Sering kita jumpai dalam praktik klinis gejala gangguan obsesif kompulsif seperti tindakan berulang-ulang mengecek pintu ataupun ritual tertentu seperti...
Mengenal Gangguan Obsesif Kompulsif - Diskusi Dokter
general_alomedikaDiskusi Dokter
- Kembali ke komunitas
Mengenal Gangguan Obsesif Kompulsif
Sering kita jumpai dalam praktik klinis gejala gangguan obsesif kompulsif seperti tindakan berulang-ulang mengecek pintu ataupun ritual tertentu seperti tindakan tertentu sebelum mengawali sebuah aktivitas yang sifatnya berlebihan atau ekstrim. Tentunya hal ini tidak nyaman, biasanya orang dengan gangguan obsesif kompulsif melakukan hal ini untuk mengurangi kecemasan yang terdapat dalam dirinya.
Dampak akibat gangguan ini diantaranya banyak waktu yang habis terkait gejala ini, aktivitas sosial berkurang, gangguan fisik dan pekerjaan menjadi terhambat. Ditinjau dari asal kata gangguan ini terdiri dari dua komponen yaitu obsesif dan kompulsif. Mari kita bahas lebih lanjut mengenai kedua hal ini, obsesif merujuk kepada pikiran – pikiran yang tidak dapat dihilangkan dan sifatnya sangat intrusif dan menganggu aktivitas harian, sifatnya sangat sulit untuk dikontrol dan terkadang hal ini menimbulkan penderitaan, sebagai contoh adanya obsesi tertentu akan kebersihan sehingga individu tersebut selalu berorientasi menjaga dirinya agar tetap bersih apapun caranya dengan cara yang ekstrim sebagai contoh pikiran yang sifatnya menganggu, seperti berpikir dirinya selalu kotor dan diikuti dengan terminologi yang kedua yaitu kompulsi. Kompulsi merupakan sebuah tindakan berulang-ulang yang berkaitan dengan pikiran obsesif sebagai contoh tindakan mencuci tangan berulang-ulang kali hingga ia merasa puas bahwa tangannya sudah bersih.
Pada perjalanannya Individu yang mengalami gangguan obsesif kompulsif pada awalnya sering tidak berobat ke dokter ahli jiwa karena merasa belum perlu dan malu, namun jika hal ini dibiarkan terus menerus maka banyak dampak yang terjadi sebagi contoh jika ia mencuci tangan terus menerus dari segi fisik kulitnya menjadi kering dan hal ini juga membuat perasaan kurang nyaman bagi dirinya sendiri karena ia tidak mampu untuk mengontrol pikiran dan tindakannya.
Mengenali lebih dini gangguan obsesif kompulsif dan menatalaksana akan memberikan respon yang lebih baik. Untuk menegakkan diagnosis pasti, gejala-gejala obsesif atau tindakan kompulsif, atau kedua-duanya, terdapat pedoman diagnosis PPDGJ III antara lain harus ada hampir setiap hari selama sedikitnya dua minggu berturut- turut. Hal tersebut merupakan sumber penderitaan (distress) atau mengganggu aktivitas penderita. Gejala-gejala obsesif harus mencakup hal-hal berikut : (a) harus disadari sebagai pikiran atau impuls diri sendiri; (b) sedikitnya ada satu pikiran atau tindakan yang tidak berhasil dilawan, meskipun ada lainnya yang tidak lagi dilawan oleh penderita;(c) pikiran untuk melakukan tindakan tersebut diatas bukan merupakan hal yang memberi kepuasan atau kesenangan (sekedar perasaan lega dari ketegangan atau anxietas, tidak dianggap sebagai kesenangan seperti dimaksud di atas); (d) gagasan, bayangan pikiran, atau impuls tersebut harus merupakan pengulangan yang tidak menyenangkan. Tatalaksana dari gangguan obsesif kompulsif bersifat holistik meliputi psikoterapi yang intens dengan modalitas terapi kognitif perilaku ataupun psikoterapi dinamik serta psikofarmaka dengan menggunakan antidepresan dengan dosis tertentu.
Sering kita jumpai dalam praktik klinis gejala gangguan obsesif kompulsif seperti tindakan berulang-ulang mengecek pintu ataupun ritual tertentu seperti tindakan tertentu sebelum mengawali sebuah aktivitas yang sifatnya berlebihan atau ekstrim. Tentunya hal ini tidak nyaman, biasanya orang dengan gangguan obsesif kompulsif melakukan hal ini untuk mengurangi kecemasan yang terdapat dalam dirinya.
Dampak akibat gangguan ini diantaranya banyak waktu yang habis terkait gejala ini, aktivitas sosial berkurang, gangguan fisik dan pekerjaan menjadi terhambat. Ditinjau dari asal kata gangguan ini terdiri dari dua komponen yaitu obsesif dan kompulsif. Mari kita bahas lebih lanjut mengenai kedua hal ini, obsesif merujuk kepada pikiran – pikiran yang tidak dapat dihilangkan dan sifatnya sangat intrusif dan menganggu aktivitas harian, sifatnya sangat sulit untuk dikontrol dan terkadang hal ini menimbulkan penderitaan, sebagai contoh adanya obsesi tertentu akan kebersihan sehingga individu tersebut selalu berorientasi menjaga dirinya agar tetap bersih apapun caranya dengan cara yang ekstrim sebagai contoh pikiran yang sifatnya menganggu, seperti berpikir dirinya selalu kotor dan diikuti dengan terminologi yang kedua yaitu kompulsi. Kompulsi merupakan sebuah tindakan berulang-ulang yang berkaitan dengan pikiran obsesif sebagai contoh tindakan mencuci tangan berulang-ulang kali hingga ia merasa puas bahwa tangannya sudah bersih.
Pada perjalanannya Individu yang mengalami gangguan obsesif kompulsif pada awalnya sering tidak berobat ke dokter ahli jiwa karena merasa belum perlu dan malu, namun jika hal ini dibiarkan terus menerus maka banyak dampak yang terjadi sebagi contoh jika ia mencuci tangan terus menerus dari segi fisik kulitnya menjadi kering dan hal ini juga membuat perasaan kurang nyaman bagi dirinya sendiri karena ia tidak mampu untuk mengontrol pikiran dan tindakannya.
Mengenali lebih dini gangguan obsesif kompulsif dan menatalaksana akan memberikan respon yang lebih baik. Untuk menegakkan diagnosis pasti, gejala-gejala obsesif atau tindakan kompulsif, atau kedua-duanya, terdapat pedoman diagnosis PPDGJ III antara lain harus ada hampir setiap hari selama sedikitnya dua minggu berturut- turut. Hal tersebut merupakan sumber penderitaan (distress) atau mengganggu aktivitas penderita. Gejala-gejala obsesif harus mencakup hal-hal berikut : (a) harus disadari sebagai pikiran atau impuls diri sendiri; (b) sedikitnya ada satu pikiran atau tindakan yang tidak berhasil dilawan, meskipun ada lainnya yang tidak lagi dilawan oleh penderita;(c) pikiran untuk melakukan tindakan tersebut diatas bukan merupakan hal yang memberi kepuasan atau kesenangan (sekedar perasaan lega dari ketegangan atau anxietas, tidak dianggap sebagai kesenangan seperti dimaksud di atas); (d) gagasan, bayangan pikiran, atau impuls tersebut harus merupakan pengulangan yang tidak menyenangkan. Tatalaksana dari gangguan obsesif kompulsif bersifat holistik meliputi psikoterapi yang intens dengan modalitas terapi kognitif perilaku ataupun psikoterapi dinamik serta psikofarmaka dengan menggunakan antidepresan dengan dosis tertentu.
Sering kita jumpai dalam praktik klinis gejala gangguan obsesif kompulsif seperti tindakan berulang-ulang mengecek pintu ataupun ritual tertentu seperti tindakan tertentu sebelum mengawali sebuah aktivitas yang sifatnya berlebihan atau ekstrim. Tentunya hal ini tidak nyaman, biasanya orang dengan gangguan obsesif kompulsif melakukan hal ini untuk mengurangi kecemasan yang terdapat dalam dirinya.
Dampak akibat gangguan ini diantaranya banyak waktu yang habis terkait gejala ini, aktivitas sosial berkurang, gangguan fisik dan pekerjaan menjadi terhambat. Ditinjau dari asal kata gangguan ini terdiri dari dua komponen yaitu obsesif dan kompulsif. Mari kita bahas lebih lanjut mengenai kedua hal ini, obsesif merujuk kepada pikiran – pikiran yang tidak dapat dihilangkan dan sifatnya sangat intrusif dan menganggu aktivitas harian, sifatnya sangat sulit untuk dikontrol dan terkadang hal ini menimbulkan penderitaan, sebagai contoh adanya obsesi tertentu akan kebersihan sehingga individu tersebut selalu berorientasi menjaga dirinya agar tetap bersih apapun caranya dengan cara yang ekstrim sebagai contoh pikiran yang sifatnya menganggu, seperti berpikir dirinya selalu kotor dan diikuti dengan terminologi yang kedua yaitu kompulsi. Kompulsi merupakan sebuah tindakan berulang-ulang yang berkaitan dengan pikiran obsesif sebagai contoh tindakan mencuci tangan berulang-ulang kali hingga ia merasa puas bahwa tangannya sudah bersih.
Pada perjalanannya Individu yang mengalami gangguan obsesif kompulsif pada awalnya sering tidak berobat ke dokter ahli jiwa karena merasa belum perlu dan malu, namun jika hal ini dibiarkan terus menerus maka banyak dampak yang terjadi sebagi contoh jika ia mencuci tangan terus menerus dari segi fisik kulitnya menjadi kering dan hal ini juga membuat perasaan kurang nyaman bagi dirinya sendiri karena ia tidak mampu untuk mengontrol pikiran dan tindakannya.
Mengenali lebih dini gangguan obsesif kompulsif dan menatalaksana akan memberikan respon yang lebih baik. Untuk menegakkan diagnosis pasti, gejala-gejala obsesif atau tindakan kompulsif, atau kedua-duanya, terdapat pedoman diagnosis PPDGJ III antara lain harus ada hampir setiap hari selama sedikitnya dua minggu berturut- turut. Hal tersebut merupakan sumber penderitaan (distress) atau mengganggu aktivitas penderita. Gejala-gejala obsesif harus mencakup hal-hal berikut : (a) harus disadari sebagai pikiran atau impuls diri sendiri; (b) sedikitnya ada satu pikiran atau tindakan yang tidak berhasil dilawan, meskipun ada lainnya yang tidak lagi dilawan oleh penderita;(c) pikiran untuk melakukan tindakan tersebut diatas bukan merupakan hal yang memberi kepuasan atau kesenangan (sekedar perasaan lega dari ketegangan atau anxietas, tidak dianggap sebagai kesenangan seperti dimaksud di atas); (d) gagasan, bayangan pikiran, atau impuls tersebut harus merupakan pengulangan yang tidak menyenangkan. Tatalaksana dari gangguan obsesif kompulsif bersifat holistik meliputi psikoterapi yang intens dengan modalitas terapi kognitif perilaku ataupun psikoterapi dinamik serta psikofarmaka dengan menggunakan antidepresan dengan dosis tertentu.
Sering kita jumpai dalam praktik klinis gejala gangguan obsesif kompulsif seperti tindakan berulang-ulang mengecek pintu ataupun ritual tertentu seperti tindakan tertentu sebelum mengawali sebuah aktivitas yang sifatnya berlebihan atau ekstrim. Tentunya hal ini tidak nyaman, biasanya orang dengan gangguan obsesif kompulsif melakukan hal ini untuk mengurangi kecemasan yang terdapat dalam dirinya.
Dampak akibat gangguan ini diantaranya banyak waktu yang habis terkait gejala ini, aktivitas sosial berkurang, gangguan fisik dan pekerjaan menjadi terhambat. Ditinjau dari asal kata gangguan ini terdiri dari dua komponen yaitu obsesif dan kompulsif. Mari kita bahas lebih lanjut mengenai kedua hal ini, obsesif merujuk kepada pikiran – pikiran yang tidak dapat dihilangkan dan sifatnya sangat intrusif dan menganggu aktivitas harian, sifatnya sangat sulit untuk dikontrol dan terkadang hal ini menimbulkan penderitaan, sebagai contoh adanya obsesi tertentu akan kebersihan sehingga individu tersebut selalu berorientasi menjaga dirinya agar tetap bersih apapun caranya dengan cara yang ekstrim sebagai contoh pikiran yang sifatnya menganggu, seperti berpikir dirinya selalu kotor dan diikuti dengan terminologi yang kedua yaitu kompulsi. Kompulsi merupakan sebuah tindakan berulang-ulang yang berkaitan dengan pikiran obsesif sebagai contoh tindakan mencuci tangan berulang-ulang kali hingga ia merasa puas bahwa tangannya sudah bersih.
Pada perjalanannya Individu yang mengalami gangguan obsesif kompulsif pada awalnya sering tidak berobat ke dokter ahli jiwa karena merasa belum perlu dan malu, namun jika hal ini dibiarkan terus menerus maka banyak dampak yang terjadi sebagi contoh jika ia mencuci tangan terus menerus dari segi fisik kulitnya menjadi kering dan hal ini juga membuat perasaan kurang nyaman bagi dirinya sendiri karena ia tidak mampu untuk mengontrol pikiran dan tindakannya.
Mengenali lebih dini gangguan obsesif kompulsif dan menatalaksana akan memberikan respon yang lebih baik. Untuk menegakkan diagnosis pasti, gejala-gejala obsesif atau tindakan kompulsif, atau kedua-duanya, terdapat pedoman diagnosis PPDGJ III antara lain harus ada hampir setiap hari selama sedikitnya dua minggu berturut- turut. Hal tersebut merupakan sumber penderitaan (distress) atau mengganggu aktivitas penderita. Gejala-gejala obsesif harus mencakup hal-hal berikut : (a) harus disadari sebagai pikiran atau impuls diri sendiri; (b) sedikitnya ada satu pikiran atau tindakan yang tidak berhasil dilawan, meskipun ada lainnya yang tidak lagi dilawan oleh penderita;(c) pikiran untuk melakukan tindakan tersebut diatas bukan merupakan hal yang memberi kepuasan atau kesenangan (sekedar perasaan lega dari ketegangan atau anxietas, tidak dianggap sebagai kesenangan seperti dimaksud di atas); (d) gagasan, bayangan pikiran, atau impuls tersebut harus merupakan pengulangan yang tidak menyenangkan. Tatalaksana dari gangguan obsesif kompulsif bersifat holistik meliputi psikoterapi yang intens dengan modalitas terapi kognitif perilaku ataupun psikoterapi dinamik serta psikofarmaka dengan menggunakan antidepresan dengan dosis tertentu.