Efek Samping dan Interaksi Obat Ketoconazole
Ketoconazole memiliki banyak efek samping serius, misalnya pemanjangan interval QT, sehingga penggunaannya tidak disarankan jika terapi antifungal lain tersedia. Interaksi obat di antaranya dengan rifampisin dan isoniazid berupa peningkatan risiko hepatotoksik dan penurunan konsentrasi ketoconazole.
Efek Samping
Berikut adalah beberapa efek samping penggunaan ketoconazole:
Hepatik
Ketoconazole merupakan obat hepatotoksik, gejala awal adalah peningkatan enzim liver. Dosis kecil dengan durasi panjang ataupun dosis besar dengan durasi pendek akan meningkatkan enzim liver. Gejala yang dapat ditimbulkan adalah gejala hepatitis, ikterus, peningkatan enzim liver.[3]
Kardiovaskuler
Menyebabkan pemanjangan interval QT sehingga berisiko menyebabkan gangguan irama jantung yang berbahaya, misalnya torsade de pointes.[1,3]
Endokrin
Menghambat pembentukan kortisol sehingga beberapa pasien mengalami gejala insufisien adrenal seperti hiponatremia, hiperkalemia, hipotensi, lemas, depresi dan lunglai.[3,6]
Dermatologik
Beberapa kasus yang telah dilaporkan adalah eritema multiformis, dermatitis, urtikaria, pruritus, alopesia, xeroderma, kulit kering, kebotakan pada kulit kepala, deskuamasi, dan fotosensitif.[1]
Gastrointestinal
Efek samping gastrointestinal yang umum terjadi adalah mual dan muntah. Selain itu, dapat ditemukan efek samping lainnya, seperti diare, konstipasi, nyeri perut, nyeri epigastrik, mulut kering, perut kembung, perubahan warna lidah, dan sariawan.
Hematologi
Kurang dari 0.1 % melaporkan kasus anemia hemolitik terhadap penggunaan ketoconazole.[9]
Hipersensitivitas
Garcia, et al., melaporkan kasus dermatitis kontak terhadap penggunaan ketoconazole.[10]
Genitourinaria
Ginekomastia dilaporkan pada beberapa kasus. Terjadi peningkatan perbandingan estrogen banding testosteron
Saraf
Efek samping sistem saraf yang mungkin muncul akibat penggunaan ketoconazole oral: sakit kepala, parastesia, dan penurunan kesadaran[3]
Efek Samping Lain
Dilaporkan efek samping lain yang dapat terjadi akibat penggunaan ketoconazole, yaitu hipoglikemia, mialgia, arthralgia, waham paranoid, photophobia, dan epistaksis.[11]
Interaksi Obat
Ketoconazole memerlukan keasaman lambung untuk pelarutan dan penyerapannya sehingga obat yang mempengaruhi keasaman lambung seperti antasida, h2 blocker, dan proton pump inhibitor akan mengganggu absorbs ketoconazole. Selain itu, rifampisin dan isoniazid juga akan menurunkan konsentrasi serum ketoconazole.
Interaksi obat ketoconazole lainnya adalah sebagai berikut:
Obat | Interaksi |
Antikoagulan oral (warfarin) | Terdapat peningkatan efek antikoagulan.[3] |
Antikonvulsan (phenytoin) | Terdapat interaksi farmakokinetik terhadap perubahan metabolisme satu atau kedua obat. |
Sulfonilurea: glibenclamide, glimepiride | Potensi peningkatan konsentrasi plasma dari antidiabetes dan gejala hipoglikemia |
Antihistamin (astemizol, terfenadin) | Aztemizole dan terfenadin akan membentuk interaksi farmakokinetik dan berpotensi serius menyebabkan aritmia jantung atau perpanjangan interval QT) [1,3] |
Benzodiazepin (midazolam, triazolam) | Peningkatan konsentrasi plasma midazolam atau triazolam; mungkin memperpanjang efek sedative dan hipnotik |
Digoxin | Peningkatan konsentrasi plasma dari digoxin [3,12] |
Agen imunosupresif (cyclosporine, methylprednisolone, prednisone, tacrolimus) | Siklosporin atau tacrolimus: Peningkatan konsentrasi agen imunosupresifMethylprednisolone atau prednison: Peningkatan konsentrasi kortikosteroid dan meningkatkan tekanan adrenal. |
Paclitaxel | Terdapat bukti in vitro bahwa ketoconazole dapat menghambat metabolisme paclitaxel[12] |
Atorvastatin | Meningkatkan level artovastatin dalam darah sehingga berefek pada kerusakan hepar |
Hydrocodone | Meningkatkan level hydrocodone dalam darah sehingga terdapat efek sulit berkonsentrasi, dizzy, gangguan berpikir |
Calcium | Konsumsi kalsium karbonat akan menurunkan efektifitas ketoconazole |