigasi menggunakan cairan saline. Lalu bersihkan luka dari jaringan mati, dengan menggunting jaringan mati.
Pada perawatan luka, disesuaikan dengan alat dan bahan yang tersedia. Saat ini sudah banyak modern dressing yang dijual di Indonesia untuk mengoptimalkan penyembuhan luka. Namun, bila faskes tidak menyediakan modern dressing ini, dokter bisa menggunakan kassa steril dengan salep antibiotik dan melakukan perawatan tertutup.
Saya berikan sumber yang bisa dibaca dok.
https://www.alomedika.com/penyakit/endokrinologi/ulkus-diabetikum/penatalaksanaan
https://journals.sagepub.com/doi/10.1177/088532829200700204
https://www.alomedika.com/penyakit/endokrinologi/diabetes-mellitus-tipe-2
https://www.alomedika.com/prinsip-penatalaksanaan-luka-kronik
Izin ikut berdiskusi ya.
Secara garis besar, prinsip perawatan luka meliputi hal-hal berikut :
1. Kontrol infeksi
2. Kontrol eksudat
3. Jaga kelembaban
4. Kendalikan faktor komorbid
Upaya mengontrol infeksi dapat dilakukan secara lokal pada area luka (misalnya salep antibiotik atau pilihan modern wound dressing yang mengandung DACC) maupun sistemik (antibiotik oral/intravena).
Upaya mengontrol eksudat dapat dilakukan dengan mekanisme absorben, mulai dari yang paling sederhana seperti kassa, hingga pilihan modern wound dressing seperti foam dressing)
Upaya menjaga kelembaban antara lain bisa dengan memberikan ointment berkala.
Jika luka "becek"/eksudatif maka dibuat lembab dng menyerap eksudat melalui berbagai pilihan dressing. Jika luka cenderung kering, maka lembabkan dng pilihan dressing seperti salep.
Jika ada faktor komorbid seperti diabetes mellitus, maka pastikan gula darah pasien terkontrol. Atau terdapat hipoalbuminemia, maka perlu koreksi albumin. Jika pasien dlm kondisi malnutrisi, juga upayakan perbaikan nutrisi.
Pada prinsipnya, kita membantu mengawal luka untuk menyembuh dengan cara-cara tersebut.
Evaluasi luka secara rutin diperlukan krn penyembuhan luka sifatnya dinamis sehingga perlakuannya utk tiap fase tentu akan berbeda.
Dengan mengikuti prinsip-prinsip tersebut dan mengacu pada panduan algoritma perawatan luka (eksudatif/terinfeksi/nekrotik), maka luka akan dapat menyembuh dengan baik.
Jika ada kesulitan ditangani di Puskesmas, tentu boleh merujuk ke dokter Spesialis Bedah Umum atau Spesialis Bedah Plastik Rekonstruksi dan Estetik di kota tersebut. Terutama utk kasus luka kronik yang kemungkinan sudah memerlukan tindakan surgical debridement dan penutupan luka spt skin graft/flap.
Edukasi terhadap pasien dan keluarga juga sangat penting. Bagaimana menjaga kebersihan, menjaga kelembaban kulit, mengenakan alas kaki yg aman dan sesuai, bagaimana merawat luka secara mandiri, dan pastikan kepatuhan pasien utk dpt kontrol berkala utk evaluasi dan arahan lanjutan.
Dalam kasus spt ini biasanya akan ditangani secara kolaboratif antara dokter Spesialis Penyakit Dalam dengan Spesialis Bedah utk mendapatkan outcome yg optimal dan mencapai kualitas hidup yg baik bagi pasien.
Semoga infonya bermanfaat.
Terima kasih berkenan berdiskusi.
Dalam kenyataan praktik keseharian saya, biasanya paling sering saya menerima konsul dari TS lain dan pasien datang ke poli saya dng luka kronis atau terkomplikasi dan sdh dalam terapi antibiotik oral dari TS sblmnya.
Biasanya akan saya assess kembali. Jika tidak tampak ada tanda klinis sistemik spt demam, maka saya akan mengawali dng tatalaksana lokal dulu dan tidak serta-merta otomatis memberi antibiotik oral ya.
Luka selalu saya cuci dulu dng chlorhexidine dan bilas dng NaCl 0.9%. Lalu lanjut dng pilihan dressing antibacterial utk luka. Banyak pilihan mulai dari madu, pilihan ointment antibiotik, lalu ada kombinasi silver sulfadiazine dng hyaluronic acid, dan ada juga DACC.
Jika memang ada tanda klinis infeksi sistemik, tentu dipilih sesuai data pola kuman setempat dan perhatikan tanda khas pada luka (misalnya warna kehijauan pada infeksi Pseudomonas).
Di tempat saya berpraktik,berdasarkan data, yang disarankan memang cephalosporin golongan 3 dulu. Di tempat lain spt tempat praktik dr. Adhita mungkin berbeda dan disesuaikan dng ketersediaan obat.
Pada intinya, memang perlu selalu fokus pada pasien dan rutin evaluasi. Tatalaksana sesuai kasus tsb. Tidak bisa sama perlakuannya utk semua kasus.
Sebagai klinisi, tentu kita bisa bijak mengambil keputusan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang teliti. Data kultur dan resistensi nantinya akan membantu kita mempertajam dalam kekhususan terapi.
Nice discussion, dr. Adhita!
Semoga bermanfaat
Idealnya ambil spesimen kultur dan resistensi antibiotik dari bed luka.
Setelah itu tetap lakukan perawatan luka spt biasa.
Sambil menunggu hasil kultur dan resistensi,maka dpt diberikan antibiotik cephalosporin golongan tiga.
Tetap amati dan evaluasi respons klinis pasien.
Jika dari hasil evaluasi selama 2 minggu, perkembangan penyembuhan luka tidak membaik, maka sebaiknya pasien segera dirujuk kepada dokter spesialis (kolaborasi Bedah Umum atau Bedah Plastik Rekonstruksi dan Estetik, dan Penyakit Dalam).
Semoga infonya bermanfaat.
Dari sisi anatomisnya kesan diabetic ulcer ec. Gangguan vascular. Selain rawat luka yang dijabarkan oleh dr. Nurliati. Kindly check pulsasi A. Dorsalis pedis kalau perlu dopler
Terima kasih.
Halo, dr. Arif! Kita jumpa di Alodokter, semoga di lain waktu bisa jumpa di dunia nyata ya.
Pasien DM memang problemnya kompleks ya.
Termasuk urusan vaskular.
Dalam keseharian berpraktik, saya pribadi tetap menjunjung tinggi semangat kolaborasi.
Pada pasien DM dan disertai dng gangguan vaskular, biasanya saya jg akan berkolaborasi dng dokter Spesialis Bedah Vaskular.
Seperti misalnya salah satu kasus pasien yg dikonsulkan ke saya belum lama ini oleh TS Bedah Umum utk tatalaksana chronic wound. Pasien dng DM dan CKD on HD.
Dari pemeriksaan fisik, terdapat tanda klinis Peripheral Arterial Disease.
Jd sambil saya lanjutkan dng debridement dan perawatan luka, dilakukan juga pemeriksaan penunjang CT angiography.
Dari CTA, terbukti ada stenosis pada a. Tibialis posterior pada kedua sisi.
Maka dng data tersebut, saya merujuk pasien ke TS Bedah Vaskular utk tatalaksana lanjutan terkait problem stenosis.
Serta tentu tetap berkolaborasi dng TS IPD utk mengontrol komorbid.
Dengan kolaborasi, maka outcome pasien akan lebih baik. Pada pasien kami ini, penyembuhan luka berjalan baik, stenosis teratasi, dan kualitas hidup tetap terjaga optimal.
Maka, pesan saya.. Jangan ragu utk berkolaborasi ya. Keselamatan pasien tetap menjadi pertimbangan utama.
Modalnya sederhana, yaitu melalui komunikasi dan hubungan baik dengan sejawat dan tentunya wawasan yg terbuka bahwa kolaborasi tentu jauh lebih baik dibandingkan dng berkompetisi.
Semoga bermanfaat.
Berikut saya share artikel terkait penggunaan povidone iodine utk penanganan luka ya. Bisa dibaca lebih lanjut.
Dalam pengalaman praktik sehari-hari, povidone iodine lebih cenderung saya gunakan sbg antiseptik saja.
Namun, utk perawatan luka, saya lebih memilih menggunakan chlorhexidine yg relatif tidak mengiritasi dan dng risiko toksik/alergi/sensitivitas yg sangat kecil dibanding povidone iodine.
Ada penelitian lain yg mencoba membandingkan perawatan luka antara NaCl 0.9% dng povidone iodine. Hasilnya keduanya baik utk penyembuhan luka,namun laju penyembuhan tampak lebih lambat jika menggunakan povidone iodine.
Jadi, silakan dipelajari dulu lebih lanjut ya.
Pertimbangkan dng baik sesuai kondisi luka pada pasien.
Semoga infonya bermanfaat.
Dari sisi anatomisnya kesan diabetic ulcer ec. Gangguan vascular. Selain rawat luka yang dijabarkan oleh dr. Nurliati. Kindly check pulsasi A. Dorsalis pedis kalau perlu dopler
Terima kasih.