Lokakarya Nasional Stunting yang diselenggarakan oleh Asosiasi Dinas Kesehatan Seluruh Indonesia (ADINKES) berlangsung pada tanggal 24 Oktober 2024 di R Hotel Rancamaya Sentul.
Lokakarya ini mempertemukan Dinas Kesehatan dari berbagai kota, kabupaten, dan provinsi di Indonesia untuk membahas penanganan dan pencegahan stunting, serta berbagi program-program yang telah berhasil. Acara ini diselenggarakan bekerja sama dengan PT Sarihusada Generasi Mahardika, Danone Indonesia, Indonesia Gastronomy Community, dan Generasi Maju Bebas Stunting.
Lokakarya ini terdiri dari sesi materi, live cooking atau demo masak, factory visit atau kunjungan lapangan ke pabrik pembuat pangan olahan untuk keperluan medis khusus (PKMK) bagi bayi stunting, dan scientific dinner. Pada sesi tanya jawab dan sharing, beberapa daerah yang berhasil menurunkan angka stunting memaparkan program-program pencegahan, deteksi, serta penanganan stunting yang sudah berhasil dilaksanakan.
Sesi Materi
Sesi materi dimoderatori oleh dr. Lula Kamal, M.Sc. Materi pertama dibawakan oleh Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi, MKK dari Indonesia Gastronomy Community dengan judul materi "Cegah Stunting dengan Gizi Tepat dan Seimbang. Mengapa Penting Cegah Stunting?".
Materi kedua dibawakan oleh Ibu Siti Endah Wahyuningsih, SKM, M.Si, M.Gz dari Persatuan Ahli Gizi Indonesia (Persagi) dan Dinas Kesehatan Semarang. Ibu Siti Endah membawakan materi Menu Pangan Lokal untuk Pengendalian Stunting.
Materi ketiga disampaikan oleh Dr. dr. Tb Rachmat Sentika, Sp.A, MARS dengan judul materi ”Efektivitas PKMK”. Materi ini membahas tentang manajemen serta efektivitas pemberian PKMK pada bayi stunting.
Sementara, materi terakhir dibawakan oleh dr. Yulies Nuraya yang saat ini menjabat sebagai Kepala Dinkes Kabupaten Pemalang. Beliau berbagi pengalaman terkait penyediaan PKMK untuk pencegahan stunting. Di awal materi, beliau menjelaskan tentang kondisi geografis dan fasilitas kesehatan di Kabupaten Pemalang.
Melalui sesi materi, peserta mempelajari berbagai aspek yang mempengaruhi kasus stunting di Indonesia, mulai dari penanganan dini di posyandu, pentingnya percepatan rujukan, hingga pentingnya pemenuhan kebutuhan gizi anak usia dini. Peran posyandu juga ditekankan sebagai lokasi strategis untuk screening dan intervensi dini stunting.
Penyebab utama masalah nutrisi pada anak diidentifikasi sebagai peningkatan kebutuhan gizi yang tidak diimbangi asupan nutrisi yang memadai. Materi juga menyoroti dampak jangka pendek stunting terhadap imunitas dan dampak jangka panjang pada perkembangan otak anak.
Gambar 1. Sesi Materi dimoderatori oleh dr Lula Kamal, Msc
Sesi Live Cooking dan Factory Visit
Peserta diajak untuk melihat langsung proses pembuatan makanan menggunakan bahan pangan lokal dengan nilai gizi tinggi, yang didemonstrasikan oleh chef profesional. Selain itu, peserta mengikuti kunjungan lapangan untuk menyaksikan proses pembuatan PKMK, sehingga mereka dapat lebih memahami cara memilih PKMK yang sesuai dengan standar.
Gambar 2. Live cooking menu Pisang Ubi Kukus Manis oleh Chef Ucu
Sesi Factory Visit
Pada sesi factory visit, peserta diajak mengunjungi pabrik susu PKMK di PT. Sugizindo Sentul. Para peserta berkeliling pabrik untuk melihat bagaimana proses pembuatan PKMK. Dari sesi ini, peserta mendapatkan gambaran tentang bagaimana PKMK diolah dan diproduksi menjadi produk berkualitas. Berdasarkan hasil kuesioner feedback kegiatan yang diisi oleh peserta, 100% merasa kunjungan ke pabrik susu PKMK ini relevan.
Gambar 3. Factory visit pabrik susu PKMK di PT Sugizindo Sentul
Sesi Scientific Dinner
Melalui sesi scientific dinner, para ahli memaparkan mengenai upaya pencegahan dan penanganan stunting di Indonesia, termasuk kebutuhan protein energi (PER) untuk anak stunting. Dr. Novitria Dwinanda, Sp.A(K) membahas pentingnya protein hewani yang lengkap dalam MPASI untuk mendukung pertumbuhan optimal anak.
Gambar 4. Materi "Optimalisasi Jenis dan Rasio Protein Energi (PER) dalam Manajemen Stunting" oleh dr. Novitria Dwinanda, Sp.A (K) - NPM.
Selain itu, konsep PKMK (Pangan Khusus Medis Khusus) yang sesuai standar, seperti PER yang optimal dan berbasis protein hewani, diperkenalkan sebagai salah satu metode pemenuhan gizi anak.
Dr. Yanri W. Subronto, PhD, SpPD, KPTI, membahas bagaimana kesehatan ibu, termasuk gizi selama masa kehamilan dan infeksi tertentu, seperti HIV dan malaria, berperan dalam peningkatan risiko stunting pada anak. Faktor-faktor ini menunjukkan pentingnya pemutusan "lingkaran stunting" pada berbagai tahapan kehidupan, terutama pada ibu hamil.
Gambar 5. Penyampaian materi "Faktor Maternal yang Berhubungan dengan Stunting pada Anak" oleh dr. Yanri W. Subronto, PhD, SpPD, KPTI, FINASIM
Kesimpulan
Lokakarya ini menekankan pentingnya pendekatan terpadu dalam penanganan stunting, yang mencakup edukasi gizi, pemilihan PKMK yang sesuai, dan sinergi antara tenaga kesehatan, pemerintah, serta organisasi masyarakat.
Harapannya, peserta mendapatkan pengetahuan dan pandangan baru terkait penanganan dan pencegahan stunting sehingga bisa membawa inovasi dalam penanganan stunting di daerahnya masing-masing.
Untuk membaca selengkapnya tentang pembahasan mendalam mengenai lokakarya nasional stunting, termasuk rekomendasi praktis dalam pencegahan dan penanganan stunting, serta wawasan dari kegiatan lapangan dan demonstrasi pembuatan PKMK, silakan kunjungi artikel lengkapnya di sini: Link Artikel Full