Pengawasan Klinis Metronidazole
Pengawasan klinis metronidazole perlu dilakukan pada terapi metronidazole jangka panjang, pasien dengan sindrome Cockayne, pasien dengan terapi antikoagulan coumarin, dan pasien dengan diskrasia darah.[5,10,12]
Pemantauan Hepatotoksisitas
Penggunaan metronidazole pada pasien dengan sindrome Cockayne perlu dimonitor ketat karena dapat menyebabkan hepatotoksisitas berat atau gagal hati akut dengan luaran fatal. Fungsi hati perlu dimonitor secara berkala saat memulai terapi, dalam 2-3 hari setelah memulai terapi, beberapa kali selama terapi, dan setelah selesai terapi.
Metronidazole dihentikan jika terjadi peningkatan fungsi hati, dan dilakukan monitor fungsi hati sampai nilai kembali normal. Pasien perlu diedukasi untuk menghentikan pengobatan metronidazole jika muncul gejala kerusakan hati, seperti nyeri perut, mual, perubahan warna feses, ataupun ikterus.[5,10,12]
Penggunaan pada Pasien yang Mengonsumsi Antikoagulan
Penggunaan metronidazole pada pasien dengan terapi warfarin atau antikoagulan coumarin lain memerlukan monitor prothrombin time (PT) dan international normalized ratio (INR).[6]
Penggunaan pada Pasien dengan Diskrasia Darah
Pada pasien dengan diskrasia darah, pemeriksaan hitung leukosit total dan diferensial perlu dilakukan sebelum dan sesudah terapi metronidazole. Hal ini mengingat metronidazole berkaitan dengan terjadinya agranulositosis, leukopenia, dan neutropenia.[6,12]
Risiko Neurotoksisitas
Penggunaan metronidazole telah dikaitkan dengan risiko neurotoksisitas serius, seperti kejang, ensefalopati, meningitis aseptik, serta neuropati optik dan perifer yang persisten. Pengawasan gejala neurologi diperlukan selama konsumsi metronidazole, terutama jika digunakan dosis tinggi atau jangka panjang.[5,11,12]
Penulisan pertama oleh: dr. DrRiawati MMedPH